Share

Kita Orang Asing

Author: Rien Rini
last update Huling Na-update: 2021-04-02 20:11:31

 "Amel?" gumam Arga. 

 Ia tidak menyangka kalau akan bertemu dengan Meliana lagi, di tempat ia bekerja dan ternyata satu kantor dengan Meliana. 

 Ada hati yang berkhianat saat ini, wajah dan mulutnya keras menyatakan tidak mau bertemu lagi, tapi dalam hati tidak ada yang tahu. 

 Arga berlari menghampiri Meliana, tidak ia hiraukan Juna yang tertinggal di belakang dengan wajah bingung. 

 "Mel," sapanya gugup. 

 Meliana menoleh, ia bawa kerutan kening yang sedari tadi terpajang di wajahnya, Meliana sudah sah ke luar dari kantor ini, hanya saja dia tidak mendapat izin untuk pulang lebih awal. 

 "Kau," ucap Meliana lirih, ia berbalik lagi dan berjalan acuh. 

 Arga tarik tangan yang mengayun itu. 

 "Lepaskan!" pinta Meliana, ia tepis tangan Arga yang menggenggam tangannya. 

 Tidak, Arga seperti orang kerasukan yang kali ini bersumpah tidak akan melepaskan Meliana. 

 Tidak peduli orang menilai dia seperti apa, tapi kesedihan di mata Meliana bisa ia lihat jelas dan hanya dia yang bisa membuat semua itu mengalir ke luar. 

 "Lepaskan aku! Mereka bisa mengira kau berselingkuh denganku nanti," ucap Meliana tegas. Sontak tangan Arga lepas dan mereka saling bersitatap serius.

 Nafas Meliana memburu seolah tengah mengobarkan emosi dan rindu bercampur menjadi satu, sedang Arga tampak penuh tanda tanya, entah itu untuk Meliana atau dirinya sendiri yang tanpa sadar melawan ucapannya selama ini. 

 Dia tidak akan menemui Meliana, tapi nyatanya, hari ini dia menarik dan menahan langkah Meliana, dia ingin hentikan dan membuat gadis itu kembali menjadi temannya. 

 Apa Arga siap memulai hidup baru dengan hubungan yang baru juga? 

 Bukankah dia bertekad untuk tidak menikah dan menghapus niatan itu? 

 Entahlah, saat ini keduanya sama-sama melawan apa yang mereka pertahankan sejak lama, berdiri dan berhadapan dekat sama seperti beberapa tahun lalu disaat semua masih begitu terasa dekat dan menjadi satu. 

 "Aku tidak mau bicara denganmu dan jangan pernah menemui aku lagi, anggap saja seperti dulu, kita orang asing yang tidak saling mengenal, oke!" tegas Meliana. 

 "Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu? Kita orang asing, begitu maksudmu? Kau tidak mengenalku dan aku tidak mengenalmu, kenapa?"

 "Hah, apa perlu aku ulang ucapanmu di taman sore itu? Aku janda dan kau akan malu bicara denganku, aku tidak pantas untuk kau ajak bicara, jadi sekarang biarkan aku pergi dan hiduplah dengan damai!"

 "Mel," cegahnya, sekali lagi menahan tangan Meliana. 

 "Lepaskan! Aku bilang jangan seperti ini, kau sudah menikah dan aku seorang diri, mereka bisa mengatakan hal yang tidak-tidak."

 "Kalau begitu dengarkan aku!"

 "Apa?" Meliana kibaskan tangan yang tadi Arga genggam lagi.

 "Istriku sudah meninggal, Mel."

 Duar, 

 Meliana duduk termenung di ayunan depan rumahnya, pandangan Meliana kosong dan telinganya terus memutar pengakuan miris Arga tadi pagi. 

 Ia tahan kesedihan yang bergemuruh di dalam dadanya, bukan hanya dia yang merasa sakit, tapi Arga juga, mereka memiliki nasib yang sama meskipun jalan perpisahan ini berbeda. 

 Untuk apa Arga mengatakan hal itu, benak Meliana masih bertanya-tanya dengan keberanian Arga. 

 Dia kira pria itu tidak mau menemuinya lagi atau berbagi kabar, dia kira Arga membencinya seperti wajah keras yang ia lihat di taman sore itu, dia kira setelah dia pergi hidup Arga menjadi lebih baik seperti yang ibu Arga katakan. 

 Tidak, semua tidak seperti bayangan Meliana, hari ini ucapan Arga seolah ingin merobohkan dinding besar yang telah ia bangun di dalam dirinya selama ini. 

 Membuka kembali lembaran di mana namanya menjadi sejajar bersama Arga. 

