Share

Bab 9 Kesucian yang Nyaris Hilang

"Julio!" teriak Ferdinan saat memasuki ruang kerja Julio yang berada di lantai tiga kediaman keluarga Young.

Julio menatap ayah kandungnya itu dengan malas. "Ada apa? Ini sudah malam."

"Cepat bujuk Oma kamu untuk mengeluarkan Fiolina! Ini sudah hampir dua malam dia terkurung di ruang bawah tanah. Papa sudah berkali - kali bicara dengannya tapi Oma kamu masih bersikap keras."

"Papa benar. Sikap Oma memang keras. Gak ada yang bisa bujuk dia. Termasuk, aku."

"Berusahalah dulu!"

"Buat apa aku berusaha? Cuma akan buang-buang waktu."

"Buat apa? Fiolina itu istri kamu!"

"Lalu?"

"Lalu? Istri kamu dikurung di ruang bawah tanah yang kotor, gelap dan dingin. Kamu gak ingin mengeluarkan dia?" Ferdinan sontak memijit kepala pening memikirkan nasib pernikahan putranya ini.

"Biarin dia dapat pelajarannya. Lagi pula, itu akibat ulahnya sendiri membakar barang peninggalan Opa."

"Itu pasti ulah Rossi yang menjebaknya Julio." Ferdinan kembali berusaha membujuk anaknya. 

Sayang, Julio justru menggeleng malas. "Tetap salah Fiolina karena dia bodoh sampai tertipu anak kecil seperti Rossi."

"Julio!" bentak Ferdinan.

Hal ini membuat Julio tersenyum miring. Dia tidak peduli dengan kekahwatiran sang ayah. "Sudahlah, Pa! Aku gak berniat membantu Fiolina. Kalau Papa mau, Papa berusahalah sendiri."

*****

CEKLEK!

Pintu ruang bawah tanah terbuka lagi. Fiolina mendudukkan dirinya setelah semalaman berbaring.

Itu pasti bodyguard yang mengantarkan sarapan, pikirnya.

"Hai cantik," ucap seorang laki - laki yang baru masuk. Dia segera menutup pintu kembali lalu mengantongi kuncinya.

Fiolina menatap laki- aki itu.

Dia bukan bodyguard yang biasanya. Dia terlihat tinggi dan masih muda. Fiolina mengenalinya sebagai salah satu keluarga Young yang saat itu ada di meja makan. Tapi dia tidak tahu namanya.

"Kamu pasti menderita di dalam sini. Kamu ingin keluar?"

Mata Fiolina terlihat berbinar--berharap kali ini pertolongan akan datang. "Iya, aku mau keluar. Kamu mau bantu aku?" 

Mendengar pertanyaan Fiolina, laki-laki itu lantas tertawa kecil. "Kenalin, namaku Rey. Aku kakak kandung Rossi. Maaf, ya! Adikku agak jahil. Aku bisa bantu kamu buat keluar dari sini."

"Beneran? Makasih banyak ya." Fiolina merasa sangat senang. Tidak masalah walaupun bukan Julio yang membantunya, yang penting dia berhasil keluar.

"Tapi ada syaratnya."

"Syarat? Apa?"

Rey menyunggingkan senyum miringnya. "Puasin aku dulu sekarang. Setelah itu, aku akan langsung bawa kamu keluar dari sini."

"Maksud kamu?"

"Ck! Jangan pura-pura polos, Fiolina Chow! Kamu tahu apa maksudku." Tanpa persetujuan Fiolina, Rey lalu mendekat dan berusaha mencium bibir wanita itu.

Sontak, Fiolina dengan kuat mendorong Rey menjauh. Sayangnya, semua sia-sia.

Selain tubuh Rey yang lebih besar darinya, tenaga Fiolina juga sudah melemah sehingga usahanya hanya menghasilkan dampak yang kecil.

Rey hanya terdorong beberapa cm saja dari tubuhnya.

"Tolong jangan berbuat macam-macam! Saya gak bisa memenuhi syarat dari kamu, mendingan kamu keluar aja! Biarin aku di sini," bentak Fiolina.

"Hah! Keadaan kayak gini masih jual mahal aja ya kamu! Ayolah, cuma sekali aja. Lagipula, kamu pasti udah sering kan sama sugar daddy kamu yang tua itu. Kamu gak tertarik sama aku? Aku lebih muda dan ganteng haha!"

"Tolong, jangan apa - apain aku. Aku gak punya sugar daddy. Dan aku masih perawan, please!"

Fiolina memohon. Air matanya mulai menetes.

"Masih perawan? Bullshit banget, sih! Udahlah gak usah sok polos. Ayo main sama aku sekali aja. Setelah itu, kamu pasti aku bantu kabur dari ruangan ini, bahkan kalau perlu dari rumah ini sekalian."

Fiolina tertegun. Kabur dari rumah ini? Benar, Fiolina memang ingin meninggalkan rumah ini. Tapi tidak, dia tidak akan memberikan apa yang sudah dia jaga untuk lelaki brengs*k yang ada di hadapannya sekarang.

"Kelamaan kamu mikirnya!" Rey menjadi tidak sabar. Dia mendorong tubuh Fiolina hingga terbaring. Lelaki itu menduduki paha Fiolina dan menekan kedua lengan wanita cantik bermata sipit otu, membuatnya tak bisa bergerak.

"Tolong! Tolong!" teriak Fiolina.

Rey membekap mulut Fiolina dengan sapu tangan yang dia ambil dari kantongnya. "Hush! Jangan berisik! Lebih baik, kamu nikmati aja Fiolina sayang. Daripada kamu melawan seperti ini. Okay?"

Fiolina nyaris putus asa. Air matanya keluar bagai bendungan yang tidak tertahankan. Sekuat tenaga dia melawan, namun sia - sia.

Bibir dan tangan Rey sudah mulai bergerilya di tubuh mungilnya, Fiolina semakin ketakutan. Namun, dia teringat sesuatu. Dia memiliki sebuah tombol darurat yang diserahkan oleh Nirmala dua hari yang lalu.

Bagaimana dia bisa lupa?

Diam - diam, Fiolina memasukkan tangannya ke kantongnya sendiri. Mencoba menemukan benda kecil itu.

Saat akhirnya dia berhasil menemukannya, dia menekan tombol itu dengan kuat, berkali - kali.

Sekarang dia hanya bisa berharap seseorang yang terkoneksi dengan tombol itu akan datang menyelamatkannya.

Namun waktu berjalan sangat lambat. Hampir 1 menit dan tidak ada satu orang pun yang datang.

KREKK!!

Rey berhasil merobek baju bagian atas Fiolina, memperlihatkan bra bermerk Victoria Secret miliknya.

"Ck ck ck, kamu seksi banget ya," ujar Rey saat dia memandang bagian tubuh Fiolina yang tadinya tertutup baju.

Namun di saat bersamaan tiba - tiba ...

BRAKK!!

Seseorang mendorong pintu dengan keras, memasuki ruangan dengan paksa.

"Julio?!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ari Kismawati
mahal buka bab nya
goodnovel comment avatar
ADEK ABUN CHANNEL
kemahalan,membeli bab nya.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status