Share

Rahasia

Bagaimana jika aku iyakan? Satu hal yang paling aku takutkan adalah, mengambil jalan yang salah. Tapi bagaimana kita bisa tau itu benar atau salah jika kita belum mencobanya._Kayla Hadi Ayunda_

Kayla duduk di balkon kamarnya, pandangannya nanar menatap rembulan yang bersinar terang, sebuah buku catatan harian masih nyaman duduk di pangkuannya.

"Mah, Pah, kasih tau Kayla jalan mana yang harus Kayla ambil. Kayla bener-bener bingung Mah, Pah. Andai aja mama sama papa masih ada, pasti kalianlah yang akan membantu Kayla untuk mengambil keputusan yang tepat."

Tanpa terasa cairan bening menetes dari sudut matanya. Semuanya berubah sejak tragedi kecelakaan merenggut nyawa orang tuanya.

Kayla menjadi yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa ada yang menemani. Satu-satunya keluarga yang masih mau menghubunginya adalah Bude Nani, kakak kandung ibunya. Tapi bunda Nani jauh tinggal dikampung bersama keluarga kecilnya, sedangkan Kayla memilih untuk tinggal sendirian dirumah peninggalan kedua orang tuanya.

"Kayla! Kayla!" Tampak sebuah cahaya putih mendekat kearahnya, mengeluarkan suara yang sangat familiar ditelinga ya walau telah lama dia tak mendengar suara itu.

"Mamah? Papah?" Teriak Kayla, dia berlari mengejar cahaya itu.

Tampak sepasang manusia mengenakan pakaian serba putih tersenyum kearahnya. Kayla memeluk mereka dengan erat melepaskan segala kerinduannya.

"Kayla rindu Mah, Pah, kenapa kalian tinggalin Kayla, kenapa kalian nggak bawa Kayla aja." Rengeknya layaknya anak kecil.

"Sayang, jangan mengutuk takdir seperti itu, tuhan tau apa yang terbaik buat hambanya." Ucap papa dengan lembut mengusap pucuk kepala Kayla, sama seperti dulu jika papa sedang menasihati Kayla.

"Tapi Kayla capek sendirian, Kayla bingung, nggak tau harus gimana lagi."

"Ikuti kata hatimu nak, karena hatilah yang paling mengerti apa yang kamu inginkan." Kali ini mamah yang berbicara dengan nada lembutnya, penuh akan ketulusan kasih dan sayang.

"Mamah sama Papah jangan tinggalin Kayla lagi!" Rengek gadis cantik itu lagi sambil menyeka air matanya.

"Mamah sama Papah nggak pernah ninggalin Kayla, kita selalu ada didalam sini." Mamah menempelkan tangannya didada Kayla, menunjukkan letak hati yang selalu menjadi tempat kenangannya.

"Mama! Papa!" Teriak Kayla dengan kencang, dan terbangun dari tidurnya.

Air mata membasahi wajah Kayla, ternyata semua itu hanya mimpi, namun entah mengapa sangat berasa nyata.

Kalya menangis sejadi-jadinya, memeluk buku catatan hariannya dengan kencang. Buku itu adalah hadiah terakhir yang dia minta dari mama, sebelum tragedi kecelakaan itu memisahkan mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Kayla masih betah duduk dimeja kerjanya, dengan setumpuk berkas, dan kacamata yang sedari pagi tidak lepas. Bukan karena matanya yang minus, namun untuk menutupi mata bengkak akibat menangis semalaman.

"Kayla." Tanpa Kayla sadari, Kusuma telah berada dihadapannya.

"Iya pak? Ada yang bisa saya bantu?" Kayla spontan berdiri menghadap pria itu.

"Hey, tenang Kayla, maaf jika kedatangan ku mengejutkanmu." Bibir Kusuma bergetar, menahan tawa melihat tingkah Kayla yang lucu.

"Bagaimana pekerjaanmu?" Sambung Kusuma lagi.

"Hmm?" Kayla membulatkan matanya tak percaya. "Alhamdulillah sudah delapan puluh lima persen pak, tinggal tinjauan terakahir dan finishing saja pak."

