Share

Nikah Paksa!
Nikah Paksa!
Auteur: Neveedah Jafri

last update Dernière mise à jour: 2022-12-20 08:22:22

Belum genap 1 tahun aku merasakan hari-hari bebasku setelah lulus SMA, tiba-tiba kedua orangtuaku mulai membuat rencana perjodohan bodoh dengan anak seseorang yang entahlah siapa itu...

Saat pria yang hendak dijodohkan denganku itu datang, tentu aku sudah kabur dari rumah dibantu dua sahabatku, Sasha dan Harit.

Kami bertiga pergi ke mall dan jalan-jalan keliling kota sedangkan Mama berusaha terus-menerus menghubungi ponselku yang sudah kumatikan sebelumnya. Mama juga memarahi Lily asistenku habis-habisan karena dianggap tak becus mengawasiku yang seharusnya masih ada di kamar.

"T-tapi, tadi Nona Jasmine tidak keluar dari kamar, Nyonya. Sungguh, saya terus berdiri didepan kamar Nona Jasmine." jawab Lily bingung.

Kemudian keduanya melihat jendela kamar yang sudah terbuka lebar, dimana angin berhembus mengibar-kibarkan gorden putih yang menjadi saksi kepergianku. Ketika Mama mendekat dan melihat keluar, sudah ada tangga kayu yang menjadi sarana turun dari lantai 1 ke lantai dasar.

"Siapa yang membantunya melakukan semua ini??!"

Harit dan Sasha bersulang sambil tertawa keras bersamaku di salah satu restoran tengah kota.

"Hahaha, astaga, Jasmine, kau benar-benar gila!"

"Terserah apa kata kalian," tanggapku ikut tertawa, "Sejauh ini, aku selalu punya jalan untuk kabur atau menggagalkan rencana bodoh itu." tambahku.

"Kenapa kau tidak turuti Ibumu saja?" tanya Sasha.

"Nikah? Oh tidak mungkin! Kalau aku menikah, bagaimana jika aku tidak bisa bersenang-senang seperti ini lagi? tidakkah kalian membayangkan bagaimana pernikahan itu?"

"Ya, ya, ya... Aku tahu. Terikat, sibuk mengurus rumah, sibuk mengurus anak. Tapi kupikir, mungkin itu tidak berlaku padamu," kata Sasha.

"Maksudmu?"

"Kau tahu, aku yakin orangtuamu menjodohkanmu dengan pria kaya... Segala urusan rumah akan diurus ART dan anak-anakmu dipegang Babysitter. Apa yang membuatmu merasa tidak bebas?"

"Ini bukan soal siapa yang mengurus anak atau rumah. Aku hanya tidak ingin berkomitmen untuk saat ini. Kau pikir apakah suamiku akan selalu membebaskanku untuk pergi keluar jalan-jalan sepanjang hari? Atau keluar negeri? Atau kemanapun? Kau pikir dia tidak akan meminta waktuku untuk bersamanya? Hmh?"

Harit mengangguk-angguk dan Sasha hanya bisa diam.

Aku kembali menenggak sirup jeruk yang sejak tadi kupegang. Kemudian kutambah, "Menikah adalah bencana."

"Tapi, Jasmine, kau harus tahu..." kata Sasha sambil melirik Harit. Keduanya seperti menyembunyikan sesuatu dariku.

"Sebenarnya, bulan Maret nanti aku akan menikah, dan Harit akan tunangan dengan James di bulan April."

"HHG!" Hampir saja aku tersedak mendengar pernyataan itu. Harit yang sebelumnya mengangguk-angguk mendengar penuturanku soal menikah adalah bencana ternyata dia sendiri akan menikah.

"Seriously? Kalian tidak bercanda 'kan?"

Keduanya mengangguk-angguk bersamaan.

"T-tapii... kalian berdua..."

