"Hai Tante," sapa Tina pada wanita paruh baya yang sangat anggun itu. Wanita itu mengenakan baju formal dan sepatu hak tinggi. Wanita itu tersenyum pada Tina saat dia sudah melangkah keluar dari ruang guru.
"Tina udah pulang sekolah?" ucap Anjani, ibu Raka. Tina sudah tahu bahwa Anjani adalah ibu Raka. Mereka bertemu di restoran tanpa sengaja, dan Raka memperkenalkan ibunya pada Tina.
"Belum Tante, aku mau kumpul di basecamp PA dulu. Masih ada kegiatan," jawab Tina tersenyum ramah.
"Wah. Kamu sama dengan Raka suka naik gunung. Jarang ada perempuan cantik mau ikutan naik gunung." Anjani menatap lembut pada Tina. Mereka beriringan berjalan di koridor utama.
Dan ternyata di seberang Anjani dan Tina terlihat Nayla dan Beca yang sedang berjalan ke depan.
Mama Raka sama Tina dekat banget, pikir Nayla saat melihat keakraban kedua orang di depa
Nayla dan Beca memenuhi undangan Anjani untuk datang ke rumah Raka. Sejujurnya Nayla datang dengan berat hati, setelah ia melihat adegan menjijikan Raka dan Tina. Mestinya tidak ada lagi alasan Nayla untuk cemburu karena mereka sudah putus.Apakah hubungan mereka selama ini sudah sedekat itu? Dan sekarang terjawab oleh mata kepala Nayla sendiri.Kini Nayla berdiri di depan pintu rumah Raka, hubungan dia dan Raka sudah putus dan tak mungkin bisa kembali lagi. Kalau bukan karena Anjani, tentu saja dia tidak akan datang ke rumah Raka, mantannya. Tapi, tetap saja kejadian di kelas itu mengganggu pikirannya."Serius lo gakpapa ketemu Raka?" tanya Beca di samping Nayla, gadis itu menatap lekat gerakan Nayla. Menekan bel saja dia masih berfikir."Gue sama Raka sudah putus, terserah dia mau dekat sama siapa. Termasuk Tina juga." Nayla menekan ucapannya.Harusnya g
Di meja makan terlihat Gavin dan Beca serius bercerita sambil tertawa. Beca memang cepat beradaptasi dengan lingkungan bahkan ayah Nayla juga bisa nyambung obrolan dengan Beca."Cerita apa?" bisik Nayla."Politik," sahut Beca yang ikut berbisik.whattt...Tidak terbayang, bagaimana cara Beca menyesuaikan otak dan perkataannya. Beca benci dengan yang namanya berbau politik. Pelajaran sejarah saja nilai Beca selalu kecil, sering ditinggal tidur terkadang."Kita makan duluan aja, pasti kalian udah laper. Raka nggak usah ditunggu," ucap Anjani sedikit kecewa tapi tetap tersenyum."Den Raka sudah pulang," ucap Bi Surti saat menuangkan air putih ke gelas melihat Raka masuk. Semua mata menoleh pada cowok yang baru datang itu.Raka terdiam sejenak, matanya sedikit linglung melihat Nayla ada di rumahnya. Cowok berkaus hitam dengan celana jins berlutut robe
Tanggal 14 February, biasanya dirayakan untuk memperingati hari kasih sayang atau Valentine. Tradisi barat ini sangat dilestarikan bagi mereka yang punya kekasih atau sedang jatuh cinta dan menyatakan cinta. Mereka saling bertukar notice dan kado.Siang itu tepatnya di kelas Nayla sangat ricuh, kebanyakan murid sedang menyembunyikan coklat, setangkai bunga bahkan boneka kecil ke dalam laci mereka, tidak sabar untuk menunggu jam istirahat.Nayla melirik Beca yang duduk di sampingnya. Gadis itu sedang mengelus kotak ukuran kecil berisi brownies kukus coklat buatannya. Tadi pagi Beca sudah memamerkan pada Nayla hasil buatannya yang akan diberikan untuk Bagas.Nayla hanya tersenyum merana mengingat tadi malam dia juga diganggu Bagas untuk ikut membungkus boneka kecil dan juga coklat untuk Beca. Sepasang kekasih itu saja sudah cukup membuat jiwa jomblonya meronta-ronta.
