Share

Bab 2

Penulis: Felya Puspita
“Tak disangka ternyata kamu begitu berisi, sepertinya anakku tak akan kelaparan lagi. Selanjutnya, aku harus memeriksa kualitasnya.”

“Anak ini harta keluarga kami, jadi tak boleh ada sedikit pun kelalaian. Soal kualitas, aku harus benar-benar mengawasinya secara ketat.”

“Sini, biar kuperiksa dulu. Kalau rasanya nggak ada masalah, kamu bisa langsung mulai bekerja.”

Pak Jeff duduk di kursi dan menarikku mendekat.

Saat dia hendak menggigit, aku reflek menghindar, tapi dia menahanku erat-erat.

“Ini sudah kedua kalinya kamu menentangku. Pekerjaan sebagai pengasuh ini banyak yang mau, kalau kamu memang merasa terlalu berharga, sebaiknya cepat pergi saja, jangan buang-buang waktuku.”

Nada bicaranya terdengar tidak enak, jelas mulai kesal.

Hatiku terasa kacau dan bimbang. Aku tahu jelas cara yang dia gunakan ini tidak wajar, aku belum pernah dengar ada yang merekrut pengasuh dengan cara seperti ini.

Namun mirisnya, keadaanku memang sulit. Mencari pekerjaan lain juga tidak mudah. Pekerjaan bersih-bersih yang bisa kudapat paling-paling hanya empat juta sebulan. Untuk makan saja sudah pas-pasan, apalagi harus menanggung biaya pengobatan anak.

“Jangan marah, Pak Jeff. Ini salahku. Mau periksa… apa saja boleh, aku terima. Asal jangan memecatku.”

Dengan tubuh gemetar, aku menahan rasa takut dan tidak nyaman di dalam hati, lalu memberanikan diri untuk mendekat.

“Uh… Pak Jeff, tolong jangan menggigit terlalu keras, bisa luka, nanti bayinya jadi nggak bisa minum….”

Tampaknya Pak Jeff tidak begitu tahu cara memeriksa, membuatku merasa nyeri dan geli sekaligus. Anehnya, tubuhku perlahan mulai bereaksi aneh, seolah ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam diri ini.

Sejak merantau ke kota untuk bekerja, suamiku selalu sibuk. Pergi pagi dan pulang malam langsung tidur. Beberapa kali kami sempat berhubungan, tapi belum sempat menikmati, aku sudah hamil.

Kalau dihitung-hitung, sudah lebih dari setahun, aku tidak mengalami hal semacam itu.

Karena dirangsang Pak Jeff barusan, perasaan aneh yang sudah lama tak kurasakan itu kembali muncul, asing dan familiar. Seluruh darah dalam tubuhku mengalir cepat dan kepalaku terasa kosong.

“Kualitasnya bagus sekali, aku jadi ingin menikmatinya setiap hari. Namamu Eva? Sepertinya kamu cukup menikmatinya. Kenapa? Suamimu nggak memuaskanmu?”

“Aku belum periksa bagian lain. Mumpung sekarang ada waktu, aku bakal cek dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jangan sampai ada bekas luka atau tanda lahir yang bisa menakuti anakku nanti.”

“Juga sekalian memastikan kamu nggak membawa benda tajam atau sesuatu yang bisa membahayakan.”

Usai bicara, dia langsung mulai memeriksa.

Aku tahu jelas dia sengaja melakukannya. Ini tak ada bedanya dengan penghinaan di depan umum. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa memejamkan mata, sambil menahan air mata dan menanggung rasa malu ini.

Gaji yang kudapat di sini mungkin satu-satunya harapan untuk membiayai pengobatan anakku. Jika aku pergi sekarang hanya demi mempertahankan harga diri, mungkin anakku tak akan punya harapan lagi.

“Aku paling suka dengan pesona wanita saat menangis. Lihat wajahmu, siapapun pasti tak akan menyangka kalau kamu sudah pernah melahirkan.”

“Tapi… aku malah suka wanita yang sudah pernah melahirkan, gizinya melimpah. Siapa tahu aku juga bisa ikut kenyang.”

“Nggak tahan dilihat olehku? Lantainya ini terbuat dari kayu, lho. Daripada kamu buat basah dan merusaknya, bagaimana kalau aku membantumu menahannya?”

