Kepala Sinta benar-benar kosong.Dia merasakan dada yang panas, menekan di punggungnya, mendengar suara detak jantung yang berdebar keras. Pria yang berada di atasnya itu memeluknya erat sekali. Sinta mencoba mengambil napas yang dalam, tetapi kedua kaki dan tangannya masih terjepit kaku, dia bahkan tidak dapat bergerak sedikit pun.Tangan pria itu tiba-tiba berhenti."Kamu tahu siapa aku, 'kan?"Sinta terkejut.Apa yang ingin si pria katakan adalah, sekarang dia sudah menjadi suaminya Sinta. Ini adalah malam pertama mereka, hubungan suami istri seperti ini adalah hal yang wajar-wajar saja.Namun, Sinta malah benar-benar menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang terasa kaku, "Aku tahu ... kamu adalah Dani Setyawangsa."Matanya sedikit menyipit dan sudut bibirnya menyungging naik.Dani Setyawangsa ... ah, sayang sekali wanita ini hanya tahu nama ini.Sayangnya, dia sama sekali bukan Dani Setyawangsa.Wanita ini juga bukanlah Santi Wijoyo.Sebenarnya, saat Sinta masuk, dia sudah tahu ka
Sinta mengenakan sehelai pakaian dan pergi ke halaman, dia menemukan Dani sedang berolah raga pagi.Pria itu bertelanjang dada mengangkat dumbbels silih berganti dengan kedua tangannya. Sekujur tubuhnya penuh dengan otot-otot kekar itu, saat diterpa sinar mentari pagi, dia terlihat seperti dewa matahari yang turun dari khayangan. Wajah mungil Sinta sedikit terasa hangat, dia menyapa Dani dengan lembut, "Pagi sekali!" Dani Setyawangsa berbalik dan meliriknya dengan pandangan datar.Sinta menatap ke sekeliling dan melihat kalau halaman rumah ini tidak besar dan agak berantakan. Penuh dengan barang-barang seperti karung pasir, sarung tinju, pentungan baseball, dumbbells dan lain-lain yang tergeletak begitu saja di tanah. Sinta merasa kurang nyaman, dia tidak berani mencetuskan apakah rumor yang beredar itu nyata atau tidak, tetapi Dani pasti sering terlibat dalam perkelahian.Sinta tidak tahu bagaimana temperamen pria ini?Konon katanya pria yang ada di lingkungan ini agak kasar, mereka
"Aku sudah mencucinya!" Sinta buru-buru mengatakannya dengan cepat, "Aku jamin semuanya bersih, tidak akan bermasalah!""Oh, jadi kau mencucinya?" Pegawai toko itu tertawa sinis, "Nona, kamu hanya sewa untuk satu hari. Kenapa kamu mencucinya? Kamu menyewanya untuk hari pernikahanmu, bukan untuk memakainya di peternakan, 'kan?"Wajah Sinta tidak cukup tebal, begitu dibilang seperti itu oleh Si Pegawai Toko, wajah mungil Sinta pun memerah seperti kepiting rebus.Di hari pernikahannya, situasi pada saat itu memang tidak lebih baik dari pada ke peternakan. Diguyur hujan deras, dia berjalan melewati jalan pedesaan yang becek dan berlumpur. Gaun pengantin yang putih dan bersih itu pun ternoda kotor, bahkan kakinya pun tergores lecet.Pegawai toko itu membolak balikkan gaun pengantin, kadang-kadang dia bahkan melemparkan pandangan yang meremehkan Sinta."Nona, gaun pengantin ini kalau perlu dicuci, itu juga di dry clean!""Kamu tahu maksudnya dry clean, 'kan?"Pegawai toko melihat Sinta begit
Pegawai toko itu langsung terdiam, bahkan suara jarum yang terjatuh di lantai pun dapat terdengar dengan jelas.Orang-orang mulai menunjukkan rasa simpatik pada pegawai toko itu, wajahnya tampak masam. Namun, pada saat ini, sang manajer datang menghampirinya dan memberinya isyarat untuk mengikuti instruksi pelanggan. Lagi pula, harga gaun pengantin itu sudah tertera di sana.Ekspresi Dani sangat tenang, wajahnya yang dingin dengan senyuman palsu.Sinta secara tidak sengaja memegang tangannya."Sudahlah Lupakan saja, tidak usah dibeli," kata Sinta sambil berbisik pada Dani. "Gaun pengantin ini sangat mahal, apalagi kelak juga tidak akan bermanfaat.""Gesek dengan kartu itu," kata Dani dingin, "Tidak pakai pin."Pada akhirnya, Sang Manajer datang bersama Sang Desainer untuk memecahkan masalah.Dani Setyawangsa merokok di luar, sementara Sinta mengukur badan di dalam ruangan. Kali ini, tidak ada yang berani mengejeknya. Pegawai toko itu pun dimarahi oleh manajer toko dan berdiri di sampin