Reno memang secara terang-terangan menyukai Nayla, tapi semenjak proklamir Raka membuat Reno menjauhi Nayla. Tadi senyum Reno seakan mengisyaratkan masih menunggu Nayla terpampang nyata saat mereka bertatap mata."Nggak secepat itulah gue cari pengganti Raka, gue belum mau pacaran lagi," sahut Nayla dengan santai. Tangannya mengaduk mie ayam namun pikirannya entah kemana."Yaelah, gue kasih tau ya. Cara cepat kita move on adalah cari pasangan lain," kata Beca disambut anggukkan Rangga, "Lagian nih, si Raka udah gontai-ganti cewek gue denger. Dengan mata lo sendiri, lo liat Raka enak-enak sama cewek lain." cerocos Beca."Enak-enak dengan siapa?" Rangga membulatkan matanya tanda ingin tahu."Adalah, nanti juga lo tau." Beca melemparkan pandangan pada Tina yang duduk di ujung baris dari mereka.Rangga paham dengan perkataan Beca saat mengikuti pandangan Beca.Nayla m
"Aku tahu perempuan di sekolah itu Nayla kan? Dia Mantan kamu?" kata Jennifer yang duduk di depan Raka. Raka masih asyik menikmati sandwich. Jennifer wanita yang baru saja dikencaninya, salah satu anak fakultas hukum di tempat kuliahnya. Mereka sudah saling mengenal setahun lalu, saat itu Jennifer menemani Doni pertandingan basket dan bertemu Raka. Jennifer sepupu Doni, berpuluh-puluh kali Doni menyatukan mereka tapi tidak pernah berhasil. Entah mengapa sekarang mereka memiliki satu hubungan spesial. "Jangan sekarang Jen, aku nggak mau berdebat saat lagi makan," ucap Raka menatap gadis itu lembut. "Kenapa? Kamu nggak suka kalau aku nanya tentang Nayla?"Jennifer menatap lekat manik mata Raka.Raka menarik nafas, lalu meletakkan sandwich-nya. "Darimana kamu tahu Nayla?"
Tiga orang siswi sedang berkaca di depan cermin. Mereka merapikan seragam putih abu-abunya dan menyisir rambut hitam berkilaunya. Mereka adalah Genk siswi di SMA Budi Mulia yang sering menggosip. "Eh, guys. Tau nggak anak PA namanyaTina? Dia itu ternyata cewek cabe-cabea. Booking'an om-om," ucap Aneta, wanita berambut ikal itu kepada samping kanan-kirinya. "Kenal gue. Cewek sok perfect and sok kecakepan itu. Tiap malem nongkrong di club, yakin gue dia cuma mau jual diri. Keliatannya aja cewek baik-baik," sahut Feby dengan tertawa sinis. "Gue denger dia bisa dipake siapa aja.Tongkrongannya aja di club. Anjirr gak! Ngeri gue parah dia." Aneta berdecak. "Aduh Net, ngapa ngomongin Tina sih? Nggak penting benget sih," ucap Rasti, menatap bayangannya di depan cermin. "Nggak selevel dia mah sama kita, ngebayangin dia carper s
"Tapi, lo masih sayang kan sama dia? " Nayla mengangguk, perasaan itu tidak bisa dibohongin. Tapi, apa boleh buat semua sudah terjadi. Dan Raka sudah punya kehidupan sendiri dengan wanita lain. "Gue yakin La, dia itu sayang banget sama lo. Gue yakin banget." Tina menekan ucapannya. Nayla tersenyum mendengar ucapan Tina, rasanya mereka tidak pernah curhat sedalam ini. "Gue sama Reno nggak ada apa-apa Tina," gantian Nayla yang mengaku. Tina hanya tersenyum perih. "Ada juga gakpapa. Gue bukan siapa-siapa dia. Sekarang gue sadar temen itu lebih penting ketimbang cowok yang selalu bikin kita pusing." Tina tertawa mengakui kebodohannya. "Kalau itu gue setuju," sahut Nayla tertawa kuat. Asyik mengobrol tidak terasa mereka sampai di kelas. Wajah Beca dan Rangga b
Pulang sekolah bener saja, Reno sudah ada di depan pintu gerbang sekolah. Secepat itu Reno keluar kelas? Nayla menghampiri Reno tidak sendirian melainkan dengan ketiga sahabatnya."Reno..." panggil Nayla.Reno menoleh mencari suara itu yang dia tahu suara itu milik Nayla. Senyumnya hilang ketika melihat kanan kiri sudah ada kawannya.Dipikir Nayla akan menghampirinya seorang diri."Lo udah lama nunggu?" tanya Nayla sudah di depan Reno. Tina tersenyum ikhlas kalaupun Nayla dan Reno akhirnya berpacaran. Tangannya menggandeng lengan Beca."Engga lama kok. Yok, kita pulang," ajak Reno. "Ren, gue mau minta tolong. Urgent Ren. Ini penting banget. Kalau lo nolong pahala lo banyak," ujar Nayla. Reno menautkan alisnya bingung. Tina dan Beca hanya menjadi pendengar yang baik. "Apa La? Gue tolongin kalau gue bisa."