Share

2. Kedatangan Bella

Author: Ai Bori
last update Last Updated: 2025-06-29 18:01:47

Matahari telah terbit. Ternyata, hari sudah berlalu. Carrista membuka matanya saat ia merasa sang suami sudah tidak berada di sampingnya. 

“Ke mana Mas Reno?” gumamnya. 

Carrista menatap jam dinding, sudah memasuki pukul sembilan pagi. Pantas saja sang suami sudah tidak berada di dalam kamar, pikirnya. 

“Padahal, kami jarang lakukan itu. Tapi, kenapa cuma aku yang kelelahan? Kenapa sepertinya Mas Reno sudah biasa?”

Pikiran buruk pun mulai merajalela. Dia menggelengkan kepala. Sesaat kemudian, Carrista memilih untuk membersihkan dirinya. 

Setengah jam berlalu, akhirnya wanita ini sudah selesai mandi dan berpakaian dengan rapi. Pagi ini, dia ingin segera ke butiknya untuk bertemu dengan klien. Semakin cepat dia pergi, semakin cepat pula selesainya nanti. Dan pada akhirnya dapat berkumpul lagi dengan keluarga. 

Carrista pun menuruni anak tangga dan pergi ke dapur. Begitu sampai di dapur, ia tercengang melihat pemandangan aneh di depan mata. 

“Bella!” seru Carrista dengan wajah tercengang. Dia tak menyangka sahabatnya datang saat ini. 

Carrista diam di tempat. Lalu, ia melihat jam di dinding. “Masih jam segini, kamu udah datang? Ada acara apa?” lanjutnya bertanya kembali. 

Suasana kembali hening seakan Carrista merusak suasana. Wanita bernama Bella tersebut menjadi salah tingkah. Dia tak tahu, Carrista sudah pulang ke rumah. 

Tyara langsung turun dari kursi lalu berlari untuk mendapatkan pelukan dari ibunya. “Mama!” teriak gadis kecil nan cantik itu. 

Carrista menyambut pelukan sang buah hati, “sudah makan, Sayang?”

“Belum! Tante Bella lucu banget, Ma. Tya dan Papa ketawa dengar cerita Tante. Sini deh, Ma … Gabung sama kami!”

Reno berdehem lalu ia mendekati mereka, “ekhm. Sayang, kenapa baru turun? Teman kamu udah sampai, loh!”

Carrista berusaha tersenyum. “Oh, iya? Bel, kamu nungguin aku?”

“I—iya. Kok baru bangun? Sarapannya dingin nanti. Aaa aku rindu banget sama kamu, Carris!”

“Sorry, but dari mana kamu tahu kalau aku pulang? Btw, aku nggak ada bilang sama kamu, loh.”

“I—itu … hm, dari—”

Carrista tersenyum melihat gelagat sahabatnya itu. Lalu, dia melepaskan pelukan sang buah hati dan berdiri kembali. 

“Mas yang kasih tahu.” Suara Reno membuat Carrista dan Bella langsung menoleh ke arahnya. 

Carrista pun melirik Bella kembali, ia melihat sang sahabat menghela napasnya seakan nasibnya terselamatkan kali ini. 

“Kenapa?” tanya Carrista. 

“Karena ….” Kali ini Reno terdiam, dia pun tidak tahu alasan apa yang harus ia pakai lagi.

“Aku rindu sama kamu, Carrista! Gila, gitu aja pakai ditanya? Kemarin aku kesini, ternyata belum pulang kamu. Aku mau sharing tentang persiapan married.”

Carrista langsung menepuk jidatnya. Untuk kesekian kalinya dia sudah menaruh curiga pada Bella. Sedetik kemudian, dia menyadari kekeliruannya. Ia mengira di antara Bella dan Reno telah terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. 

Namun, ternyata dia salah sangka. Bella tak mungkin tega menusuknya dari belakang. Tentu saja itu tidak mungkin, mengingat status sosial calon pasangan sahabatnya tersebut lebih tinggi dari pada suaminya. 

“Astaga, kenapa nggak bilang dari tadi?” Carrista mendekati Bella dan langsung memeluknya. 

“Gimana hubungan kamu dengan calonmu? Astaga, sorry banget nih, aku nggak datang kemarin. Oh, iya … aku lupa namanya. Siapa namanya?”

