Share

Tiga

"Arghh... Bagaimana ini? Aku pasti membuatnya marah, sepertinya aku bakalan dipecat. Oh tuhan! sekaratlah dompetku." Gumam Emili memukul-mukul kepalanya pelan saat mengingat kejadian di kantor, ia tidak setegar kelihatannya saat berargument dengan bosnya, begitu keluar dari ruangan Danil Fernando, lututnya gemetar ketakutan dan tubuhnya terasa tidak berdaya.

Ia masih meratapi nasibnya di saat pintu kamarnya di buka.

"Eh Ibu, belum tidur?"Emili membenarkan posisi dan mencoba mengabaikan pikirannya.

"Ibu mau bicara Em, tapi jangan dianggap beban ya." Bu Tiara tau, apapun yang akan keluar dari mulutnya hanya akan menjadi beban untuk anak gadisnya itu, tapi setidaknya ia memberi tahu Emili sejak awal.

"Kenapa memangnya, Bu? bicara saja, bicara itu bukan beban, Bu" Emili agak bercanda.

"Ibu mau bicara serius, bukan sembarangan pembicaraan ini, Em" kata Bu Tiara terlihat agak canggung dan ragu.

"Bicara saja Bu, ada apa sih?" Ucap Emili dengan senyum hangat, ia mempersiapkan diri untuk menjadi pendengar yang baik.

"Adikmu Mila sudah ditagih uang kelulusan Em, Dia sebentar lagi SMA, Emil juga begitu, dia akan segera masuk SD dan kamu sebentar lagi juga skripsi, kalian semua butuh biaya yang besar tambah lagi biaya check up ibu yang entah kapan berakhirnya, kita memang sudah banyak utang, jadi tambahin saja sekalian, tentang Ayah jangan bebani ayah lagi, Ibu kasihan." jelas Bu Tiara.

"Emili tau Bu, Emili sedang mengusahakannya sekarang" Ucap Emili masih dengan senyum hangatnya.

"Gajimu kan ga akan cukup, Nak. Warung ibu juga gak mungkin membantu keuangan kita, ibu berencana untuk mengutang dulu, bolehkah?" Kata Bu Tiara, sepertinya tujuan utamanya tersampaikan.

"Kita pikirkan matang- matang dulu ya, Bu, masih ada waktu kok, kita masih bisa mengusahakan yang terbaik, semoga ada rezeki yang lain." Emili coba menghibur, meski dirinya sendiri tidak yakin.

"Iya tapi, ngumpulin uang dalam waktu singkat, mau dapat di mana, Nak?" Ibu Tiara menjadi tampak muram, mungkin karena Emili menentang.

"Bukannya Emili gak mau ngutang ya, Bu.Emili mau cari-cari dulu, kita masih bisa usahain dulu, Bu. Resikonya besar kalau mengutang terus apalagi kalau jumlahnya besar, utang yang sekarang saja belum dikembalikan kan?" Emili berharap ibunya mau menerima alasannya.

"Iya, Ibu tau. Tapi kan, kita sudah membutuhkannya dalam waktu dekat, Em" Ibu Tiara masih ngotot.

"Tidak apa-apa Bu, yang penting masih ada waktu, mengutang bukan solusi, Emili yakin kalau kita semua berusaha lebih keras, uang bisa terkumpul." Kata Emili tegas.

"Ya sudah kalau begitu, sebenarnya Ibu sudah menimbang berkali-kali untuk tidak mengatakan ini, tapi Ibu takut mengambil keputusan ini sendirian, bagaimana kalau ibu mengutang lalu terjadi sesuatu pada ibu atau ayah? otomatis utang ini akan menjadi bebanmu, Nak. Pasti kamu yang akan bertanggung jawab sebagai anak tertua di keluarga kita, jadi tolong jangan terlalu dipikirkan ya." Kata Bu Tiara mencoba lebih santai, agar putrinya tidak merasa terlalu terbebani.

"Iya Bu, Emili ngerti" Emili menatap Ibunya penuh sayang.

"Oh Iya, Ibu baik-baik aja kan, ibu seperti ini bukan karena merasa sakit kan? atau jangan-jangan Ayah berulah lagi? Jangan menyembunyikan apapun dari Emili." Selidik Emili.

"Tidak, ayah dan ibu baik-baik saja." ucap Bu Tiara.

"Ya sudah ibu istirahat ya sekarang."

"Kamu juga istirahat"

"Emili masih ada tugas Bu, sedikit lagi selesai" Emili hanya beralasan.

"Baiklah," Kata Bu Tiara beranjak dari duduknya kemudian berlalu.

"ibu tutup pintunya ya?" tanyanya sebelum benar-benar meninggalkan kamar putrinya itu.

Dibalas anggukan yang di iringi senyuman oleh Emili.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Ros Rosmah
walau bagaimanapun jangan perna mengabaikan ibumu
goodnovel comment avatar
Ira Bach
baru mulai baca tp cukup menarik perhatian.........
goodnovel comment avatar
Nuniee
Semuda itu sdh terbebani biaya hidup ,,pasti ayahnya gilaaa judi nihh... mentok2 palingan diterima nikah kontrak dgn Bos Danil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status