Share

Bab 4

Sinar matahari sangat menyengat menusuk sampai ke tulang putih, menyengat keseluruhan tubuh. Nggak ada murid lagi di luar kelas kecuali Nayla yang berdiri di depan tiang bendera. Menjalankan hukuman dari Bu Maya.

  Cewek itu menundukkan kepala saat ada yang lewat. Terkadang melipat tangannya di depan dada sambil menatap lurus ke depan. Kalau sudah bosan dia mengubah posisi berdirinya sambil bergumam dalam hati, terlihat dari bentukan bibirnya yang menahan kesal.

"Anak yang punya yayasan tapi keliatan kayak preman. Pertama kali ketemu udah sial. Liat aja ketemu lagi gue cubit ginjalnya biar nggak sok cool gitu."

Tiba-tiba matanya terhenti pada pria yang berada ditingkat dua sebelah sudut kanan. Matanya silau karna cahaya matahari tapi berusaha melihat dengan jelas orang itu yang sedari tadi memang sudah berdiri di situ.

Mata mereka saling bertemu, seperti ada petir diantara mata mereka. Cowok brengsek itu.

Teng... Teng.

Bel pertukaran pelajaran. Tina dan Beca buru-buru ke depan pintu memanggil Nayla untuk masuk kelas. Hukuman Nayla hanya dalam jam pelajaran Bu Maya.

"Sial banget sih lo, La." Tina prihatin, ia memegang tangan Nayla dan sebelah lagi Beca yang megang.

"Lo pasti capek. Mana lagi cuaca panas. Bisa kena daya hidrasi," ucap Beca.

"Gue gakpapa kok." Nayla merasakan tenggorokannya kering.

Seorang cowok agak kemayu menghampiri mereka. Rangga salah satu cowok yang selalu cepat mendapatkan gosip disekitaran sekolah "Sabar ya cin, tuh ibu ubanan kadang nggak punya pri kemanusiaan dan keadilan."

Nayla menatap Rangga dengan perasaan aneh, lalu mengangguk pelan. Tidak telihat senyum pada bibirnya karena masih kesal.

"Tenang aja Rangga nggak gigit La, dia temen kita juga. Sebangku gue, anaknya emang suka timbul tenggelam," ujar Tina tertawa.

"Enak aja! Lo kira gue tuyul."

"Makanya rajin-rajin sekolah, biar ada yang kenal lo," decak Beca pada Rangga.

Seorang guru masuk ke dalam kelas. Tanda jam pelajaran baru akan dimulai. Mereka membubarkan diri, kembali ke tempat duduk masing-masing.

            * Nayla *

Pulang sekolah mereka datang ke basecamp PA. Bukan hanya Nayla, Beca, juga Tina ternyata Rangga juga ikut karena tidak tahan dengan bujukan ke tiga kawannya itu.

Seperti kata Beca ekskul PA dipenuhi cogan-cogan alumni mereka. Nggak salah kalau mau cuci mata ke ekskul ini. Apalagi alumni mereka pakai baju bebas, tambah deh bikin betah.

Beca menghampiri seseorang berambut pendek dengan kaos oblong oversize. "Bel. Kawan gue mau daftar, bagi formulir," pinta Beca pada gadis tomboi itu.

"Nahh gitu dong rekrut anggota baru," puji Abel. Dulu, Beca sempat kesemsem sama Abel. Setelah tahu dia wanita, hatinya retak. Cowok aja kalah ganteng dari Abel.

Abel memberikan formulir pendaftaran. "Suruh isi data diri.  Suruh duduk aja ntar dipanggil." Beca manggut-manggut dengan mata tak berkedip.

"Udah sana pergi!" Usir Abel. Beca manggut-manggut patuh. Kalau sajaaa...

Semua calon anggota baru duduk berbaris di lapangan depan basecamp PA. Para alumni memantau junior mereka. Tampak Nayla dan Rangga ikut duduk di lantai di bawah terik matahari. Sedangkan Beca dan Tina bersama temannya yang lain mengurus keperluan ritual  mereka.

Di depan mereka beberapa senior  melakukan atraksi untuk menarik perhatian anggota baru.

Di mulai dari seorang cowok dengan beraninya memainkan ular di tangannya, sontak mendapat decak kagum dan jeritan histeris dari anggota baru. Setelah itu berganti pada cowok  berambut plontos menyembur api dengan minyak di mulutnya hingga api itu semakin besar naik ke atas. Gemuruh tepuk tangan pun memenuhi aula, berdecak kagum.

Giliran empat wanita termasuk Tina dan Beca membentuk tenda dengan lihai. Mereka diajarkan juga keterampilan.

"Ok semuanya harap tenang. Gue Erga mantan wakil presiden Pecinta alam SMA ini, mengambil alih acara ini." Cowok berkulit sawo itu berdiri di depan.

Prook...prook prookkk ..

"Kasih tepuk tangan untuk presiden PA tahun ini Reno Pratama sekaligus ketua OSIS SMA Budi Mulia." Teriak Erga sambil menunjuk Reno yang sudah berdiri.

Suara tepuk tangan bergemuruh untuk cowok bersenyum menawan itu. Yang mayoritasnya dari kebanyakan cewek. Tampak Nayla ikut tepuk tangan, mengingat cowok itu yang dia lihat di kantin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status