“William! Jangan lupakan itu lagi, paham?”

“Ah, iya. Pak William!”

“Kok harus Pak, sih?”

“Presdir, cuy! Masa' aku panggil bro mentang-mentang calon istrinya sis aku?” 

Carrista bergurau membuat keduanya terkekeh sendiri. Lalu, tiba-tiba saja Reno berdehem. Hm, merusak suasana saja. 

“Tya, sepertinya ada sahabat lama yang saling rindu sampai akhirnya kita dicuekin. Iya, ‘kan?” Ucap Reno pada putrinya. Dia hanya berbasa-basi saja. Padahal, dalam hati Reno, dia berharap sang buah hati tidak menjawabnya.

“Sampai lupa,” ucap Carrista. Lalu ia lanjutkan kembali, “ayo sarapan dulu! Kamu bawa apa, Bel?”

“Benar juga. Aku bawa spagheti bolognese, khusus buat kalian semua. Ini aku masak sendiri, loh!” sahut Bella. 

Carrista mendekati meja makan. Hanya ada tiga porsi spagheti di atas sana. Bukan hanya itu, Bella pun sedang membuat juice apel yang masih berada di dalam juicer. 

Carrista terkejut, “cuma tiga porsi?”

“I—iya. Kan aku bilang, khusus! Kamu harus cobain masakan aku, Car. Sekarang aku bisa masak dikit-dikit. Oh, iya, spagheti ini kesukaannya kesayangan aku loh, Carris!”

Reno tersedak. Padahal dia tidak memakan apapun, mereka langsung menoleh. “Kenapa, Mas?” tanya Carrista.

“Nggak pa-pa, Sayang. Aku lagi lihat berita di ponsel, ternyata harga emas lagi naik!”

“Terus?”

“Ya nggak pa-pa. Kaget aja. Masa' sampai hampir dua juta per gramnya. Ngeri, ‘kan?”

“Bukannya Papa lagi—” Tyara membuka suaranya. Namun, langsung terhenti ketika Reno memasukkan satu sendok mie spaghetti tersebut ke mulutnya.

“Gimana, Nak? Enak?” ucap Reno. 

Tyara mengangguk. Ingin membuka mulut lagi, tetapi tak mampu karena Reno terus memotong ucapannya. 

Mereka pun melanjutkan makannya. Sementara Bella, dia sedang memainkan ponselnya. Ia mengirim beberapa pesan dengan seseorang sambil sesekali meminum juice yang dibuatnya tadi. 

Beberapa menit kemudian, Carrista telah selesai sarapan. Ia melihat jam di dinding sambil melototkan matanya. 

“Ah, ya ampun!”

Reno menatap istrinya, “kenapa, Sayang?”

“Aku udah telat, Mas!”

“Ya sudah, langsung aja gerak. Biar aku antar ke depan!”

Carrista terdiam sejenak. Lalu, ia tatap sahabatnya itu. “Kamu tetap di sini, Bel? Maaf, aku ada kerjaan.”

Bella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Lama, kah? Kalau aku tungguin di sini, gimana?”

“What? Kayaknya nggak bisa, deh. Aku juga nggak tahu pastinya selesai jam berapa.”

“Ya sudah, aku minta jemput William aja nanti.”

“Nggak pa-pa, Bel?”

“Nggak pa-pa, kok. Tenang aja!”

“Aku nggak enak banget sama kamu. Maaf, ya?”

“Nggak pa-pa, Carrista. Santai aja! Astaga, mecem bukan sahabat aja. Aku paham, kok. William juga sering gitu. You know ‘lah, dia super sibuk nya gimana.”

“Nanti kalau udah selesai aku telpon kamu. Okay?”

Bella mengangguk. Keduanya tersenyum sebelum Carrista pergi. Carrista mencium Tyara terlebih dahulu. Padahal, baru saja ia bertemu putrinya, tetapi sudah harus berpisah kembali meskipun hanya beberapa jam saja. 

“Mas, aku pergi dulu.” Carrista mencium tangan Reno, lalu dibalas dengan kecupan singkat dari Reno untuknya. 

Carrista pun pergi keluar, Reno berniat untuk mengantarkan istrinya hingga sampai di pintu keluar rumah. Sebelum itu, Bella meliriknya dengan sekilas. 

