Share

Berita Dadakan

Terkadang aku bingung dengan diri ku, disaat logika memilih pergi, mengapa hati harus bersikeras untuk menetap.

_Kayla Hadi Ayunda_

Pagi itu matahari begitu cepat menampakkan jati dirinya, cahaya berwarna kuning menghiasi ujung timur langit berwarna biru. Ayam telah berhenti berkokok, Kayla pun telah siap dengan pakaian kantornya, mondar mandir dihadapan cermin, melihat kekurangan yang harus ia perbaiki. 

Suara klakson mobil terdengar memanggil dari halaman rumahnya, membuat gadis cantik itu panik dan bergegas mengambil tas kerja dan beberapa dokumen yang sebelumnya telah ia siapkan diatas tempat tidur. 

“Maaf udah nunggu lama.” Ucap Kayla sopan setelah berada didalam mobil Restu. 

“Nggak lama kok, aku nya aja yang datang kecepetan. Kamu udah sarapan belum?” 

Kayla mengerutkan dahinya, “Kalau belum sarapan dulu yuk, sekalian kita bahas proposalnya.” 

“Hmm, boleh Res, kebetulan aku juga belum sarapan.” Jawab Kayla antusias, sebenarnya dia tak ingin menolak tawaran Restu, walau tadi pagi dia telah mengisi tenaga cukup banyak dengan nasi goreng spesialnya. 

“Bubur pak Somad gimana?” Tanya Restu lagi dan dibalas anggukkan oleh Kayla. 

“Oh tuhan, mau ditaruh dimana lagi bubur itu, perut ku rasanya sudah nggak muat, hmm Kayla Kayla, gampangan banget sih jadi cewek.” Gerutunya didalam hati, menyesali kebohongan yang telah dilakukannya. 

“Kayaknya lokasi yang kamu ajuin coock deh Kay, bos besar pasti setuju nih, hmm nggak sia-sia aku rekrut kamu jadi patner kerja.” Restu tersenyum puas melihat proposal yang diajukan Kayla. 

“Kamu kelebihan mujinya Res, lagian init uh sebagai ucapan terimakasih aku ke kamu, karena udah mau ngajak aku gabung sama perusahaan ini.” Jawab Kayla canggung. 

Triiing 

Suara panggilan dihandphone Restu membuyarkan pembicaraan mereka. 

“Hallo?” 

“Apa?” 

“Yaudah aku kesana sekarang juga.” 

Wajah Restu terlihat pucat, ia panik sejadi-jadinya.

“Ada apa Res?” Tanya Kayla khawatir. 

“Hmm itu Kay, Ibu.” 

“Ibu kamu kenapa Res?” 

“Ibu masuk rumah sakit.” 

“Apa?” Kayla sangat terkejut, ia pun memutuskan untuk ikut Restu ke rumah sakit. 

Sesampainya dirumah sakit, Restu berlarian mencari ruangan tempat ibunya berada, sedangkan Kayla yang kesusahan dengan barangnya yang lumayan banyak, dan sepatu hak tingginya, hanya bisa mengikuti dari belakang. 

“Ibu!” Teriak Restu saat melihat wanita paruh baya tengah berbaring lemah diatas ranjang pesakit. 

“Ibu kenapa bisa gini? Maafin Restu buk.” Ucap Restu penuh rasa bersalah, dia masih terbayang tentang perdebatannya dengan sang ibu semalam. 

"Ibu nggak kenapa-kenapa Res, cuman kurang istirahat aja, biasalah faktor usia." Dewi Murni, ibu kandung Restu melirikkan pandangan kearah gadis cantik yang berdiri dibelakang Restu. 

Kayla tersenyum tipis, ia menganggukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Restu mengikuti arah pandang ibunya. 

“Hmm kenalin buk, ini Kayla, temen kantor Restu.” 

“Hallo tante, saya Kayla.” Sambung Kayla dengan sopan. 

Dewi Murni terlihat sangat bahagia melihat Kayla berdiri disamping Restu, pandangan pertamanya melihat keserasian antara sepasang manusia itu, ada sedikit rasa kelegaan, namun ada juka kekhawatiran, takut apa yang dia harapkan tidak akan terjadi. 

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, Kayla duduk disebuah kafe menikmati makan siang sambil video call an dengan sahabatnya yang sedang berjuang mengambil jenjang pendidikan magister dinegeri paman sam. 

“Kamu udah dikenalin ke ibunya Kay? Oh my god itu artinya kode alam yang dia kasih selama ini tu beneran nyata.”

“Ih apaan sih Unna, ini tuh cuman kebetulan aja.” Lagi-lagi Kayla menegasikan pikirannya. 

“Kamu nih batu banget sih Kay, liat aja nanti dia pasti bakalan ngajak kamu nikah.” Unna Mikayla sahabat baik Kayla, berawal dari pertemuan luar biasa dan akhirnya bersahabat selama bertahun-tahun. 