Dani memijit keningnya, dia tampak serius. Setelah mengambil napas yang dalam, dia langsung menutup ponselnya.Dia memang akan kembali ke Jakarta, tetapi bukan sekarang.Kalau Dani kembali sekarang, hanya akan mengacaukan rencana, membuat orang-orang yang awalnya mengira dia telah mengalami kecelakaan pesawat dan bahkan mayatnya pun tidak bisa ditemukan itu, untuk kembali membuat masalah dan merencanakan cara yang lebih kejam untuk menghabisinya!"Kamu suka yang mana, sagu atau cincau?"Dani sedikit terkejut, begitu menoleh ke belakang, dia melihat sepasang mata yang besar yang bersinar-sinar menatapnya. Sinta tersenyum merekah, senyumannya itu semanis teh susu yang ada di tangannya. "Ada apa denganmu?" Sinta bisa menatapnya dan berkata, "Wajahmu tidak terlihat begitu ....""Aku baik-baik saja." Dani bener-bener tidak menyukai perasaan seolah-olah Sinta dapat melihat tembus wataknya.Dengan membelakangi Sinta, Dani berkata dengan ketus, "Kamu minum saja sendiri, aku tidak suka minuman
Dani bisa menebak sesuatu dan berkata dengan tenang, "Pergilah ke kamar, buka laci yang ada di lemari. Ada sebuah kotak di dalamnya, kamu bawa kemari kotak itu."Sinta berseru, "Ah." Lalu dia melakukan seperti yang Dani katakan, dia benar-benar menemukan sebuah kotak kayu berukiran kembang bunga di bagian terdalam laci. Ukiran kembang bunga yang ada di atas kotak itu terukir dengan bagus, kotak itu juga mengeluarkan aroma wangi yang semerbak.Dani mengambilnya dan membukanya, ternyata isinya perhiasan emas yang bersinar-sinar. Ada kalung, anting-anting dan cincin, terutama gelang emas dan batu giok,
Senyuman Sinta tiba-tiba membeku, ada sebekas kesedihan yang muncul di hatinya.Ucapan Jessika memang benar, pernikahan ini adalah masalah seumur hidup, dia tanpa berpikir panjang langsung menerima tawaran pernikahan ini. Dia bahkan belum pernah pacaran. Bukankah ini termasuk mempertaruhkan kebahagiaan Sinta untuk seumur hidup? Akan tetapi ....Sinta menyesap bibirnya dan tersenyum lembut di telepon, "Tidak setragis itu, deh?"Sebenarnya aku juga ingin berterima kasih pada Dani. Jika bukan karena dia menikahiku, aku juga tidak akan mendapatkan enam ratus juta ini.Asalkan penyakit ibunya membaik, adiknnya bisa giat belajar dan hidup dengan baik, semua ini sudah merupakan kebahagiaan terbesar Sinta."Sudah yah, kita ngobrol lagi nanti!" Sinta buru-buru ingin menyelesaikan panggilan itu dan berkata, "Hari ini, aku pulang untuk mengambil uang, nanti setelah aku mendapatkan uang itu, aku akan memberitahumu kabar baik ini."Sinta menutup ponselnya dan memasukkannya kembali ke ranselnya. Ta
"Aku bilang, Ayah tidak di rumah!" Santi tersenyum puas, "Ayah pasti sudah lupa kalau kamu pulang hari ini! Ah, benar juga, menikah dengan pria seperti itu, apa ayah masih perlu menyiapkan pesta penyambutan untukmu? Hahaha, apa tidak cukup memalukan!""Aku tidak butuh pesta penyambutan!"Sinta langsung berdiri menghadang Santi, "Aku mau ambil mas kawinku!" "Mas kawin?" Santi mengangkat alis matanya dan tersenyum licik, "Mas kawin apa? Aku belum pernah mendengarnya!"Sinta terkejut, jantungnya berdebar keras.Dalam sekejap itu, semua kesengsaraan, ketidakrelaan dan kebencian menguak ke benak Sinta. Dia tahu dirinya memang tidak dihargai dalam keluarga ini. Sejak dia dilahirkan ke dunia dan datang ke tengah-tengah keluarga ini, dia sudah dicap sebagai anak diluar nikah. Akan tetapi, jati dirinya ini bukanlah hal yang bisa dipilih Sinta. Selama bertahun-tahun ini, walaupun dia berada di tengah kegelapan, dia juga telah berusaha mencari secercah sinar harapan.Pasti tidak ada gadis yang