"Baiklah, kalau bisa secepat mungkin kasih laporannya ke saya, dan satu lagi Kayla, kau masih harus menghubungi kadivmu terlebih dahulu, bagaimanapun juga walau dia melimpahkan tugas ini kepadamu, tanggung jawab terbesar tetap berada ditangannya."

"Ba-baik pak." Jawab Kayla gugup.

Mendengar kata Kadiv, Kayla kembali teringat dengan kejadian semalam, dia bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya jika kembali bertemu dan harus berinteraksi dengan Restu.

Jujur saja, rasa ragu masih menyelimuti Kayla. Bagi Kayla cinta memang bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, namun apa mungkin Restu orang yang tepat?

Setelah menyelesaikan laporannya, Kayla membereskan segala barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.

Pandangannya tertuju pada mini kalender yang ada dimeja kerjanya. "Sudah tanggal dua puluh tiga, itu artinya waktunya tinggal lima hari lagi, huuuufttth."

Kayla menghembuskan nafas lelahnya. "Semangat Kayla, kau tak boleh menyerah." Batin Kayla, dia memutuskan untuk menyerahkan laporan itu kepada Restu malam ini juga, agar besok Kayla bisa langsung mengunjungi lokasi.

Setelah melawan kemacetan, Kayla sampai dirumah sakit tempat ini Restu dirawat.

"Sejak tadi pria itu tak bisa dihubungi, dan mungkin dia sedang sibuk merawat ibunya seorang diri." Pikir Kayla.

Tok tok

"Assalamualaikum."

Perlahan Kayla membuka pintu sebuah ruangan.

Tampak seorang wanita paruh baya duduk diatas ranjang dan tersenyum kearahnya.

"Waalaikumsalam, masuk Kayla." Ucap Dewi Murni dengan ramah.

Kayla terkejut melihat wanita itu jauh lebih sehat dari sebelumnya, bahkan kini tak ada lagi jarum infus yang menusuk tangannya.

"Bagaimana keadaan Tante?" Tanya Kayla dengan sopan, dia terlihat canggung, terlebih Restu tak ada diruangan itu.

"Alhamdulillah Kayla, sekarang sudah jauh lebih baik dan Tante sudah boleh pulang."

Senyuman merekah tak bisa ditutupi oleh Dewi Murni, dia sangat senang melihat kehadiran Kayla.

"Syukurlah Tante, semoga Tante selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang."

"Aamiiin."

Pembicaraan merekapun terhenti, Kayla tak tau lagi harus berkata apa, pandangannya tertuju kearah pintu, menelisik keberadaan Restu.

"Kamu cari Restu ya? Dia sedang mengurus administrasinya." Jelas Dewi Murni yang peka terhadap tatapan Kayla.

Kayla mengangguk faham, tak berselang lama terdengar suara ketukan di pintu masuk ruangan itu, dan seorang pria tampan, tinggi, berbadan tegap, mengenakan jas putih, tersenyum dan melangkah masuk.

"Selamat sore buk Dewi." Sapanya dengan ramah.

"Sore dokter Sandi."

Pria itu sedikit melirikkan pandangan kearah Kayla, membuat Kayla canggung dan memilih untuk menundukkan pandangan.

"Sepertinya tidak ada masalah besar jika mengizinkan buk Dewi pulang hari ini, namun ingat buk, operasi pencangkokan sumsum tulang belakang harus segera kita lakukan, dan buk Dewi harus benar-benar istirahat tanpa banyak beban pikiran lagi."

"Iya dokter, saya janji akan beristirahat, dan untuk operasi nanti akan kita bicarakan lagi ya dok, yang penting Restu jangan sampai mengetahui hal ini."

Dokter tampan itu menghela nafas. "Baiklah Buk, saya akan menjaga amanah ibu, tapi ibu juga harus janji untuk menuruti semua perkataan saya."

"Baik dokter."

"Hmm, yasudah kalau begitu saya permisi dulu ya buk, dan ini obatnya tolong diminum seperti biasanya."

"Terimakasih dokter Sandi."

"Sama-sama buk Dewi."

Dokter Sandi telah pergi meninggalkan ruangan itu, dan kini tinggal Kayla dan Dewi yang berada disana.

"Kayla." Ucap Dewi dengan lembut.

"I-iya buk?"

