Share

Tembok

"Han, besok gantikan abah ceramah di depan warga ya!" perintah Abah Aziz sambil menatap putra kesayangannya dari ambang pintu.

Gus Farhan yang semula rebahan, langsung mengambil posisi duduk.

Detik itu malam datang lebih cepat. Rutinitas di pondok Asmaul Khusna yang telah berjalan teratur, mengikis pergerakan waktu. Tak disadari menit menjadi masa lalu. Abah Aziz baru saja pulang dari Demak, silaturahmi ke pesantren salaf milik kyai yang dulu pernah menjadi guru. Raut wajah Abah Aziz terlihat kusut karena disapu angin lelah dan debu-debu selama perjalanan.

"Wah … ilmu Farhan masih sekecil pasir di pesisir, tidak ada apa-apanya dengan Abah, alangkah baiknya jika guru lain yang menggantikan," kata Gus Farhan dengan lembut.

Abah Aziz mendekat, ia meletakkan tangan kanan di bahu Gus Farhan, menitipkan sebuah kepercayaan melalui gerakan tersurat.

"Maka belajarlah, ilmu semakin disebarkan maka akan bertambah manfaatnya, tidak ada yang rugi dari berbagi ilmu, Han. Sekecil apa pun hal ya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status