Home / Romansa / Nayla / Bab 4

Share

Bab 4

Author: Nayla
last update Last Updated: 2021-09-17 15:17:33

Sinar matahari sangat menyengat menusuk sampai ke tulang putih, menyengat keseluruhan tubuh. Nggak ada murid lagi di luar kelas kecuali Nayla yang berdiri di depan tiang bendera. Menjalankan hukuman dari Bu Maya.

  Cewek itu menundukkan kepala saat ada yang lewat. Terkadang melipat tangannya di depan dada sambil menatap lurus ke depan. Kalau sudah bosan dia mengubah posisi berdirinya sambil bergumam dalam hati, terlihat dari bentukan bibirnya yang menahan kesal.

"Anak yang punya yayasan tapi keliatan kayak preman. Pertama kali ketemu udah sial. Liat aja ketemu lagi gue cubit ginjalnya biar nggak sok cool gitu."

Tiba-tiba matanya terhenti pada pria yang berada ditingkat dua sebelah sudut kanan. Matanya silau karna cahaya matahari tapi berusaha melihat dengan jelas orang itu yang sedari tadi memang sudah berdiri di situ.

Mata mereka saling bertemu, seperti ada petir diantara mata mereka. Cowok brengsek itu.

Teng... Teng.

Bel pertukaran pelajaran. Tina dan Beca buru-buru ke depan pintu memanggil Nayla untuk masuk kelas. Hukuman Nayla hanya dalam jam pelajaran Bu Maya.

"Sial banget sih lo, La." Tina prihatin, ia memegang tangan Nayla dan sebelah lagi Beca yang megang.

"Lo pasti capek. Mana lagi cuaca panas. Bisa kena daya hidrasi," ucap Beca.

"Gue gakpapa kok." Nayla merasakan tenggorokannya kering.

Seorang cowok agak kemayu menghampiri mereka. Rangga salah satu cowok yang selalu cepat mendapatkan gosip disekitaran sekolah "Sabar ya cin, tuh ibu ubanan kadang nggak punya pri kemanusiaan dan keadilan."

Nayla menatap Rangga dengan perasaan aneh, lalu mengangguk pelan. Tidak telihat senyum pada bibirnya karena masih kesal.

"Tenang aja Rangga nggak gigit La, dia temen kita juga. Sebangku gue, anaknya emang suka timbul tenggelam," ujar Tina tertawa.

"Enak aja! Lo kira gue tuyul."

"Makanya rajin-rajin sekolah, biar ada yang kenal lo," decak Beca pada Rangga.

Seorang guru masuk ke dalam kelas. Tanda jam pelajaran baru akan dimulai. Mereka membubarkan diri, kembali ke tempat duduk masing-masing.

            * Nayla *

Pulang sekolah mereka datang ke basecamp PA. Bukan hanya Nayla, Beca, juga Tina ternyata Rangga juga ikut karena tidak tahan dengan bujukan ke tiga kawannya itu.

Seperti kata Beca ekskul PA dipenuhi cogan-cogan alumni mereka. Nggak salah kalau mau cuci mata ke ekskul ini. Apalagi alumni mereka pakai baju bebas, tambah deh bikin betah.

Beca menghampiri seseorang berambut pendek dengan kaos oblong oversize. "Bel. Kawan gue mau daftar, bagi formulir," pinta Beca pada gadis tomboi itu.

"Nahh gitu dong rekrut anggota baru," puji Abel. Dulu, Beca sempat kesemsem sama Abel. Setelah tahu dia wanita, hatinya retak. Cowok aja kalah ganteng dari Abel.

Abel memberikan formulir pendaftaran. "Suruh isi data diri.  Suruh duduk aja ntar dipanggil." Beca manggut-manggut dengan mata tak berkedip.

"Udah sana pergi!" Usir Abel. Beca manggut-manggut patuh. Kalau sajaaa...

Semua calon anggota baru duduk berbaris di lapangan depan basecamp PA. Para alumni memantau junior mereka. Tampak Nayla dan Rangga ikut duduk di lantai di bawah terik matahari. Sedangkan Beca dan Tina bersama temannya yang lain mengurus keperluan ritual  mereka.

Di depan mereka beberapa senior  melakukan atraksi untuk menarik perhatian anggota baru.

Di mulai dari seorang cowok dengan beraninya memainkan ular di tangannya, sontak mendapat decak kagum dan jeritan histeris dari anggota baru. Setelah itu berganti pada cowok  berambut plontos menyembur api dengan minyak di mulutnya hingga api itu semakin besar naik ke atas. Gemuruh tepuk tangan pun memenuhi aula, berdecak kagum.

Giliran empat wanita termasuk Tina dan Beca membentuk tenda dengan lihai. Mereka diajarkan juga keterampilan.

"Ok semuanya harap tenang. Gue Erga mantan wakil presiden Pecinta alam SMA ini, mengambil alih acara ini." Cowok berkulit sawo itu berdiri di depan.

Prook...prook prookkk ..

"Kasih tepuk tangan untuk presiden PA tahun ini Reno Pratama sekaligus ketua OSIS SMA Budi Mulia." Teriak Erga sambil menunjuk Reno yang sudah berdiri.