"Bisakah kamu rahasiakan semua ini dari Restu? Beberapa bulan belakangan ini saya divonis kangker darah stadium tiga, dan Restu tidak mengetahuinya, yang Restu tau saya hanya terkena serangan jantung."

Kayla terkejut mendengar ucapan Dewi. "Maaf, kalau boleh tau kenapa Tante merahasiakannya dari Restu?"

"Tante nggak mau Restu mengingat masa kecilnya saat dia kehilangan ayahnya, dulu ayah Restu juga mengidap penyakit yang sama, dan meninggal disaat Restu benar-benar membutuhkannya, hal itu membuat Restu trauma."

"Kayla, kamu mau kan menjaga semua rahasia ini?"

Dewi menatap Kayla dengan mata berkaca-kaca.

"I-iya Tante, insyaallah akan Kayla jaga." Jawab Kayla gugup, dia tak tau jika selama ini Restu juga menyimpan luka yang sangat dalam.

"Ibu!" Terdengar suara Restu yang sedang membuka pintu, merekapun menghentikan pembicaraan mereka.

"Kayla? Kamu disini?"

"Hmm iya, tadi aku cari kamu mau nyerahin laporan."

"Buk, ini administrasinya udah selesai tapi obatnya…"

"Sudah dianter dokternya tadi."

"Dokter?"

"Iya, dokter Sandi."

"Owh." Restu hanya ber oh ria, entah mengapa dia selalu merasa ada yang janggal, ibunya selalu bercerita tentang dokter Sandi, namun sekalipun Restu tak pernah bertemu dengan dokter itu.

"Ya sudah kalau begitu kita pulang sekarang ya buk." Restu mengambil barang bawaan ibunya dan ingin menggandeng Dewi Murni karena wanita itu bersikeras tak ingin menggunakan kursi roda.

"Sini aku bantu." Ucap Kayla menawarkan diri menggandeng Dewi Murni, dia merasa kasihan melihat Restu kepayahan.

Triiiiing

Dering telepon Restu berbunyi saat mereka keluar dari pintu ruangan.

Sebelah tangan Restu berusaha untuk mengangkatnya. Dahinya berkerut dengan wajah tegang saat melihat nama panggilan.

"Sebentar buk, Restu angkat telepon dulu. Kay, aku nitip ibuk ya."

Kayla mengangguk faham, Restupun menjauh dari mereka.

"Kayla, apakah kalian sangat sibuk akhir-akhir ini?" Tanya Dewi Murni dengan pandangan yang tak pernah lekat melihat anaknya dari jauh.

"Hmm, nggak terlalu sih Tan, karena untuk devisi kita tinggal nyelesain project akhir sebelum ramadhan, sedangkan project ramadan akan dikerjakan oleh devisi lainnya."

Terjawab sudah pertanyaan Dewi murni selama ini, seperinya memang ada yang tidak beres dengan putranya.

"Hallo? Apa? Bagaimana mungkin? Cekh, baiklah saya akan kesana sekarang juga." Restu terlihat tegang, emosinya memuncak.

Dewi menghentikan pembicaraannya dengan Kayla saat Restu telah kembali ke hadapannya.

"Buk, Restu ada urusan penting dan nggak bisa nganter ibuk pulang, Restu telpon supir ibu aja ya."

"Ndak usah Res, kamu urus saja urusanmu, kamu sibuk banget kan ya, biar ibu sama Kayla saja." Dewi Murni membuat Restu serba salah, dia sebenarnya ingin menghalangi Restu pergi.

"Kayla?"

"Hmm, iya nggak apa-apa kok, kebetulan hari ini aku bawa mobil." Jawab Kayla terkejut.

"Kamu yakin nggak ngerepotin?"

"Yakin kok Res, lagian searah kan." Jawab Kayla lagi.

Restu pun mengantar ibunya menuju mobil Kayla, setelah memasukkan semua barang-barang ibunya dia pun berpamitan.

"Maafin Restu ya buk." Ucapnya namun Dewi yang telah duduk didalam mobil hanya terdiam dan memasang raut wajah datar.

"Kay, aku nitip ibuk ya." Ucap Restu tak enak hati.

"Iya Res, tenang aja, aman kok, yaudah aku pamit dulu ya." Kayla langsung duduk di kursi kemudi, dan mengantarkan Dewi pulang kerumahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status