Share

3. Flashback

Penulis: Ai Bori
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-02 11:02:11

Mobil sudah berangkat meninggalkan rumah. Tiba-tiba seseorang memeluk Reno dari belakang. 

“Aku yang kamu bohongi, kenapa dia yang kamu temani sampai pergi? Bahkan dia udah nggak kelihatan.”

“B—bel, l—lepasin. Nanti ke—”

“Ke apa? Ketahuan?”

Bella melepaskan tangannya. Reno pun berbalik arah. Dilihatnya Bella yang sedang melipat tangan ke arahnya. 

“Sayang, hei … bukan gitu. Aku cuma khawatir aja kalau nanti—”

“Khawatir? Baik … kamu khawatir dengan dia. Terus kamu nggak khawatir sama aku? Kamu nggak hargain aku, Mas?”

“Bel! Astaga, ikut aku!”

Reno menarik tangan Bella ke dalam. Meski para pelayan melihat, keduanya tidak perduli. Karena ternyata ini bukan merupakan kali pertama mereka menunjukkan bahwa keduanya benar-benar memiliki hubungan yang lain. 

Tak ada satupun pelayan yang berani mengatakan itu pada Carrista. Karena mereka sudah diancam oleh Reno. 

“Papa … Tante … Mau ke mana?”

Keduanya berhenti saat mendengar suara Tyara di sana. Reno menoleh ke sumber suara. Terlihat sang buah hati sedang menatapnya dengan wajah yang bingung.

“Ada apa, Sayang? Hm? Papa mau ke ruang kerja. Tante Bella makanya ikut karena kerjaan ini juga termasuk kerjaan Tante. Kan Tante sekretaris Papa sekarang.”

Keduanya memanfaatkan situasi untuk menjadi atasan dan bawahan karena memang sejak tiga bulan yang lalu Bella sudah menjadi asisten Pribadinya.

Tyara mendengarnya hanya menganggukkan kepala tanpa merasa curiga. Maklum saja, anak cantik ini masih berusia lima tahun. Tentu yang ada di pikirannya hanya bermain dan belajar dengan baik. 

Reno dan Bella pun pergi setelah itu. Mereka masuk ke dalam ruangan kerja milik Reno. Sebenarnya, di ruangan itu pun tak hanya meja, lemari, laptop dan alat kerja lainnya saja. Tetapi, juga ada kamar mandi dan kasur untuk beristirahat sejenak. 

Reno mengunci pintu ruangannya. Lalu, ia hampir Bella yang saat ini duduk di atas kasur.

“Sayang ….”

“Sudahlah, Mas! Kenapa kita harus sembunyi? Aku capek diam-diam begini. Aku juga capek jadikan William kambing hitam biar hubungan kita nggak ketahuan.”

“Tadi malam Carrista pulang dadakan. Jangankan kamu, aku pun juga kaget. Tyara juga sama kagetnya. Sayang … aku mau kasih tahu kamu, tapi Carrista sudah mulai curiga.”

“Apa?” Bella langsung melirik Reno. 

“Tyara bahas kamu di depan dia. Makanya dia curiga. Untung aja aku berhasil yakinin dia kalau di antara kita nggak ada apa-apa.”

Bella menghela napasnya. Dia sedikit lebih tenang sekarang. “Tapi aku capek, Mas!”

“Dari awal, hubungan kita didasarkan oleh suka sama suka tanpa mengharapkan status. Kenapa kamu jadi gini? Kamu mau aku pisah dengan Carrista? Nggak, Bell. Kami punya Tyara. Dan lagi, kamu udah tunangan dengan William!”

“Kenapa harus aku yang ngalah?”

“Bel—”

“Aku yang lebih dulu kenal kamu, Mas Reno! Dia yang rebut kamu dari aku.”

“Carrista nggak salah, Bella! Kami bertemu, saat kamu putusin aku. Aku nggak tahu kalau dia teman kamu.”

“Terus begitu tahu, kenapa nggak di akhiri saja? Ingat nggak, waktu kamu dikenali dengan aku?”

Reno diam sejenak. Dia kembali teringat pada saat mereka mengakhiri hubungannya. Ya, Bella ‘lah yang menyakitinya dan memutuskan hubungan padahal Reno sudah memaafkannya saat mengetahui Bella selingkuh. 