 "Tidak, aku tidak boleh kembali, jalanku dan Arga tidak sama, kami bukan dan tidak ditakdirkan untuk kembali dekat!" Meliana tegaskan pada dirinya sendiri. 

 Dia dan Arga adalah dua orang asing yang tidak sengaja bertemu dan tidak ada yang perlu mereka kenang. 

 Tidak peduli dengan nasib Arga saat ini, mau dia menjadi duda atau masih istri orang, semua itu bukan urusan Meliana, begitu juga apa yang terjadi dalam hidupnya, bukan urusan Arga. 

 "Kau bertemu dengan Arga tadi?"

 "Hem," sahut Meliana singkat. 

 "Apa dia menyapamu?"

 "Hem."

 "Apa dia mengatakan sesuatu, mungkin kalian sempat bertengkar di sana?"

 "Hem, dia mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar dan aku katakan hal yang seharusnya dia dengar."

 "Apa, Mel?" Rika semakin penasaran. 

 Meliana letakkan secangkir kopi susu hangatnya, malam ini dia akan memulai usaha online, mencari suplier dan membuat akun baru di media sosial, dia tidak mau memakai akun lama karena di sana banyak teman Natan. 

 "Dia mengatakan kalau istrinya sudah meninggal dan aku bilang kalau kita adalah orang asing yang tidak saling mengenal," jawab Meliana. 

 Sontak kripik di tangan Rika jatuh dan remuk tanpa sengaja ia duduki, tubuhnya merosot mendengar kabar duka dari Arga, pantas saja Juna ingin mendekatkan Meliana dengan Arga kembali, ternyata mereka sama-sama sendiri dan bisa saling berbagi.

 "Mel, apa sebaiknya kalian jalin hubungan baik lagi?" Rika bertanya lirih. 

 "Kenapa? Apa karena kami sudah sama-sama sendiri lalu kembali bersama, begitu? Aku dan dia tidak pernah ada hubungan spesial apa-apa dan aku tidak mau menjadi omongan buruk orang di luar sana. Janda bertemu dengan duda, belum lagi kalau mereka menduga perpisahan ini adalah bagian dari doa kami, itu bodoh!"

 Meliana masuk ke kamarnya, semua semangat yang tadi ia bangun bersama Rika tentang bisnis online lenyap dan mengudara entah ke mana. 

 Kepalanya pusing sampai ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, mata Meliana terus terbuka, bayangan Arga dan ucapan pria itu terus berputar, memaksa Meliana untuk terus mengingatnya. 

 Beruntung dia sudah resign dari kantor itu, kalau tidak, dia akan bertemu Arga setiap harinya dan mau tidak mau, telinganya harus mendengar ocehan dan tuduhan dari rekan yang lain.

 "Aku tidak peduli istrimu sudah meninggal atau tidak, yang terpenting saat ini kita adalah orang asing, jangan lihat atau panggil aku kalau kita tidak sengaja bertemu di luar sana, oke!" 

 Itu ucapannya tadi sebelum meninggalkan Arga. 

 Meliana beringsut duduk, ia buka dompet yang ada di nakas samping ranjangnya. Di sana ada foto kecil di mana wajah Arga berada, masih ia simpan sampai detik ini. 

 Ia mengedipkan mata dalam dan lama, air mata itu sudah ia tahan, tapi masih turun juga, entah mendapat celah dari mana. 

 "Aku tidak setuju kalau Arga jadi sama kamu, apa yang kamu punya? Hidup kamu yang serba kurang sama Ayahmu itu, apa bisa menjadi jaminan membuat Arga bahagia? Aku tidak yakin kau akan memberi anakku keturunan, makan saja tidak bergizi!"

 Hiks ... Hiks ....

 Meliana tutup telinganya, suara ibu Arga waktu itu kembali berputar, menusuknya pedih dan bertubi-tubi. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Nice to Meet You Again   Nice To Meet You Again, Mel

    Natan dan semua masa lalu itu sudah berlalu kini, bahkan maaf yang sempat tertunda dan termaafkan tanpa diminta sudah berlayar juga hari itu.Meliana tatap lembar kosong di tangannya, itu milik Kirana seutuhnya, dia dan Arga telah berjanji untuk menutup masa lalu dan mengukir kenangan indah baru bersama.Biarlah cerita buruk yang mereka lewati di masa itu menjadi dogeng untuk anaknya sebelum tidur tanpa dia tahu siapa peran sesungguhnya di dalam sana.Hari ini, yang ada di depan Kirana hanyalah keluarga yang bahagia, keluarga yang mengenal banyak karakter yang lengkap di mana pembuat senyum dan keributan bercampur menjadi satu."Sayang, mana Kiran?" Arga memeluk pinggang yang kembali ramping itu, mengecup singkat pipi merah istrinya."Dia ada di kamar ibu, hari ini giliran ibu yang menjaganya. Dia menjadi rebutan di rumah ini, kenapa?" Meliana goyangkan sedikit tubuhnya, ke kanan dan kiri sampai Arga mengikutinya