Sasha menepuk pundakku sambil berkata, "Mungkin kau harus berhenti menolak keinginan Ibumu. Jadi, kita bertiga bisa menikah di tahun yang sama."

Aku langsung menepis tangan Sasha dengan kesal dan berdiri. "Kupikir kalian berdua akan selalu bersamaku menjadi sahabat. Ternyata justru kalian yang meninggalkanku."

"Jasmine, kita tidak meninggal--"

"Ah, sudahlah!"

Aku langsung pergi meninggalkan keduanya dengan kesal. Keluar dari restoran dan mencari taksi. Bagaimana mungkin mereka berdua akan menikah padahal kami baru saja lulus?? Bahkan dulu di hari kelulusan justru Sasha-lah yang berharap aku dan Harit tidak buru-buru menikah tapi nyatanya?? Justru dia-lah yang pertama akan menikah. Sialan!

Aku mendengus kesal dan mulai menyalakan kembali ponselku. Puluhan panggilan tak terjawab mulai masuk bersamaan dengan entah berapa banyak pesan singkat yang Mama kirimkan, membuatku semakin kesal.

Sampai didepan rumah, kulihat mobil tamu yang sebelumnya datang itu sudah tidak ada.

Baguslah... Semoga mereka tidak kembali lagi.

Lily yang sudah berdiri didepan pintu rumah langsung menghampiriku. Sepertinya dia memang menungguku sejak tadi.

"Nona!"

Aku langsung memberinya isyarat tangan agar tidak bicara. Aku sudah tahu apa yang akan Lily katakan. Sudah pasti Mama marah. Tapi begitu Mama melihatku, dia tidak marah. Dia hanya berkata, "Mari kita bicarakan ini dikamarmu, Jasmine." dengan suara yang tenang seolah tidak terjadi hal apapun sebelumnya.

Perasaanku mulai tidak enak. Kupikir begitu ia menutup pintu kamar dan menyuruhku untuk duduk dikasur dia akan memarahiku habis-habisan. Ternyata tidak.

Mama ikut duduk berhadapan denganku dan berkata, "Mama tahu kau ingin kebebasan. Memang tidak ada gunanya Mama memaksakanmu melakukan semua ini, tapi setidaknya, lihat dulu pria yang hendak melamarmu ini. Bukan berkata 'Tolak', 'Tolak', 'Tolak'. padahal kau belum melihatnya. Kenapa kau menolak?"

"Karena aku belum siap menikah, Ma. Aku... bahkan masih 19 tahun!"

"Masih 19 tahun? Kau tahu dulu Mama menikah dengan Papamu usia berapa? Mama menikah dengan Papa usia 15 tahun, Jasmine. 17 tahun sudah melahirkanmu--"

"Tapi, Ma. jaman sekarang sudah tidak ada orang yang menikah 15, 16 atau 17 tahun. Itu jaman dulu, Ma. Jaman duluuuu..."

"Iya. Itu jaman dulu. Memang sudah tidak usah di bahas soal usia atau jamannya. Mama hanya ingin kau melihat pria ini sebelum menolaknya. Lihat dulu... Jika tidak mau, tolak saja tidak apa-apa. Kau tahu? Mama lelah jika harus kejar-kejaran seperti ini. Tolong, nak..."

"Baiklah. Aku boleh menolaknya setelah melihat?"

"Ya. Terserah. Setidaknya kau sudah melihatnya..."

"Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan pergi lagi."

"Mm-hm...." Mama mengangguk dan berdiri.

Tetapi baru beberapa langkah jalan, ia berhenti dan berbalik sekali lagi untuk bertanya, "Oh iya, siapa yang memberimu tangga untuk kabur itu?"

Aku melirik ke kiri dan mengangkat bahu. "Entahlah... Mungkin Toni." jawabku asal.

"Oh..." Mama mengangguk dan kembali berjalan keluar kamar. Tidak ada pernyataan lain tapi sejak hari itu, esok dan seterusnya aku tidak pernah melihat Toni tukang kebunku lagi...