Bella cinta pertama Reno. Itu sebabnya dia rela disakiti asalkan terus bersama Bella. Namun, saat wanita itu menyatakan putus dan menghilang dari hidupnya, Reno pun benar-benar terpuruk.

Di saat keterpurukan itu ‘lah ia tak sengaja bertemu dengan Carrista. Gadis cantik nan polos itu berhasil menyembuhkan luka di hatinya. Tak berlama-lama untuk saling mengenal, Reno memantapkan hati untuk meminangnya. 

Carrista pun memperkenalkan Reno dengan sahabatnya. “Pokoknya kamu harus kenal dengan sahabat aku, Mas!”

“Seberapa penting dia di hidup kamu?”

“Sangat penting! Dia itu selalu ada di suka duka aku, Mas. Oh iya, dia masih single. Padahal dia penyayang, tapi karena pacarnya dulu berkhianat akhirnya dia putus.”

“Hm, ya sudah. Nanti aku Carikan teman buat dia.”

“Beneran, Mas?”

“Iya, Sayang! Tapi aku nggak yakin kalau mereka jodoh karena jodoh di tangan Tuhan, bukan kita.”

Carrista tersenyum manis. Dia sedikit geli dengan ucapan calon suaminya itu. Hari ini adalah pertemuan antara sahabat Carrista dengan Reno. Sampailah mereka di sebuah cafe yang sudah dipesan Carrista. 

Mereka duduk di kursi sambil membaca menu makan yang akan di pilih. Tiba-tiba seseorang memanggil Carrista dari arah belakang. “Carrista!”

Carrista menoleh dan melihat sahabatnya melambaikan tangan. “Sini!” sahut Carrista. 

Gadis itu mendekat, lalu berdiri di samping Carrista. “Mas, ini sahabatku. Bella!”

Reno yang sedang melihat menu langsung menoleh. Seketika suasana hening seperti tak berpenghuni. Keduanya terkejut, tak menyangka akan dipertemukan lagi dengan keadaan seperti itu. 

“Hello, kenapa pada diam?” tanya Carrista setelah beberapa detik.

Keduanya tersentak dan terlihat salah tingkah. Bella menatap sahabatnya itu. “I—ini calon suami kamu?”

“Hm. Iya. Kalian saling kenal?”

“I—”

“Enggak, Sayang. Kami belum pernah kenal!” potong Reno dengan cepat. Lalu dia mengulurkan tangannya. “Aku Reno, tunangannya Carrista!”

Bella pun membalas uluran tangan Reno. “Bella!” sahurnya. 

Melihat Reno yang sekarang membuatnya menjadi menyesali perbuatannya dulu. Ya, dia menyesal meninggalkan Reno hanya demi pria yang ternyata juga berselingkuh darinya. 

Selama mereka makan, hanya kecanggungan yang terlihat. Keduanya berdalih, sedang makan tidak boleh bicara. Padahal, ada luka lama yang sengaja diingat kembali. 

“Aku ke toilet dulu, ya.” Carrista meninggalkan mereka. 

Hening. Tak bersuara sedikitpun sampai akhirnya Bella berdehem dan mulai bertanya pada Reno. 

“Ekhm. Apa kabar?” tanya Bella. 

Reno tak menoleh sama sekali. “Baik!”

“Maaf.”

“Untuk apa?”

“Untuk semua luka yang aku gores.”

“Semua sudah berlalu. Aku juga udah lupa.”

“Aku nyesal, Ren. Aku nyesal ninggalin kamu demi dia, pria brengsek itu!”

“Menyesal pun percuma. Lembaran itu udah tertutup rapat sejak lama.”

“Kenapa harus Carrista, Ren?”

Reno pun menoleh. “Kenapa harus kamu, sahabatnya?”

“Apa aku benar-benar hilang di hatimu?”

“Ada atau tidaknya kamu, itu nggak penting lagi sekarang. Aku minta sama kamu, tolong rahasiakan hubungan kita yang berlalu!” 

Kata-kata itu sungguh menyakitkan bagi Bella. Carrista memang sahabatnya dan dia pun tak ingin menyakiti Carrista. Namun, Reno adalah cintanya yang masih lekat di hati. Sudah di tahap hampir melupakan tetapi malah kembali di pertemukan.

Sedang termenung mengingat masa lalu tiba-tiba merasakan seseorang sedang menyentuhnya. Hal itu membuat Reno menjadi sadar kembali. 