  • Nice to Meet You Again   Maaf untuk Meliana

    "Kita harus pergi dari rumah ini, kamu dan aku!" Natan menatap lurus istrinya, tekadnya sudah bulat untuk hidup mandiri tanpa bayang-bayang ibunya.Fira masih belum paham apa maksud suaminya itu setelah semalam tak kembali ke kamar dan mereka terdiam cukup lama."Cepat, Fir!" titahnya mengeraskan suara."Iya, tapi dengarkan aku dulu!"Tidak, Natan tidak mau mendengarkan apapun dari Fira, intinya hari ini juga mereka harus ke luar dari rumah itu meskipun banyak larangan yang mengecam keduanya.Fira kemasi baju-baju yang sudah Natan pilihkan, ia kemudian berhenti sebentar saat ibu mertuanya berdiri di depan kamar mereka."Hentikan, Natan!" pinta sang ibu."Tidak, mau apa Ibu? Aku akan hidup sendiri bersama istriku, sudah cukup kekacauan yang Ibu buat, kali ini aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Aku tidak akan menuruti kemauan Ibu untuk meningga

  • Nice to Meet You Again   Penyesalan

    Dia pulang membawa kecemasan dan rasa sesal yang menggunung, dari tangan dan isi kepalanya, Meliana masuk dan terbuang dari rumah ini.Anak lelakinya yang malang, setelah menikah dengan Fira untuk kedua kalinya, Natan tampak tak berselera dan tak punya pandangan hidup.Sungguh, berbeda saat Natan bersama Meliana dulu, selalu ada hal baru yang membuatnya marah, tapi Natan suka itu.Pandangannya masih tertuju pada Natan, wajahnya kian menua dan kebahagiaan seolah terampas dari hidupnya.Bukan salah Meliana atau Natan, tapi salahnya sebagai ibu yang tak bertanggung jawab atas kehidupan putranya sendiri.Ia kira akan lebih baik memisahkan gadis seperti Meliana dari anaknya, yang terjadi saat ini justru sebaliknya, rumah ini terbangun asal ide dan usulan Meliana, setiap sudutnya masih mengingatkan dan bisa mereka dengar gelak tawa Meliana di sana.Kalau saja waktu bisa

  • Nice to Meet You Again   Tim Rumpi

    Pletak,Surti sentil kening anaknya yang tengah hamil muda itu, seperti biasa dan Juna sudah paham itu, di mana ibu mertua dan istrinya akan bertengkar setiap kali mereka bertemu.Sungguh, tidak akan pernah ada kedamaian di pertemuan mereka sebelum saling bersorak dan memprotes."Apa cucuku tumbuh baik di perut berlemak ini?" tanya Surti."Sur, kau ini!" Heri sudah lelah menegurnya, bahkan sudah menghabiskan satu botol air mineral, padahal baru saja tiba.Surti mengetuk perut Rika sebelum memutuskan untuk duduk ke samping Heri.Banyak barang yang mereka bawa dari kampung untuk anak Meliana, mereka harus pergi ke rumah sakit sekarang mengingat Heri ingin segera menggendong cucu pertamanya itu."Aku tidak bekerja, Bu. Tenang saja, kita akan berangkat setelah Rika mandi," ujar Juna.Plak,Beruntung Heri tahan laju tangam Su

  • Nice to Meet You Again   Nice To Meet You, Baby

    "Ibuuuuu," panggil Meliana merintih, ia tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang ada. Kedua tangannya terus meremat dan kini berpindah ke sisi ranjang dengan kedua kaki yang sudah tertekuk naik. Penyanggah di sana terpasang dengan baik, dokter dan timnya sudah bersiap di bawah beserta alat medis untuk penanganan berikutnya. Kali ini penanganan pasien khusus di mana ditemani oleh dua orang sekaligus, Meliana tidak mau melepas tangan Neni ataupun Arga, dia mengunci kuat dengan mata basahnya saat tangan itu dipaksa pindah ke sisi ranjang. Neni meminta kelonggaran dengan alasan yang sama di mana hanya dia ibu dari Meliana, bahkan cerita masa lalu terukir di sana, bergelimang dan terdengar hingga berlinang air mata. "Ibu, Arga!" Meliana memanggil sekali lagi saat gelombang dahsyat itu menyerangnya. Arga mendekat, ia usap kening dan kecup dalam di sana, tidak ada yang bisa ia lakukan selain dua hal it