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Nikah Paksa!   ①⑦

    Aku menatap ponselku. Menunggu pesan masuk dari Emily. Kemudian...Ting!Tanda pesan masuk baru. 1 foto blur yang otomatis ku unduh. Ketika gambarnya jelas, aku berdecak kesal."Dasar!" kataku.Rivi yang berdiri di belakangku ikut melihat apa yang kulihat."Siapa itu?" tanya Rivi.Tanpa perlu memperbesar foto pun aku tahu siapa pria itu. "Ini Suaminya Sasha, Riv." Kataku."Dasar, Emily. Kupikir Istriku bersama siapa,"Kemudian kudengar dari rekaman, Emily mulai beraksi. Dia yang sudah membawa nampan makanan mendatangi Jasmine dan Sasha sambil pura-pura mengenal keduanya. Kemudian dia ingin bergabung bersama mereka.Emily mengatakan bahwa dirinya juga alumni sekolah Jasmine. Dia tahu Jasmine populer, ketua cheerleaders dan semacamnya. Kemudian Sasha memberitahu pria yang bersama mereka itu suaminya dan Emily mengajaknya berkenalan juga.Setelah bertanya basa-basi kenapa mereka disini dan sebagainya, akhirnya topik berganti soal masa-masa sekolah. Aku dan Rivi mulai tegang karena takut

  • Nikah Paksa!   ①⑥

    Malam hari jam pulang kerja, aku melihat CCTV rumah lewat ponselku. Ada Ibu datang entah sejak kapan. Kuputar mundur CCTV sampai di titik sore menjelang malam. Ibu datang pada saat itu. Kemudian aku kembali melihat apa yang sedang mereka bicarakan sekarang. Keduanya ada di dapur sambil tertawa. "Ibu memang tidak pintar memasak. Tapi untungnya Ayah mau makan ayam gosong itu," Jasmine masih tertawa. "Tapi seiring berjalannya waktu, Ibu mulai bisa beberapa resep. Hanya beberapa resep saja karena selebihnya sudah dikerjakan koki di rumah," Jasmine mengangguk-angguk. Aku ikut tersenyum melihatnya. Kemudian aku masuk ke dalam mobil. Meletakkan ponselku pada penyangga di dashboard, lalu menyalakan mesin. Selama perjalanan, aku tidak fokus mendengarkan pembicaraan mereka, tapi di lampu merah, Ibu berkata, "Rasanya sudah tidak sabar lagi ingin memiliki cucu," Ibu melihat Jasmine sambil tersenyum lebar dan Jasmine merasa sedikit kikuk. "Apa kau sudah melakukan test pack?" Jasmine mulai b

  • Nikah Paksa!   ①⑤

    Pagi itu aku meminta 3 suruhanku mencari informasi apapun tentang persahabatan dan riwayat hidup Jasmine. Hanya dalam waktu seminggu, mereka sudah memberiku berbagai informasi tentang Sasha dan Harit. Berapa lama mereka bersahabat, kemana saja mereka pergi, apa saja yang biasa mereka lakukan, film apa yang biasa mereka tonton. Juga sekumpulan foto Jasmine dengan mereka. Foto berpelukkan, foto di kelas waktu mereka masih SMA, juga foto dengan teman-temannya yang lain. Aku menggelengkan kepala sambil mengamati foto itu satu per satu. Belum ada hal yang mencurigakan disana. Kemudian informasi tentang sahabat Jasmine waktu SD sampai SMP yang bernama Sally. Foto-foto mereka berdua yang lebih banyak memeluk. Jasmine dan Sally selalu berdekatan. Mereka selalu pergi bersama sambil bergandengan tangan, bahkan Sally sudah dianggap anak oleh Mama Sarah. Mereka sudah satu kelas sejak SD sampai SMP, sayangnya setelah kelulusan SMP, Sally pindah keluar negeri hingga keduanya mulai putus komunika