Reno menoleh, “Bel, mau ngapain?”

“Aku rindu, Sayang.”

“Tapi, ah … jangan di sini.”

“Udah nggak kuat! Bukankah tadi malam dia silahturahmi dengan Carrista? Aku mau hilangkan bekasnya dulu!”

“Sayang … nikmat sekali!”

Reno malah meracu tidak jelas. Bella benar-benar terlihat ganas saat ini. Namun, terapi dari Bella sungguh menyenangkan baginya. Bahkan, Carrista saja kalah dari gadis ini padanya. 

“Apa aku kalah dengan Carrista?”

“Kamu buat aku candu.”

Bella tersenyum. “Baiklah, akan kubuat kamu terus candu padaku!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   11. Jack

    “Kamu sudah pulang?”Suara itu mengejutkan Reno yang baru saja masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumahnya itu. Reno menghela nafasnya, lalu duduk di samping Carrista.“Siapa yang bawa kamu keluar?”“Aku bisa jalan sendiri. Lagian, udah mendingan.”“Udah malam, Sayang. Nggak bobok?”“Aku nungguin kamu.”“Kamu nungguin aku, atau foto aku bersama temanku?”Carrista tertawa, “dua-duanya!”Reno menggendong istrinya, “di kamar saja!” Serunya. Sementara Carrista memikirkan sesuatu saat digendong sang suami. ‘Kenapa parfum mas Reno mirip dengan parfum Bella? Apa aku salah? Atau hanya kebetulan?’“Kenapa diam saja?” tanya Reno. “A—aku … hm, aku sedang menatap wajah suamiku yang tampan. Aku rasa, cuma kamu di dunia ini yang paling tampan.”“Benarkah? Berarti, cuma kamu juga wanita yang paling beruntung di dunia ini karena memiliki suami yang tampan.”“Kamu sedang memuji diri sendiri, ya?”“Aku bicara fakta, ‘kan?” Reno berbicara dengan percaya dirinya. Bahkan, tak lupa ia berikan senyum

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   10. Apa ini pertemuan terakhir kita?

    [Temuin aku di tempat biasa!]Mendapat pesan singkat dari Bella, Reno langsung menaruh ponselnya. Ia mencari cara bagaimana bisa pergi saat ini. Sementara Carrista, dia baru saja selesai makan. Bagi wanita ini, sangat nikmat rasanya saat makan disuapin oleh suami sendiri. “Sayang, kamu mau makan apalagi? Atau mau minum apa gitu?”Carrista menatap suaminya. “Masih kenyang banget, Mas.”“Ya sudah, kalau gitu Kamu istirahat saja. Aku mau keluar bentar, ya?”“Buru-buru banget. Mau kemana, Mas?”“Ini, teman sekolah aku dulu. Dia ngajak jumpa. Niatnya, mau ngajak kamu juga tapi ya kamu lihat sendiri kondisi kamu. Aku yang nggak tega kalau ngajak kamu.”“Aku di rumah aja, nggak apa-apa. Salam buat teman kamu.”“Hm, baiklah. Love you!”Reno mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu. Lalu dia hendak berjalan dengan cepat. Namun, saat di ambang pintu langkahnya terhenti saat Carrista memanggilnya.“Iya, Sayang?”“Teman kamu ini cewek apa cowok?”Wajah Reno berubah menjadi pucat, lalu d

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   9. Mari Kita Menikah

    Bella hendak bangkit, tetapi ditahan oleh William. Pria itu berdiri mendekatinya dan duduk di samping kekasihnya. “Sepertinya kamu kelelahan sekali, ya. Sudah lama datangnya? Kenapa nggak bilang dulu, hm?”Bella memeluk William. “Aku tuh mau kasih kejutan. Eh, malah aku yang dikejutkan karena kamu nggak ada di ruangan.”“Lain kali bilang dulu, ya. Kasihan kalau kamu kelelahan sampai sini,” ucap William dengan lembut. Bella mengangguk. Dia menaruh kepalanya di pangkuan William. Sebenarnya, William merupakan pria lembut nan perhatian. Semenjak mengetahui kekasihnya berkhianat, pria itu lebih berhati-hati lagi. “Sayang, kenapa diam aja?” tanya Bella setelah beberapa menit tidak ada percakapan.William tersenyum geli, “apa harus selalu aku yang memulai percakapan? Baiklah, kalau gitu, apa saja kegiatan kamu hari ini?”“A—aku …,” Bella gelagapan. “Kenapa? Kok mendadak bingung?”Bella duduk dengan tergesa-gesa lalu menatap William sesekali. “Aku cuma bingung, kenapa nanya gitu? Ya jelas