  • Nice to Meet You Again   Putaran Waktu

    Heri tak berhenti mengirimkan doa untuk anaknya yang tengah berjuang itu, begitu juga Surti yang ada di dekatnya, menyiapkan segala hal yang mungkin bisa mereka bawa ke rumah Arga, mereka akan menggantikan posisi Neni dan Harto di rumah itu mengingat Rika juga sedang hamil muda, butuh kekuatan pendamping agar tidak terlalu larut dalam suasana mencekam yang ada.Sementara di rumah sakit,Arga usap punggung dan perut bawah istrinya tanpa henti, matanya sudah sangat berat, tapi rintihan Meliana membuatnya kuat seketika.Arga tak hentinya melantunkan doa yang bisa membantu istrinya tenang, sedangkan Neni untuk sementara duduk karena tubuhnya ikut lemas.Semakin bertambah pembukaan Meliana, rasa sakit itu semakin dahsyat, semua berharap yang terbaik, entah itu normal atau nanti Meliana harus caesar, tidak masalah.Neni hanya ingin menantu dan cucunya itu sehat bersama, selamat dan bisa berada di dekatnya segera.

  • Nice to Meet You Again   Rembesan Air

    Malam itu, Meliana siapkan makanan kesukaan suaminya, perut yang membesar mungkin menghalanginya untuk bergerak cepat, tapi tidak membuat Meliana lantas malas untuk melayani suaminya.Arga masih mendapatkan apa yang ia mau, termasuk hak berkunjung pada buah hatinya itu."Dia makin suka bergerak ya, sayang?" tanya Arga sembari mengusap perut besar itu, menerima suapan dari sang istri yang terlihat mengembang akhir-akhir ini, apalagi bagian pipi Meliana. Meliana mengangguk, "Dia suka nyapa orang kayaknya, sampai kalau ada abang sayur itu waktu pagi, aku sama ibu kan milih, dia ikut gerak nonjol ke kanan atau kiri gitu loh, Ga," ungkapnya."Beneran? Penasaran aku sama dia jadinya, nggak sabar Ayah ketemu kamu, Dek sayang." Satu kecupan mendarat di perut buncit itu.Meliana terkekeh, anaknya itu terbilang sangat aktif, tapi saat mereka melakukan USG, dia sama sekali tidak menampilkan wa

  • Nice to Meet You Again   Lemah Lembut dan Keras Kepala

    Harto buka pintu kamar yang sontak tertutup rapat itu, Neni tampak di dalam sana dengan mata yang basah.Wanita itu berusaha menenangkan diri setelah mengomel di depan seolah memberi sambutan pada Rika dan Juna."Kabar baik yang kau dengar, lalu kenapa kau menangis?" tanya Harto.Neni menoleh, "Aku hanya terlalu senang dan aku tidak mau menunjukkannya pada anak-anak itu," jawabnya."Astaga, mereka kira kau tidak suka sampai Rika menangis di pelukan Amel."Klek,Belum selesai Harto berbicara dengan Neni, Meliana yang baru saja ia sebut itu masuk ke kamar, ia balikkan tubuhnya lalu mengulas senyum di sana."Boleh aku bicara dengan Ibu?" tanyanya."Kenapa? Kau mau berceramah padaku apa?" tuduh Neni ketus, tapi satu tangannya terulur meminta Meliana mendekat.Meliana sambut tangan itu, ia lantas duduk ke samping Neni dan berhadapa

  • Nice to Meet You Again   Restu Neni itu Segalanya

    Masih ingat dibenak Rika akan kejadian bulan lalu di mana dirinya harus berlari keliling rumah Arga tanpa alas kaki sebanyak sepuluh kali karena melakban mulut Neni dengan sengaja.Ia masih keukeh sampai hari ini untuk tidak terlalu banyak bicara pada ibu Arga dan ibu mertua Meliana itu, sekedarnya saja dan tetap melakukan apa yang Neni anjurkan selama proses programnya."Apa aku harus bersujud kepadanya, hah?" Rika berkacak pinggang."Kau tahu semua ini berkat bimbingan dan bantuan darinya, kenapa kau kejam sekali?" balas Juna, menyerah sudah kalau Rika mengibarkan bendera perang pada Neni.Aku harus apa dan aku masa bodoh, itu yang ada dibenak dua orang yang sedang mondar-mandir di depan rumah.Mereka endak berangkat ke klinik untuk pemeriksaan lanjutan, satu bulan pertama proses program kehamilan ini, mendekati hari datang bulan berikutnya, Rika wajib kontrol untuk memeriksakan kandunga

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status