Share

Nikah Pengganti: Suamiku Adalah Kuadriliuner
Nikah Pengganti: Suamiku Adalah Kuadriliuner
Author: Sungai Kecil

Bab 1 Sudah Malam

"Sudah malam, tidurlah."

Suara pria yang rendah dan nyaman didengar itu membuat Sinta Wijoyo tersadar dari lamunannya. Begitu dia memandang, matanya langsung bertemu dengan sepasang mata dengan pupil berwarna hitam gelap, mata itu terlihat seperti dipenuhi dengan emosi yang tidak dapat ditebak Sinta.

Sinta dengan gugup mengangkat ekor gaunnya, hatinya berdebar-debar cepat.

Dari sejak masuk ke kamar ini, Sinta sudah duduk di tepi ranjang, dia duduk dengan posisi seperti ini untuk waktu yang lama, bahkan tulang belakangnya pun sudah terasa kaku, tetapi gaun pengantin yang dia pakai, masih belum diganti juga. Sampai si pria selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, Sinta baru menyadari kalau malam ini, dia akan menghabiskan malam pertamanya bersama pria yang ada di depannya ini.

Akan tetapi, Sinta tidak tahu harus bagaimana melewatkan malam pertama bersama pria yang baru saja sah menjadi suaminya ini, apalagi dia sebenarnya hanyalah pengantin pengganti.

Dengan identitasnya sebagai anak di luar nikah dari salah satu keluarga kaya, Sinta terpaksa harus menikah dengan seorang pria miskin untuk mengantikan kakaknya, demi memenuhi perjanjian pernikahan yang telah diikrarkan oleh generasi sebelumnya dari kedua keluarga itu dan untuk bisa mendapatkan mas kawin dengan nominal yang cukup besar.

Setelah mendapatkan uang itu, Sinta bisa memakainya untuk membayar biaya pengobatan ibunya, dengan begitu penyakit ibunya pun ada harapan untuk sembuh, sedangkan adiknya bisa melanjutkan pendidikannya dan mereka sekeluarga bisa hidup dengan baik.

Sinta menghela napas dalam-dalam, kemudian seperti seekor kelinci kecil yang pemalu berjalan menuju ke kamar mandi. "Aku ... aku juga mau mandi dulu."

Mata pria itu berkedip.

Sinta berdiri dan dengan cepat menyelinap ke kamar mandi. Saat hendak mengunci pintu kamar mandi, dia menemukan kalau daun pintu yang sudah tua dan reyot itu bahkan tidak ada pengait pintunya. Sinta lumayan terkejut, dulu meskipun hidupnya susah, dia belum merasakan kemiskinan hingga seperti ini.

Matanya sedikit memerah, merenungkan nasibnya di kamar mandi. Setelah sekian lama berada di kamar mandi, Sinta tidak kunjung melepaskan gaun pengantinnya juga.

Pria yang berada di luar tampaknya bisa memahami apa yang sedang dipikirkan Sinta, dia tiba-tiba berkata dengan suara yang dalam, "Aku keluar merokok sebentar, kamu mandi perlahan-lahan saja."

Hati Sinta serasa sesak, dia bersandar di pintu mendengarkan langkah kaki pria itu perlahan-lahan berjalan keluar, disusul dengan suara pintu ditutup. Setelah itu, Sinta tidak mendengar suara apapun lagi.

Kamar pengantin yang seharusnya tertata meriah itu malah tampak sederhana. Sehari sebelum hari pernikahannya, badai angin topan memporak-porandakan seluruh kota, papan-papan reklame yang roboh dan pohon besar yang tumbang terlihat berserakan di jalan-jalan. Sinta malah menikah di tengah kekacauan dalam kondisi yang menyedihkan ini.

Tidak ada mobil pengantin yang datang menjemputnya. Setelah Sinta berjalan cukup jauh, dia baru naik mobil Kijang yang tidak terlalu menyolok mata. Mobil itu berjalan cukup lama sebelum memasuki sebuah desa dengan jalan yang cukup sempit, becek dan berlumpur. Sepatu dan gaun pengantin Sinta pun tak luput dari noda lumpur.

Konon katanya, menikah dengan cuaca seperti ini tidak baik, tidak akan membuahkan kebahagiaan.

Lagi pula, Sinta sendiri juga sudah lama tidak memedulikan kebahagiaan rumah tangganya kelak.

Dia sambil menyeka rambutnya, sambil berjalan keluar dari kamar mandi.

Suaminya masih belum pulang, pria itu sudah merokok di luar cukup lama.

Sinta melihat-lihat sekeliling rumahnya yang tampak sangat sederhana, berdinding batu bata dan beratap genteng, bahkan ada beberapa tempat yang bocor dan terlihat rembesan air hujan. Meskipun rumah itu cukup tua, kalau ditata dengan baik, rumah itu bisa dibilang lumayan. Sinta tersenyum ringan, selagi suaminya belum pulang, dia mulai membersihkan dan menata seluruh ruangan itu, dari dalam hingga luar rumah.

Tepat pada saat Sinta berlutut di atas ranjangnya dan menarik selimutnya, suaminya berjalan masuk.

Begitu Sinta balik badan, gerakannya yang cukup lebar itu membuat satu-satunya handuk yang melilit di tubuhnya tiba-tiba melorot ke bawah. Dia berteriak terkejut, secara tak sadar kedua tangannya menutupi bagian depan dadanya, tetapi ....

Pemandangan yang menyenangkan mata itu sudah dilihat sepenuhnya oleh si pria.

Sinta dengan panik segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, wajahnya yang mungil itu tampak merona merah.

Jakun si pria bergerak sebentar, pancaran sinar matanya tampak lebih dalam dan rumit. Dia berjalan selangkah demi selangkah sampai di hadapan Sinta. Dengan suara yang rendah dan sedikit serak, dia berkata, "Sudah larut malam, ayo kita tidur."

Kali ini, dia menambahkan kata "kita".

Jantung Sinta seperti akan copot, dia memejamkan matanya lekat-lekat, tiba-tiba Sinta merasakan sebuah tangan yang kuat melilit di pinggangnya. Dia pun jatuh ke pelukan orang itu dan ditekan di ranjang oleh pria itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status