Pak Jeff langsung menarikku duduk di pangkuannya. Kehangatan yang membara itu menempel erat padaku, membuat napasku jadi tersengal.

“Pak… Pak Jeff, jangan… kita… aku….”

Ini pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini. Aku panik dan benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Tak berani melawan, tapi juga tak bisa melepaskan diri, rasanya hampir gila.

“Eva, katanya kalau mendapat rangsangan yang kuat, sel-sel kelenjar susu akan sangat aktif. Jadi, bagian tubuhmu yang dipakai untuk menyusui itu bisa menghasilkan lebih banyak makanan.”

“Kebetulan bisa diperiksa dulu. Kalau memang benar, kamu juga bisa menyusuiku kalau aku lapar. Aku akan menambah bayaran untukmu….”

Pak Jeff membuka ikat pinggangnya, mengangkatku dan perlahan mendekat….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Niat Jahat Majikanku   Bab 8

    Jika Pak Jeff masih bertindak perlahan, maka ayahnya justru seperti serigala buas, langsung menerkam dengan ganas, sampai-sampai aku tak sanggup menahannya.Dia bukan sedang menyantap, melainkan seperti sedang melampiaskan sesuatu, begitu liar dan keras hingga membangkitkan kembali hasrat yang sudah kutekan dengan susah payah.Baru beberapa gerakan saja, aku sudah tak sanggup menahannya dan suara lirih pun lepas tanpa bisa dikendalikan.Begitu suara itu keluar, aku langsung ketakutan dan buru-buru menutup mulutku rapat-rapat, tak ingin terlihat terlalu genit.“Nggak tahan? Tubuhmu jadi lebih sensitif setelah digunakan oleh Jeff, ya? Nutrisimu ini memang bagus, aku suka rasanya. Mulai sekarang, kamu khusus melayani kami saja, sampai tak bisa memproduksi susu lagi.”“Selanjutnya, tinggal markas rahasiamu. Anakku sudah coba, masa ayahnya ketinggalan? Satu dan dua orang juga nggak ada bedanya.”Tak kusangka, di balik wajah ramahnya, ternyata tersembunyi sisi seperti ini. Usianya bahkan sud

  • Niat Jahat Majikanku   Bab 7

    Aku terkejut dan langsung berniat pergi, tapi baru saja bergerak sedikit sudah ada suara yang menghentikanku.“Kamu pengasuh yang direkrut anakku? Sini, ceritakan bagaimana keadaan cucuku,” terdengar suara pria itu yang agak galak, membuatku ikut gemetar ketakutan.Sepertinya dia ayah Pak Jeff. Tapi, dia terlihat sangat muda, sampai-sampai kalau dibilang kakaknya orang pasti percaya.“Lapor pak, belakangan ini anak Pak Jeff sangat lahap dan tidurnya juga nyenyak. Tenang saja, aku akan menjaganya sebaik mungkin dengan sepenuh hati.”Jujur saja, aku sendiri tidak tahu dia ingin tahu soal apa. Bayi sekecil itu kerjanya hanya makan dan tidur.Karena harus menyusui, aku juga makan dengan teratur dan porsi cukup banyak. Badanku yang dulu agak kurus sekarang jadi lebih berisi dan montok.Entah sengaja atau tidak, mata ayah Pak Jeff terus menatap ke sumber nutrisiku, seperti ingin menembus pandangannya.“Sepertinya bukan hanya cucuku yang kamu suapi dengan baik, tapi anakku juga, ‘kan? Seperti

  • Niat Jahat Majikanku   Bab 6

    Saat sedang tertidur lelap, aku merasa ada sesuatu yang menindihku dan susu segar yang khusus untuk si kecil mulai mengalir dengan cepat.Aku kira sedang bermimpi, tapi rasanya semakin nyata. Tubuhku pun mulai bereaksi, bahkan celanaku hampir tak mampu menahan cairan yang keluar.Aku pun membuka mata dan baru sadar ternyata ini bukan mimpi. Ada seseorang yang menindih tubuhku dan suara hisapannya semakin terdengar jelas.Aku terkejut dan ingin berteriak, tapi mulutku langsung ditutup olehnya.“Teriak apa? Mau semua orang melihat kamu menyuapiku?”Mendengar suaranya, aku langsung tahu dia adalah Pak Jeff. Jantungku nyaris copot, karena ketakutan. Soalnya Anya sudah pulang dan kamar mereka tepat di sebelah.Kalau sampai dia mendengarnya, bisa-bisa aku tidak selamat besok pagi. Pak Jeff benar-benar berani sekali, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, tanpa peduli nyawa kami yang menjadi taruhannya.“Pak Jeff, jangan seperti ini, nyonya ada di kamar sebelah. Kalau sampai ketahuan, aku bi

