Menolak, itu yang jawaban yang Meliana berikan pada tiga pria yang menawarinya malam ini.
Lama tidak berjumpa bersama Heri dan Harto membuat Meliana tercengang mendengar kesepakatan yang ada, begitu juga cerita masa lalu di antara para orang tua.
Terlebih lagi saat mengetahui Arga yang mengusulkan adanya pernikahan bersama dirinya, dia senang dan bangga, tapi itu tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.
"Aku hanya tidak mau mengulang apa yang dulu pernah terjadi," ucap Meliana, baru saja dia membongkar barang baru untuk dijual setelah mendapat pinjaman modal dari Arga beberapa hari lalu.
"Apa maksudmu, Mel?" Arga tidak mengerti.
Arga rasa tidak ada hubungannya antara kisah Heri dan Neni dengan pengajuan pernikahan ini.
Sayangnya bukan itu yang Meliana maksud, satu fakta yang ia tutup rapat atas pernikahannya bersama Natan harus Meliana buka malam ini.
Di depan ayah
"Aku tahu apa yang membuatmu seharian ini tersenyum pada semua rekan kerja, Ga." Juna menggelengkan kepala berulang kali melihat senyum murah dari calon pengantin yang berbahagia itu.Arga tutup laptopnya, ia akui sejak Meliana setuju untuk menikah bersamanya, jauh di dalam lubuk hati itu terus saja menuntut diri Arga untuk tersenyum, menularkan kebahagiaan pada orang lain."Apa aku salah?" balas Arga."Tidak, hanya saja aku iri melihatnya. Tapi, aku senang karena temanku satu ini akan menikah dengan gadis yang sangat dicintainya, hal yang tertunda dan nyatanya Tuhan berikan sekarang, tidak banyak orang yang mendapatkan kesempatan sepertimu," jelasnya.Juna rasa apa yang Arga dapat adalah sesuatu yang langka, biasanya mereka yang sudah berpisah karena menikah, tidak akan kembali lagi atau cenderung bertengkar juga saling acuh, jangankan menikah lagi, ingin be
"Kapan kau akan pergi berkeliling?" tanya Neni sekali lagi."Aku belum memutuskannya bersama Arga, tapi kemungkinan minggu depan aku akan mulai berkeliling untuk mencari perias dan juga sewa baju pengantinnya," jawab Meliana."Menyewa?" Neni merasa tidak terima, ia bahkan menampilkan mimik wajah yang ingin sekali menegur anaknya."Arga punya banyak uang untuk membelikanmu sepasang baju pengantin, gaun malam ataupun kebaya putih yang sakral itu. Kenapa harus menyewa kalau bisa membelinya?" tambah Neni, sedikit menegaskan posisinya di depan Meliana.Ya, sebuah keluarga dengan batas kesenjangan sosial yang cukup tinggi dari Meliana sendiri."Tidak Ibu, Maaf- ... Maksudku Tante, aku sudah punya baju pengantin lama dan aku rasakan sia-sia bila aku membelinya lagi, lebih baik aku menyewa dan hanya memakainya satu kali. Setelah itu yang pe
Niat baik dan buruk itu selalu berdampingan, mereka selalu berjalan bersama walaupun akhirnya berbeda tujuan.Itu yang terjadi pada Meliana dan Neni, salah satu ingin menyatukan hubungan, sedang yang kedua ingin menyingkirkan dan membuang Meliana jauh-jauh.Neni tersenyum sinis, rencana jahatnya sedikit demi sedikit akan berjalan mulus pada Meliana, ia sudah tampil dan menjaga hubungan baik bersama Meliana, bahkan ia mengantongi nomor ponsel gadis itu untuk melakukan perjanjian mengurus pernikahan minggu depan."Aku tidak peduli Rika ikut atau tidak, tidak akan ada yang tahu sedalam apa rencanaku pada Meliana, aku kenal beberapa perias dan penyewa baju pengantin yang jelas tunduk kepadaku. Dan dengan uang yang aku punya, mereka akan melakukan apa yang aku minta." tawa Neni menggema ke seluruh sudut rumah itu.Hendra yang mendengarnya hanya bisa mengusap dada dan me
"Sialan, wanita licik itu berhasil membuat Meliana menurut kepadanya!" umpat Rika dalam hati.Ia terus mengikuti kemanapun langkah Meliana yang berusaha terus Neni tarik untuk mengikutinya, mencoba satu persatu baju yang dirasa sangat berlebihan.Bila dilihat dari modelnya, Arga sendiri tidak akan setuju, tapi di sana Meliana berusaha untuk mencoba semuanya, menyenangkan hati Neni yang sudah meluangkan waktu untuk membantunya, mengurus pernikahan ini.Itu satu bukti menurut Meliana di mana Neni sudah memberikan restunya, jikalau ada masalah buruk nanti akhirnya, entahlah Meliana masih belum memikirkan hal itu.Ia harap tidak akan terjadi, Neni kali ini benar-benar menerimanya."Mel, sudah cukup!" cegah Rika."Kenapa?" Meliana menoleh hendak meminta Rika untuk melepas resleting gaunnya. 