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   8. Kecurigaan Carrista

    Wajah bingung Carrista tampak jelas saat ini. Bahkan saat ia berbicara, Bella langsung menghampirinya sambil merentangkan tangan.Wajah sedih palsu terlihat di raut wajahnya. Dia berpura-pura sedih memeluk Bintang. “Carrista! Kok kamu nggak ngabarin aku? Aku panik banget, tahu!” Entah dari mana asalnya air mata tersebut hingga jatuh beberapa kali. Carrista tersenyum, “it’s okay, Bel. I’m okay! Cuma kecelakaan dikit, sialnya kenapa ada pohon nangka di situ? Kenapa nggak minggir aja dulu pohonnya!”Carrista menghibur sahabatnya. Padahal, sebenarnya justru dia ‘lah yang perlu dihibur. Bella tertawa, “kamu beneran ketimpa nangka?”“Biar kamu tahu, besarnya itu kayak apa ya bilangnya, gede banget pokoknya!”“Lagian, kenapa bisa?”“Aku ngejar maling, sial banget aku hari ini.”“Kamu udah makan? Mau aku suapin?”“Aku udah kenyang.”“Bohong! Mama nggak mau makan, Tante!” Tyara memotong ucapan mereka. “Hm, benarkah? Kita hukum nanti mamanya!” seru Bella sambil mencubit gemas hidung Tyara.

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   7. Aku bukan boneka, Mas!

    Awalnya, Bella tidak percaya sampai akhirnya dia merasa gelisah sendiri saat setelah mendengar cerita dari Reno.“Aku cuma takut, rahasia kamu terbongkar!” seru Reno pada Bella. Dia malah mengkhawatirkan hubungan Bella dengan William. Bukan dirinya bersama Carrista. “Tapi, kenapa William mengaku Bramasta?” Tanya Reno setelah beberapa saat. “Meski namanya William Bramasta, tapi aku yakin dia punya maksud terselubung untuk tidak menyebut nama panggilannya ke Carrista!” Sahut Bella dengan wajah datarnya. Dia sedang mencari tahu, niat sang kekasih saat ini. “Sudah, jangan dipikirkan. Mungkin, dia nggak mau Carrista tahu kalau dia pacar kamu.”“Agak janggal, Sayang. Harusnya, dia ngaku namanya di hadapan Carrista. Tapi, kalau dia begitu, itu tandanya— ah, apa dia berniat buat dekatin Carrista?”Reno tersedak. Dia terkejut mendengar ucapan Bella. Meski dia sendiri yang lebih dahulu berkhianat, ia pun tak rela jika dikhianati. Ya, itu tidak adil. Pun lebih tepatnya dibilang egois. Namun,

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   6. Gelagat aneh Reno

    Keduanya bersitegang menggambarkan ada sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Beberapa saat kemudian, Reno mengalihkan pandangannya m wajahnya pucat, berkeringat dingin terlihat jelas. Carrista pun merasa bingung. Dia langsung menepuk tangannya satu kali sambil mengatakan, “udah pada kenal?”Reno membuka mulutnya. “U—” tetapi terhenti saat mendengar ucapan Bramasta. “Tidak. Tapi seperti tak asing, memang.”Carrista tersenyum. “Padahal wajahnya langka, kenapa bisa jadi pasaran?”Niatnya ingin memecahkan keheningan, Bramasta berdehem untuk berpamitan pulang. “Cepat sekali, apa nggak mau mampir dulu?” tanya Carrista. “Sepertinya suami kamu sibuk. Hm, maksudnya kamu perlu istirahat. Semoga lekas sembuh!” seru Bramasta. Lalu, dia melihat Reno. “Bisa pegang janji, ‘kan?”Reno mengangguk. Bramasta menatap Carrista. “Carrista, i wanna say, jangan percaya seratus persen dengan laki-laki. Sekalipun ia pasangan sendiri.”Setelah mengatakan itu, Bramasta pun masuk ke dalam mobil. Ia pergi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status