Home / Romansa / Nikah Yuk! / Sudah Tidak Sabar

Share

Sudah Tidak Sabar

Author: Mizy
last update Last Updated: 2021-05-26 13:10:02

Sudah Tidak Sabar

"Dek, nikah yuk!" Dia bersuara, Dinda mengangkat kepala.

"Bang Rendraaa...." Mata Dinda berkaca-kaca, ternyata yang melamar Rendra beserta seluruh tetangga.

Rendra tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih bak mutiara, membuat Dinda yang duduk di depannya tidak berdaya.

Dalam tatapan Dinda, Rendra yang dulu tidak ganteng sekarang teramat ganteng. Kalian kenal Babang Jong Suk? Kalian tau Akang Eun Woo? Atau kalian pasti kenal dengan pria idaman Dinda yang bernama Song Kang, yang dulu setiap saat Dinda impikan akan menjadi suaminya.

Sekarang semua pria yang berasal dari Negeri Ginseng itu lewat! Tidak ada apa-apanya di banding pria yang sekarang duduk di hadapan Dinda.

Malam ini, Rendra lah yang nomber uno. Malam ini… Rendra lah yang paling keren.

"Bang Rendraaa...."

Uli mencolek kasar lengan Dinda.

"Ish, apa sih Kak?" omel Dinda gusar tidak terima.

"Terpesona boleh saja, tapi kamu jangan malu-maluin keluarga," bisik Uli ditelinga adiknya, tangan kanan Uli masih saja usil mencubit pelan paha Dinda. 

"Astagaaa...." Dinda melepaskan pegangan tangannya, tanpa dia sadari… dia memegang kedua tangan Rendra dan membawanya ke dada.

Ini semua ulah Rendra… ini semua salah Rendra… kenapa dia harus ganteng malam ini sampai membuat Dinda terpesona.

"Maaak, Dinda maluuu...."

Semua tetangga tertawa, Dinda melototi mereka hingga mereka menutup mulut mereka supaya bisa menahan tawa.

"Awas kalian!" ujar Dinda dan mereka pasti tidak mendengar ancaman Dinda itu karena Dinda hanya mengucapkan di dalam hati saja.

Setelah tidak ada lagi tetangga yang bersuara, Dinda melirik Rendra dengan ekor mata. Pria itu masih tersenyum simpul sedang melihat ke arah Dinda.

Oh My God, Dinda sangat bahagiaaa....

"Dek, nikah yuk!" ajak Rendra lagi, masih dengan nada suara yang khas seperti sebelumnya.

Dengan cepat Dinda menganggukkan kepala, Dinda bahkan tidak mau menunda.

"Sekarang, Bang?" tanya Dinda tidak sabaran. Cubitan Uli kembali mendarat di paha Dinda.

"Nanti, habis lamaran." 

Dinda membuang nafas kecewa, kenapa tidak sekarang saja? Tidak tahukah Rendra kalau Dinda sudah merindukan nya? Harusnya Rendra peka dengan isi hati Dinda.

***

Dinda yang dulu bukanlah Dinda yang sekarang. Dulu Adinda, sekarang adalah Adinda tunangan Rendra.

Sekarang Dinda memiliki hobi baru, hobi yang tiba-tiba saja muncul dan berkembang setelah dia resmi bertunangan. Tidak hentinya Dinda bernyanyi seakan-akan Dinda sedang promosi. Dimana ada kesempatan, pasti Dinda menyanyikan lirik andalan nya tersebut.

Uli selalu mencebik mendengar nyanyian Dinda, Dinda tidak peduli… biarkan saja! Menurut Dinda, Uli pasti cemburu karena Dinda sudah dilamar dan tunangan bersama Rendra. Sementara Uli sudah beranak dua, anak Uli kembar sepasang dan pasti tidak akan ada lagi orang yang melamarnya.

"Adinda tunangan Rendra!" Mak berteriak dari dapur. Dinda segera berlari menuju sumber suara.

"Ada apa, Mak?" tanya Dinda ngos-ngosan. Suara teriakan Mak mengalahkan suara konser Dinda.

"Kupas bawang, Mak mau masak," perintah Mak seraya memberikan sebuah pisau pada Dinda.