  • Niat Jahat Majikanku   Bab 5

    “Patuh sekali, kalau begitu kamu yang mulai duluan. Aku mau lihat seperti apa kamu melakukannya dengan suamimu.”“Kalau bisa memuaskanku, aku bakal tambah bayarannya.”Bagaimanapun sudah sampai di tahap ini, menambahkan satu syarat lagi juga tak ada bedanya. Aku pun mengangkat pinggulku, menggenggam tongkatnya dan perlahan menurunkannya.“Wah… benar-benar luar biasa. Ternyata kamu memang berbeda. Tak kusangka, kamu masih seluar biasa ini, tak terlihat seperti wanita yang sudah pernah melahirkan.”“Sepertinya suamimu juga cukup payah, bahkan nggak membuatnya berubah selama ini. Mulai sekarang serahkan saja padaku, aku janji nggak bakal mengecewakanmu.”Pak Jeff berbalik mengambil alih, mendominasi seperti binatang buas yang lepas kendali.Suara desahan terdengar samar, agar tak ada yang mendengarnya, aku menutup mulutku rapat-rapat.Entah berapa lama berlalu dan berapa banyak tempat yang kami lewati, pada akhirnya kepalaku terasa kacau dan aku pun pingsan.Saat tersadar kembali, aku sud

  • Niat Jahat Majikanku   Bab 4

    “Bukannya sudah kubilang, jangan masuk kalau nggak ada susu segar?! Cepat sana urus, kalian apain saja sih?! Urusan sepele begini saja nggak bisa beres!”Begitu masuk ke dalam, aku langsung melihat Pak Jeff mendongak dengan wajah penuh amarah, bahkan hampir melempar buku yang sedang dipegangnya ke arahku.“Eva? Kenapa kamu masuk ke sini? Bukannya tugasmu menjaga anakku?”Nada suaranya masih terdengar kesal, tapi dia berusaha menahan diri dan itu cukup mengejutkanku, sekaligus membuatku agak berdebar.Sepertinya Pak Jeff memang memperlakukanku agak berbeda dari yang lain.“Pak Jeff, kata kepala pelayan tadi pengirimannya ada masalah, jadi agak terlambat. Aku hanya datang untuk coba… hm… maksudku biar kamu mencoba punyaku dulu. Kalau cocok, bisa mengganjal sementara. Susu segarnya bakal segera sampai.”Saat mengucapkannya, hatiku terasa mencengkeram kuat-kuat. Ini pertama kalinya aku bicara seberani dan seterbuka ini pada pria lain selain suamiku.Dan yang paling membuatku gugup, aku men

  • Niat Jahat Majikanku   Bab 3

    Aku gemetar karena tegang, jelas merasakan keberadaannya yang nyata. Di dalam hati, aku memang menginginkannya, tapi aku juga sadar statusku sekarang, sama sekali tidak pantas.Kalau sampai ada yang mendengar dan menyebarkannya, apalagi sampai ke telinga istrinya, aku mungkin bahkan tak bisa keluar dari sini dengan selamat.Tepat saat aku hampir menyentuh tongkat panasnya, ponsel Pak Jeff berdering.Itu seperti seutas tali penyelamat bagiku, aku langsung menghela napas lega, keringat dingin membasahi tubuhku.“Eva, aku ada urusan dan harus keluar sebentar. Sisanya kita lanjut nanti kalau aku ada waktu. Sekarang kamu turun dan urus anakku.”Sebelum pergi, Pak Jeff masih sempat mengambil kesempatan, membuatku makin gelisah dan tubuhku terasa panas membara.Setelah urusan dengan kepala pelayan selesai, aku masuk ke kamar bayi, lalu buru-buru ke kamar mandi untuk menenangkan diri dengan tanganku sendiri.Sore hari saat aku menyusui si kecil, sentuhan kulit yang terasa justru kembali memban

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status