"Apa kau baik-baik saja?" Arga nampak cemas.Malam hari ini sepulang kerja ia mampir ke rumah Meliana, seperti biasa senyum itu terbit untuknya.Meliana sambut hangat kedatangan Arga dan tak lupa mengulurkan tangan selayaknya pasangan yang telah sah, "Ini latihan kalau aku sudah jadi istrimu," bisik Meliana, ia tidak menjawab pertanyaan Arga karena memang dirinya baik-baik saja dan Arga bisa melihat semua itu, tidak ada yang terjadi padanya.Bahkan, tadi ia justru menerima ajakan makan yang dirasa mahal dari Neni, itu bentuk penghargaan yang selama ini hanya mimpi bagi Meliana, dia mengartikan itu juga sebagai langkah pertama dari niat baik Neni kepada dirinya walau dalam hati masih ragu dan menyimpan curiga pada isi hati Neni.Meliana tidak menampilkan itu kepada Arga, ia tidak mau pria itu semakin cemas atas apa yang terjadi kemarin, Arga bisa saja mendatangi Neni
Meliana mengangguk meskipun ia tahu akhirnya semua harus Arga korbankan dan itu bukan bagian dari keinginannya. Tapi, bila ia menolak kemauan Arga, itu sama saja menyerah pada Neni dengan dendam yang tidak jelas dan tidak sepatutnya diteruskan. "Arga akan menjual beberapa asetnya?" Meliana mengangguk, Rika tempat curahan hatinya saat ini, di rumah yang bisu itu hanya Rika satu-satunya orang yang tidak gegabah, ia takut bila bercerita pada Heri, itu akan membuat ayahnya mengambil langkah yang seperti beberapa waktu lalu, menemui Neni tanpa sepengetahuannya. "Ada dua rumah yang Arga beli diam-diam, dan itu dirasa cukup untuk mengganti rugi hilangnya permata yang sama sekali tidak aku tahu, kau juga ada di sana kan?" Meliana memijat pangkal hidungnya. "Dia memintaku untuk tidak menyerah, aku sudah ingin pergi saat ini, Rik, ini kejam dan tidak pantas rasanya aku mendapatkan pengorbanan Arga yang sebesar ini," imbuh Meliana.
Meliana tahu pernikahan itu akan menghadapi banyak cobaan, entah dari mereka ataupun keluarga Arga, terutama ibu Arga.Tapi, ini sudah keputusannya bersama Arga untuk melangkah bersama."Aku mendukung kalian, kau tidak perlu bingung aku nanti akan tinggal di mana, aku punya motor yang bisa membawaku ke rumah ini untuk membantumu bekerja menjual daster," ujar Rika."Kalau Arga melarangku berjualan di taman lagi bagaimana?" balas Meliana memancing reaksi teman baiknya itu.Rika memicingkan matanya, "Apa benar dia akan kejam begitu padaku?""Sepertinya dia akan meminta Juna untuk membantumu, dia lebih kuat daripada aku di lapangan, mau?"Rika lempar dua bantal tepat ke pangkuan Meliana, mereka lantas tergelak dan saling melempar umpatan.Hubungan Rika dan Juna bukan seperti Meliana dan Arga, tidak ada cinta di sana, bahkan mereka sering berganti pasangan, itu juga sering mereka ceritakan be
Fira kejar langkah Natan yang memburu dan menghindar darinya, itu sangat berbeda dari Natan beberapa jam lalu sebelum bertemu dengan Neni.Ada yang membakar dirinya dalam bentuk cemburu, sebuah kata yang dari dulu ia hindari dan tidak ia rasakan dari Meliana, kini ia rasakan saat dirinya sudah menikahi wanita lain dan Meliana pun akan segera menikah."Apa kau begitu karena mendengar Meliana akan menikah?" tanya Fira meninggikan suaranya, di depan pintu kamar yang sengaja Natan tutup cepat dan rapat.Ibu Natan yang mendengar itu sontak berlari mendekat, menyapa menantunya yang mulai berkaca-kaca, ia mencintai Natan dan tidak pernah melihat Natan seperti ini pada Meliana sebelumnya, bahkan saat mereka berpisah waktu itu, tidak ada sesal sama sekali."Apa yang terjadi? Siapa yang akan menikah?" cerca ibu Natan.Fira menunduk, ia pijat pangkal hidungnya, "Mantan menantu ibu yang akan menikah, sebentar lagi dan membua