Selain memiliki nama yang sama dulunya Kayla dan Unna memiliki kisah percintaan yang sama-sama rumit, dimana mereka mencintai orang yang sama, dan disakiti oleh orang yang sama pula. 

“Kayla!” Suara cempreng nan nyaring mengalihkan pandangan Kayla. 

Seorang gadis cantik dengan rambut tergerai bebas, mengenakan rok sepan hanya selutut dan kemeja ketat berwarna putih yang memperlihatkan lekukan tubuhnya. 

"Kamu makan siang kok nggak ajak-ajak sih, mentang-mentang baru dapet pengalihan proyek." 

"Aku kira kamu udah makan Fa." Jawab Kayla setelah mematikan panggilan vidionya secara sepihak. 

"Ya belum lah, aku baru aja keluar dari kandang singa." Ulfa memperlihatkan wajah kesal plus capeknya, ia mulai menyantap bakso mercon yang ada dihadapannya. 

"Nggak takut sakit perut nih?" Goda Kayla melihat pesanan Ulfa. 

"Justru aku pengen segera ngeluarin segala kesialan ku hari ini." Ulfa kembali menikmati makanannya, mulutnya penuh mengembung. 

"Aku iri sama kamu Kay, devisi kamu tuh seru banget, terlebih Restu yang selalu ngebelain kamu, nggak kayak Kadiv kunyang galak banget kayak singa." 

"Hehe kamu tuh ya, kurang bersyukur, sebenernya Kadiv kamu baik Fa, cuman kamunya aja yang suka nunda pekerjaan." 

"Kami nggak belain aku Kay?" 

"Bukan gitu Fa, hanya saja kita harus memandang segala sesuatu dari sisi positif jangan negatifnya Mulu, karena terkadang kesalahan itu memang berawal dari diri kita sendiri." 

Ulfa mengangguk faham, "Iya sih, aku duluan yang nyari masalah sama singa itu." Ucapnya sambil cengengesan. 

Ulfa terbayang kisah masa lalu dengan Kadivnya yang perawan tua. Dia sempat menarik perhatian pacar Kadivnya buk Emelda, hingga membuat hubungan mereka retak. 

"Ya siapa suruh dia nggak pinter dandan." Cerutunya lagi membuat Kayla menggelengkan kepala. 

"Eh, ibunya Restu masuk rumah sakit ya?" 

"Hmm" gumam Kayla sambil menganggukkan kepala. 

"Kamu nggak ada niatan jenguk Kay?" 

"Udah sih tadi pagi." 

"What? Are you serius Kayla?" Mata Ulfa melotot tajam, namun Kayla hanya mengangguk santai. 

"Jangan salah faham, tadi pagi tuh kita berangkat bareng, sekalian bahas masalah project, dan tiba-tiba aja Restu dapat kabar kalau ibunya masuk rumah sakit, yaudah deh aku ikut dia ke rumah sakit." 

"Kamu tu aneh ya Kay! Kalau suka yang bilang suka, mending terus terang aja, nggak perlu berjuang sejauh ini." 

"Apaan sih Fa, kan kamu tau, aku sama Restu itu udah berteman lama, hubungan kita nggak lebih dari teman kok." 

"Tapi perasaan kalian tu kebaca tau nggak." 

"Kamu aja tuh yang over thinking, orang kitanya biasa aja kok." 

Kayla menoyor pundak Ulfa, lalu mengalihkan pandangannya kembali menatap handphone.

"Kayla, Ulfa." Suara serak-serak basah terdengar mendekat. 

"Pak Kusuma?" Ucap kedua gadis itu secara serentak. 

"Eh nggak usah berdiri, duduk aja." Ucap Kusuma Wijaya seraya menarik kursi dihadapan karyawannya. 

Kayla dan Ulfa yang tadi berdiri secara spontan, kini kembali duduk dengan canggung dihadapan bos besarnya.

"Gini Kay, saya boleh minta tolong nggak? Sore nanti antarkan saya ke rumah sakit untuk jenguk ibunya Restu." 

"Hmm, boleh kok pak, kebetulan saya mau ngambil laporan kegiatan untuk event." Jawab Kayla canggung. 

"Saya boleh ikut kan pak?" Tanya Ulfa dengan penuh percaya diri, membuat Kayla menyenggol kakinya. 

"Emmm boleh kok." Jawab Wijaya Kusuma dengan tersenyum tipis. 

Langit telah berwarna jingga saat Kayla dan Ulfa keluar dari Wijaya corporation. 

Mereka berdiri didepan loby, menunggu Lusa yang sedang mengambil mobilnya dari parkiran. 

Tak berselang lama Kusuma telah tiba dihadapan mereka. 

"Satu orang didepan, saya nggak mau terlihat seperti supir." Ucap Kusuma pada mereka. 

"Aku aja ya yang didepan." Bisik Ulfa ditelinga Kayla, dan langsung mencuri start untuk duduk disamping pria tampan itu, sedangkan Kayla duduk dibelakang kursi mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status