Share

Pertemuan Dua Keluarga

Angela melihat wajahnya di dalam pantulan cermin. Ia memuji kecantikannya. Seharusnya hari ini ia bahagia  bertemu dengan calon suaminya. Tapi pertemuannya kali ini seperti membuka peti mati untuknya.

 

Pasalnya ia memang tidak menyukai perjodohan yang telah di rencanakan almarhum Papanya. Karena ada seorang lelaki yang sudah di cintainya yaitu Yohan. 

 

Selama ini Angela sudah cukup bahagia dengan Yohan. Apalagi Yohan tidak pernah menyentuhnya. Hal itu yang membuat Angela bangga memiliki kekasih seperti Yohan.

 

"Sayang, kau sudah selesai berdandannya? Mama Yanti sudah berdiri di ambang pintu.

 

Angela bangkit dari kursi riasnya. Ia tampak anggun mempesona. Mama Yanti sampai di buat pangling dengan kecantikan putrinya.

 

"Kau cantik sekali sayang."

 

"Mama yakin, calon suamimu pasti langsung jatuh cinta melihatmu." Mama Yanti memutar tubuh Angela. 

 

Angela tersenyum masam. Kecantikannya tidak ada gunanya jika

pada akhirnya ia akan menikah dengan pria lain.

 

Di bawah Verrel sudah menunggu calon istrinya. Ia sebenarnya malas mengikuti pertemuan yang di anjurkan papanya. Lebih gilanya lagi keluarga Verrel menginginkan Angela tinggal sebulan di rumahnya untuk pendekatan. Ia semakin muak dengan peraturan papanya yang konyol.

 

Bagaimanapun di hatinya hanya ada Helen, secantik apapun perempuan di luar sana tidak ada yang bisa meruntuhkan cintanya pada kekasihnya.

 

"Perkenalkan nama saya Angela."

 

Sesuai dengan amanat mama Yanti, Angela harus bersikap sopan dan ramah terhadap calon suaminya.

 

Verrel yang sedari tadi melihat pemandangan taman yang ada di balik jendela kaca besar menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

 

Setelah berbalik alangkah terkejutnya ia melihat sosok gadis cantik yang berdiri di depannya. Benar-benar sempurna seperti bidadari turun dari kahyangan.

 

"Bukankah kamu gadis di Mall itu?" 

 

Angela mengangguk. Ternyata, calon suaminya adalah lelaki yang tempo hari menolongnya. Memberikan jaket untuk menutupi blousenya yang robek karena jepitan troli. 

 

"Kurasa dia tidak semenakutkan seperti yang aku bayangkan," batin Angela.

 

Melihat posturnya yang tinggi tegap berkulit putih bersih dengan hidung mancung dan bibir berwarna merah muda menunjukkan jika Verrel mungkin turunan blasteran. Tapi di lihat dari papa mamanya, yang menonjol adalah wajah mamanya. Berambut cokelat ikal dan wajahnya agak indo.

 

"Perkenalkan, saya Kamila."

 

"Calon ibu mertua kamu."

 

Angela menyambut uluran tangan wanita cantik yang berdiri di hadapannya. Kamila langsung memeluk Angela.

 

"Kamu cantik sekali sayang," bisik Kamila.

 

Angela bisa merasakan jika Kamila memiliki jiwa keibuan dan perasaan yang hangat untuknya.

 

"Jangan sungkan-sungkan, panggil aku mama," kata Kamila ramah.

 

"Iya, nyonya ... eh mama."

 

Kamila merasa senang Angela mau memanggilnya mama.

 

Yanti menghampiri Kamila. "Ayo kita makan dulu, sambil berbincang-bincang mengenai hubungan anak kita selanjutnya," ujar mama Yanti. 

 

Mereka berempat akhirnya duduk di meja makan yang sudah di siapkan dengan berbagai menu spesial. 

 

Verrel duduk berseberangan dengan Angela. Gadis itu tertunduk melihat piring di depannya. Ia tidak membayangkan jika harus menikah dengan pria di depannya, yang sama sekali tidak di cintainya.

 

Tak sengaja Verrel melihat ke arah Angela, untung saja saat itu Angela sedang melihat ke arah Yanti sehingga  ia tidak tahu jika Verrel sempat memperhatikannya.

 

"Oh, ya setelah makan malam ini kamu akan ikut keluarga Burhan untuk tinggal bersama mereka selama sebulan."

 

Mama Yanti menerangkan pada Angela. Ia memang pernah mendengar sebelumnya, tapi tidak menyangka jika hari ini saatnya tiba.  Ini terlalu cepat, ia tidak ingin berpisah dengan mamanya. 