  • Nikah Paksa!   ①④ ~RICHARD POV~

    Namaku Richard Holmes, tapi orang-orang terdekatku biasa memanggilku Richie. Aku lahir di musim kemarau, tepatnya pada bulan april sebagai anak pertama sekaligus cucu pertama keluarga Holmes. Ayahku adalah pengusaha besar pemilik perusahaan Holmes dan keluargaku cukup terkenal di kalangan para pengusaha sebagai orang yang baik dan terpandang. Sejak kecil, kedua orang tuaku sudah memberikan yang terbaik. Mereka menyekolahkanku di sekolah terbaik, mencarikanku guru les terbaik dan mengumpulkan ku dengan orang-orang terpelajar. Banyak orang yang mengatakan diriku sempurna. Terlahir dari keluarga terhormat, memiliki fisik yang tampan, dan memiliki sifat yang dermawan seperti Ayahku (kata mereka). Tapi diantara 3 pujian tersebut, yang paling sering kudengar adalah ketampanan fisik. Sejak masuk taman kanak-kanak, sudah banyak perempuan yang ingin dekat denganku. Waktu sekolah dasar, aku pernah curi dengar anak-anak perempuan yang sedang membicarakanku. Salah satu diantara mereka meng

  • Nikah Paksa!   ①③

    "K-kau..." Mama terbata-bata. "Apa yang kau pikirkan, Jasmine??" Tiba-tiba suaranya meninggi, tapi kemudian diam sambil menutup mata sejenak. Mama sadar kami sedang tidak berdua, ia manatap Lily dan memberinya isyarat untuk pergi. Lily yang sejak kemarin memang tidak tahu kejadian apapun langsung angkat kaki. Kemudian Mama kembali bertanya tapi kali ini suaranya jelas. "Jadi kemarin kau membentak Richard?""Hmm," Jawabku mengiyakan. "Astaga, Jasmine. Kau tahu? 21 tahun, Jasmine. 21 tahun Mama menikah dengan Papamu, sampai detik ini belum pernah Mama membentak. Kau baru 2 hari menikah langsung membentak suamimu seperti itu? Kau tahu posisi kita ini apa?" Suara Mama kembali meninggi hingga aku tak berani menatapnya lagi. "Tanpa keluarga Richard, Papa tidak bisa membesarkan perusahaannya menjadi seperti sekarang. 5 tahun lebih Papamu bekerja sama dengan keluarga Richard. Bisa-bisa hancur karena ulahmu!" "Tapi aku tidak mau menikah, Ma! Ini bukan kemauanku!" "Papa bilang kau sudah ma

  • Nikah Paksa!   ①②

    Aku langsung mengambil bantal dan menepuk wajahnya yang hendak mendekat, "NOO!!" Richard mundur seketika. "Sudah kubilang aku tidak mau, aku tidak siap sekarang Richard, aku tidak si--" "Baiklah, baiklah." Richard mengangkat kedua tangannya. "Aku menyerah sekarang, sungguh, aku mau tidur saja," Dia merebahkan tubuhnya di kasur sedangkan aku masih duduk. Aku mendengus kesal karena kasur ini tidak luas. Mau tidak mau jarakku dengan Richard selalu berdekatan. "Kenapa?" Tanya Richard. "Harusnya kasur ini diganti dengan kasur sebelah." "Aku tidak mau." Jawab Richard. "Kasur sebelah bekas tidur tamu, dan kasur satunya bekas Rivi. Ini satu-satunya kasurku." "Duuuh, apa penting kasur ini bekas tamu atau siapalah," "Penting." Richard menghadapkan tubuhnya kearahku dan menutup mata. "Nanti kubelikan kasur baru... kau mau yang seperti apa? King size? Tapi begini saja sudah nyaman." "Ya. Nyaman untukmu tapi tidak untukku." Richard tidak menjawab. Dia masih menutup matanya. Aku kembali

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status