“Kamu hutang penjelasan sama aku!” seru Bella pelan. Sangat pelan, bahkan Tyara pun tidak sempat mendengarnya. 

Reno mengangguk lalu pergi dari hadapan Bella. Dia mengejar istrinya yang akan pergi. Entah seperti apa nantinya, tetapi ini harus ia hadapi sekarang. 

"Kamu hati-hati, ya. Udah sampai kabarin aku!" seru Reno pada Carrista. 

Carrista pun tersenyum. "Baik, Mas. Kejujuran yang utama, 'kan?"

"Hah? Maksudnya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   11. Jack

    “Kamu sudah pulang?”Suara itu mengejutkan Reno yang baru saja masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumahnya itu. Reno menghela nafasnya, lalu duduk di samping Carrista.“Siapa yang bawa kamu keluar?”“Aku bisa jalan sendiri. Lagian, udah mendingan.”“Udah malam, Sayang. Nggak bobok?”“Aku nungguin kamu.”“Kamu nungguin aku, atau foto aku bersama temanku?”Carrista tertawa, “dua-duanya!”Reno menggendong istrinya, “di kamar saja!” Serunya. Sementara Carrista memikirkan sesuatu saat digendong sang suami. ‘Kenapa parfum mas Reno mirip dengan parfum Bella? Apa aku salah? Atau hanya kebetulan?’“Kenapa diam saja?” tanya Reno. “A—aku … hm, aku sedang menatap wajah suamiku yang tampan. Aku rasa, cuma kamu di dunia ini yang paling tampan.”“Benarkah? Berarti, cuma kamu juga wanita yang paling beruntung di dunia ini karena memiliki suami yang tampan.”“Kamu sedang memuji diri sendiri, ya?”“Aku bicara fakta, ‘kan?” Reno berbicara dengan percaya dirinya. Bahkan, tak lupa ia berikan senyum

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   10. Apa ini pertemuan terakhir kita?

    [Temuin aku di tempat biasa!]Mendapat pesan singkat dari Bella, Reno langsung menaruh ponselnya. Ia mencari cara bagaimana bisa pergi saat ini. Sementara Carrista, dia baru saja selesai makan. Bagi wanita ini, sangat nikmat rasanya saat makan disuapin oleh suami sendiri. “Sayang, kamu mau makan apalagi? Atau mau minum apa gitu?”Carrista menatap suaminya. “Masih kenyang banget, Mas.”“Ya sudah, kalau gitu Kamu istirahat saja. Aku mau keluar bentar, ya?”“Buru-buru banget. Mau kemana, Mas?”“Ini, teman sekolah aku dulu. Dia ngajak jumpa. Niatnya, mau ngajak kamu juga tapi ya kamu lihat sendiri kondisi kamu. Aku yang nggak tega kalau ngajak kamu.”“Aku di rumah aja, nggak apa-apa. Salam buat teman kamu.”“Hm, baiklah. Love you!”Reno mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu. Lalu dia hendak berjalan dengan cepat. Namun, saat di ambang pintu langkahnya terhenti saat Carrista memanggilnya.“Iya, Sayang?”“Teman kamu ini cewek apa cowok?”Wajah Reno berubah menjadi pucat, lalu d

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   9. Mari Kita Menikah

    Bella hendak bangkit, tetapi ditahan oleh William. Pria itu berdiri mendekatinya dan duduk di samping kekasihnya. “Sepertinya kamu kelelahan sekali, ya. Sudah lama datangnya? Kenapa nggak bilang dulu, hm?”Bella memeluk William. “Aku tuh mau kasih kejutan. Eh, malah aku yang dikejutkan karena kamu nggak ada di ruangan.”“Lain kali bilang dulu, ya. Kasihan kalau kamu kelelahan sampai sini,” ucap William dengan lembut. Bella mengangguk. Dia menaruh kepalanya di pangkuan William. Sebenarnya, William merupakan pria lembut nan perhatian. Semenjak mengetahui kekasihnya berkhianat, pria itu lebih berhati-hati lagi. “Sayang, kenapa diam aja?” tanya Bella setelah beberapa menit tidak ada percakapan.William tersenyum geli, “apa harus selalu aku yang memulai percakapan? Baiklah, kalau gitu, apa saja kegiatan kamu hari ini?”“A—aku …,” Bella gelagapan. “Kenapa? Kok mendadak bingung?”Bella duduk dengan tergesa-gesa lalu menatap William sesekali. “Aku cuma bingung, kenapa nanya gitu? Ya jelas