 

Angela semakin lambat makannya, ia melamunkan ini itu. Di dalam benaknya pikirannya campur aduk. 

 

"Ehm, maafkan mama sayang. Bukannya ingin memisahkanmu dengan mamamu, tapi mungkin dengan cara inilah kalian bisa lebih dekat."

 

Kamila menjelaskannya dengan lembut, membuat Angela merasa tidak enak untuk menolak. Lagi pula ia bermaksud membuat kesepakatan dengan Verrel agar mereka tidak terlalu lama menjalin hubungan pernikahan.

 

"Bagaimana sayang?"

"Kamu mau kan?" bujuk Kamila.

 

Angela melihat ke arah Yanti, wanita paruh baya itu mengangguk. 

 

Akhirnya Angela dengan terpaksa mengikuti keinginan mamanya. Malam ini ia memang menjadi kucing penurut tetapi tidak lain kali, ia akan menyiapkan strategi berikutnya.

 

Setelah makan malam usai Angela mengikuti keluarga Burhan untuk tinggal bersama mereka selama satu bulan. Tujuannya untuk mendekatkan dia dengan Verrel karena selama ini mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

 

Dari balik kaca mobil, Angela menatap haru pada Yanti yang melambaikan tangan ke arahnya. Tak terasa air matanya menetes. Baru kali ini ia merasa sedih harus berpisah dengan Yanti. Meskipun ia ikut keluarga Burhan hanya satu bulan ia tidak bisa membayangkan jika menikah tidak satu rumah lagi fengan mamanya.

 

Verrel hanya diam menatap ke arah jendela kaca. Ia mendengar isakan tangis Angela, tak tega melihat gadis itu menangis ia memberikan sapu tangannya.

 

"Ambillah," kata Verrel seraya menyodorkan sapu tangannya.

 

Angela mengambilnya."Terima kasih."

 

Verrel kembali melihat ke arah kaca mobil. Sementara Angela merasa kikuk duduk di sebelah Verrel.

 

Tak ada pembicaraan apapun karena mereka sibuk dengan lamunannya masing-masing. 

 

Angela galau karena belum memberi tahu Yohan soal rencana pernikahannya dengan Verrel. Ia takut harus mengatakannya. Yohan pasti sangat marah jika tahu dirinya sekarang tinggal di rumah calon suaminya.

 

Mobil berhenti tepat di depan mansion Verrel, gilanya lagi dimana mobil Kamila dan Burhan. Angela tidak mendapati mobil mereka masuk ke dalam mansion. Ia mengernyitkan dahinya. 

Jangan-jangan ... .

 

"Silahkan masuk, Nona."

Seorang pelayan menyambut membantu membawakan koper-koper Angela ke kamarnya.

"Kata Mama kita akan tinggal bersama dalam satu bulan."

 

"Tenang saja, kamar kita bersebelahan tapi jangan berpikir aku akan menyentuhmu karena aku sudah punya kekasih."

 

Verrel membalikkan tubuhnya ia berniat menaiki anak tangga.

 

"Tunggu!" 

Angela berusaha memberanikan diri, ia bertekad harus mengatakannya.

 

Verrel menghentikan langkahnya.

"Bisa kita bicara di ruangan lainnya," kata Angela.

 

Ia melihat sekelilingnya masih ada beberapa pelayan yang berseliweran membawa barang-barangnya ke lantai atas.

 

"Ikuti aku."

 

Verrel menaiki anak tangga di ikuti Angela di belakangnya. Mereka sampai di sebuah ruangan privat. 

Verrel membuka pintunya mempersilahkan Angela masuk kemudian ia menutup kembali pintunya.

 

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Verrel.

 

Angela mendongak melihat ke arah Verrel. Pria tampan blesteran dengan hidung mancung dan bibir tipis berwarna merah jambu.

 

"Mengenai rencana pernikahan kita, aku ingin kita ..."

 

Angela ragu-ragu mengatakannya, apakah Verrel akan sepemikiran dengannya. Tapi ia harus mengatakannya demi masa depan dirinya dan Yohan.

 

"Bagaimana kalau kita menjalaninya selama setahun."

 

Perkataan Angela mengagetkan Verrel. Rupanya gadis itu sepemikiran dengannya.

 

"Jelaskan alasannya," kata Verrel pura-pura.

 

"Terus terang aku sudah memiliki kekasih, dan tadi sempat ku dengar kau mengatakan jika dirimu juga memiliki kekasih."

 

"Intinya aku mengajakmu bekerja sama, menjadi partner yang baik untuk mewujudkan impian kedua orang tua kita walaupun hanya setahun."

 

"Bagaimana kau setuju?” tanya Angela.

 

----Bersambung----

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status