Suara tepuk tangan bergemuruh untuk cowok bersenyum menawan itu. Yang mayoritasnya dari kebanyakan cewek. Tampak Nayla ikut tepuk tangan, mengingat cowok itu yang dia lihat di kantin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nayla   Ekstra part 3

    Kilasan tentang pertemuannya dengan Jenny saat ini kembali. Jenny tidak terlalu banyak perubahan, dia sangat pintar merawat dirinya. Namanya model memang lebih berpengalaman dalam perawatan. Tubuhnya terbentuk dengan indah, tatapannya masih lembut tapi terkesan angkuh.Nayla menatap perempuan di depannya ini dengan senyum tipis, masih bingung dengan situasinya saat ini. Sepertinya semua orang terfokus padanya bukan pada Beca yang punya acara.Kemudian Nayla melirik jari manis Jenni, lalu tersenyum tipis. Dia jadi ingat pesan terakhir Jenni saat itu.Aku harap kamu mundur, Nayla. Karna kamu akan menyebabkan pertunangan aku sama Raka batal. Aku harap kamu masih punya hati nurani."Selamat ya untuk hari bahagia kamu."Nayla hanya tertegun mendengar ucapan Jenny, dia masih tak bergeming dengan balutan kebaya putih da

  • Nayla   Ekstra part 2

    Mike, Doni, Erga, dan Rangga berpenampilan rapih dengan jas berwarna senada. Sebagai groomsmen mereka datang lebih awal dibanding para tamu undangan. Rangga yang paling antusias dengan acara ini sudah memegang camera sambil memasuki tempat itu. Bermaksud mengabadikan acara sakral temannya."Bro, lo kelihatan pucat banget. Nervous ya?" Rangga meledek sambil menyorot laki-laki berpenampilan serba putih itu. Wajahnya yang tampan dan berpenampilan paling menonjol itu dari tadi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan pelan. Sangking nervousnya."Jangan diganggu Ga kepala suku, dia lagi berdoa biar acaranya gak bubar karena ditolak calon pengantin." Suara itu dari Doni, karena yang di sorot tidak merespon ucapan Rangga.Rangga memberikan cameranya pada Mike untuk bergantian memvideokan, lalu dia menepuk bahu cowok yang terlihat tegang itu. "Gue mah nitip dia aja ya. Jaga baik-baik jangan sampe lepas lagi. Terus nitip keponakan yang cakep-cakep."

  • Nayla   Ekstra part 1

    "Tunggu di situ jangan kemana-mana!"Suara cemas itu terdengar dari balik ponsel. Cewek berambut lurus sepunggung itu baru saja turun dari pesawat."Gue bisa naik taxi.""Gak bisa lo udah gue jemput." Bagas menegaskan."Gue kan udah bilang gak mau dijemput. Pokoknya gue pulang sendiri," ucapnya seraya mengambil barangnya lalu melangkah bersama para penumpang yang lainnyaSetelah 17 jam perjalanan dan untungnya hanya sekali transit. Akhirnya Nayla kembali menghirup udara di Jakarta. Jika kalian mau tahu berapa lama Nayla tinggal di London, jawabannya sangat membanggakan. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Tapi pengalaman hidup yang dia dapat sangatlah berharga. Sambil kuliah Nayla menyibukkan dirinya dengan berkerja part time. Pekerjaan serabutan, berkali-kali dia pindah pekerjaan.Menjadi pelayan di McDonald's, penjaga toko, dan Nayl

  • Nayla   Surat Nayla

    Dear, my Boy...Untuk kamu yang selalu punya tempat di hatiku.Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini. Sekalipun ada goresan tinta yang indah, tapi nggak akan bisa mengalahkan indahnya perasaanku untuk kamu, sayang.Enggak ada yang kusesali dari hubungan ini. Bertemu dengan kamu adalah anugrah. Dan berpisah dengan kamu adalah takdir yang harus terjadi.Aku tahu, aku nggak cukup sempurna. Dan caraku mencintai kamu mungkin salah, hingga membuat wanita lain terluka. Aku sadar, aku bukanlah satu-satunya wanita yang ada tempat di hati kamu.Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja muncul dalam pikiranku, apakah aku pantas mendampingi kamu? Apa aku bisa bahagia saat wanita lain terluka.Perpisahan ini berat, percayalah aku pun merasakannya. Tapi ini yang terbaik untuk kita. Sampai kita sama-sama

  • Nayla   Bab 143

    Aku mencintai kamu.Rasa ini teramat nyata hingga hati ini terlalu sakit, saat sadar kamu meninggalkanku lagi. Nayla sudah berada di bandara bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh, perasaannya bercampur aduk sekarang ini. Nayla menarik nafas berat, tangannya menggenggam travel bagnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan pergi sendiri ke tempat yang jauh.FlashbackNayla mendongak melihat Raka sudah berdiri di depannya, cowok itu menatapnya penuh perasaan."Lain kali, jangan pernah pergi sendirian. Apalagi ke tempat yang masih baru buat lo."Nayla mengangguk pelan, ia menerima uluran tangan Raka. "Janji sama gu

  • Nayla   Bab 142

    "Gue harus pergi sekarang." Nayla tersenyum kecil pada Jenni. Sedikit menoleh Doni. Laki-laki itu hanya diam dari tadi tapi Nayla tahu Doni sedikit terganggu dengan obrolan mereka. Nayla beranjak membuka pintu. "Nayla... Mungkin kalau nggak ada Raka diantara kita. Gue pengen lo jadi kawan gue. Seharusnya kita bisa jadi sahabat," ucap Jenni memandang Nayla yang berdiri di depan pintu.Nayla hanya mendengar itu tanpa menoleh dan pergi meninggalkan kamar Jenni. "Gue harus nelpon Raka." Ucap Doni mengambil handphone-nya dari saku celana. "Jangan berani lo ngomong apa-apa sama Raka! Bentar lagi dia ke sini, lo pergi dari sini kalau mau bikin Raka tahu tentang kepergian Nayla," bentak Jenni, dia terlalu takut kehilangan Raka. Doni menjambak rambutnya, frustasi. Jennife

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status