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   8. Kecurigaan Carrista

    Wajah bingung Carrista tampak jelas saat ini. Bahkan saat ia berbicara, Bella langsung menghampirinya sambil merentangkan tangan.Wajah sedih palsu terlihat di raut wajahnya. Dia berpura-pura sedih memeluk Bintang. “Carrista! Kok kamu nggak ngabarin aku? Aku panik banget, tahu!” Entah dari mana asalnya air mata tersebut hingga jatuh beberapa kali. Carrista tersenyum, “it’s okay, Bel. I’m okay! Cuma kecelakaan dikit, sialnya kenapa ada pohon nangka di situ? Kenapa nggak minggir aja dulu pohonnya!”Carrista menghibur sahabatnya. Padahal, sebenarnya justru dia ‘lah yang perlu dihibur. Bella tertawa, “kamu beneran ketimpa nangka?”“Biar kamu tahu, besarnya itu kayak apa ya bilangnya, gede banget pokoknya!”“Lagian, kenapa bisa?”“Aku ngejar maling, sial banget aku hari ini.”“Kamu udah makan? Mau aku suapin?”“Aku udah kenyang.”“Bohong! Mama nggak mau makan, Tante!” Tyara memotong ucapan mereka. “Hm, benarkah? Kita hukum nanti mamanya!” seru Bella sambil mencubit gemas hidung Tyara.

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   7. Aku bukan boneka, Mas!

    Awalnya, Bella tidak percaya sampai akhirnya dia merasa gelisah sendiri saat setelah mendengar cerita dari Reno.“Aku cuma takut, rahasia kamu terbongkar!” seru Reno pada Bella. Dia malah mengkhawatirkan hubungan Bella dengan William. Bukan dirinya bersama Carrista. “Tapi, kenapa William mengaku Bramasta?” Tanya Reno setelah beberapa saat. “Meski namanya William Bramasta, tapi aku yakin dia punya maksud terselubung untuk tidak menyebut nama panggilannya ke Carrista!” Sahut Bella dengan wajah datarnya. Dia sedang mencari tahu, niat sang kekasih saat ini. “Sudah, jangan dipikirkan. Mungkin, dia nggak mau Carrista tahu kalau dia pacar kamu.”“Agak janggal, Sayang. Harusnya, dia ngaku namanya di hadapan Carrista. Tapi, kalau dia begitu, itu tandanya— ah, apa dia berniat buat dekatin Carrista?”Reno tersedak. Dia terkejut mendengar ucapan Bella. Meski dia sendiri yang lebih dahulu berkhianat, ia pun tak rela jika dikhianati. Ya, itu tidak adil. Pun lebih tepatnya dibilang egois. Namun,

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   6. Gelagat aneh Reno

    Keduanya bersitegang menggambarkan ada sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Beberapa saat kemudian, Reno mengalihkan pandangannya m wajahnya pucat, berkeringat dingin terlihat jelas. Carrista pun merasa bingung. Dia langsung menepuk tangannya satu kali sambil mengatakan, “udah pada kenal?”Reno membuka mulutnya. “U—” tetapi terhenti saat mendengar ucapan Bramasta. “Tidak. Tapi seperti tak asing, memang.”Carrista tersenyum. “Padahal wajahnya langka, kenapa bisa jadi pasaran?”Niatnya ingin memecahkan keheningan, Bramasta berdehem untuk berpamitan pulang. “Cepat sekali, apa nggak mau mampir dulu?” tanya Carrista. “Sepertinya suami kamu sibuk. Hm, maksudnya kamu perlu istirahat. Semoga lekas sembuh!” seru Bramasta. Lalu, dia melihat Reno. “Bisa pegang janji, ‘kan?”Reno mengangguk. Bramasta menatap Carrista. “Carrista, i wanna say, jangan percaya seratus persen dengan laki-laki. Sekalipun ia pasangan sendiri.”Setelah mengatakan itu, Bramasta pun masuk ke dalam mobil. Ia pergi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status