Dinda segera mengambil bawang di dalam lemari penyimpanan dan meraih pisau yang Mak berikan.

"Mak mau buat apa?" tanya Dinda.

"Kue bawang." 

"Memang besok lebaran, Mak?" tanya Dinda  kaget.

Memang semenjak tunangan, pikiran Dinda hanya Rendra ... Rendra ... dan Rendra.

Dinda sendiri tidak percaya kalau dia telah amnesia, Dinda masih belum merasa yakin jika hari ini bulan puasa.

"Memang buat kue harus tunggu mau lebaran dulu?" jawab Mak sewot.

"Alhamdulillah," ucap Dinda sambil mengurut dada, Dinda bahagia karena dia masih sehat dan belum hilang akal.

Dinda kupas bawang dengan semangat. Sejak bertunangan dengan Rendra, Dinda sudah berjanji akan membantu Mak memasak. Biar apa? Biar Dinda bisa menyuguhkan Rendra makanan enak. Dengan begitu, Rendra pasti makin cinta. Ya, kan? Kata orang… cara memikat hati pria itu dengan mendahulukan kebutuhan perutnya, dan itu yang sekarang ingin Dinda praktekkan. Dinda akan memasak makanan yang enak untuk Rendra.

"Kenapa, Dinra?" Lagi… Uli meledek dengan panggilan Dinra, Dinda-Rendra.

Dinda terisak, bawang-bawang itu telah membuat Dinda meneteskan air mata. Namun, demi cintanya pada Rendra... Dinda rela melakukannya. Dia terus mengupas bawang-bawang itu tanpa peduli dengan kesehatan matanya.

"Uli, kamu jangan ganggu adikmu terus!" Mak memarahi Uli, Dinda tersenyum bahagia merasa Mak bela.

"Biarkan Dinda belajar masak, biar dia nanti tidak malu-maluin di depan mertua.” Mak melanjutkan ucapannya. 

Ah, Mak! Mak telah membuat Dinda kecewa usai bahagia.

***

"Taraaa...." Dinda mengangkat toples kue bawang di depan Rendra. Buru-buru dia mandi dan memakai pakaian terbaiknya, setelah itu memohon pada Mak supaya dia saja yang mengantarkan kue bawang ke rumah Rendra.

Rendra melihat tak percaya pada Dinda, ini pertama kalinya Dinda datang menemuinya. Pria itu lalu menutup laptop yang tadi sedang di pakainya.

"Apa ini, Dek?" tanya Rendra.

"Coba tebak!" pinta Dinda manja.

"Hmmm... apa ya?" ucap Rendra sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di kepala.

Dinda mengeser-geser lima jari nya menutup bagian toples yang tidak tertutup sama gambar bunga supaya Rendra kesulitan menebak isi di dalam toples yang sedang dia bawa.

"Kalau Abang benar, hadiahnya apa?" tanya Rendra.

"Bonus satu toples lagi," jawab Dinda cepat.

"Ehm, kalau Abang salah?" Kedua alis Rendra menaut, membuat Dinda semakin greget pengen peluk.

"Peluk!" Tanpa sadar Dinda mengucapkannya.

"Stroberi!" ujar Rendra cepat, sebelum Dinda bisa meralat ucapan nya tadi.

Dinda ternganga, Rendra tersenyum bahagia. Kedua tangan Rendra dia rentangkan sebagai kode agar Dinda segera memberikan hadiahnya.

Dinda melihat ke sekeliling, tidak ada calon mertua. Amaaan… kemudian gadis itu memanjangkan leher melihat ke rumah sebelah, takut ada Mak atau Bapak yang melihat kalau putri cantiknya sebentar lagi akan di peluk sama calon suaminya.

"Yes! Tidak ada!" Bathin Dinda bersorak riang.

Malu-malu mau Dinda mendekat, Rendra masih merentangkan tangannya. Senyum Rendra juga masih terkembang, Dinda yakin sebentar lagi dia pasti bahagia. Tidak hanya Rendra, Dinda juga akan bahagia.

Sedikit lagi... sedikit lagi... sedikit lagi... sedikiiiiit lagi.... jantung Dinda dag dig dug dor serasa mau melompat ke luar area.

"Adinda tunangan Rendra!" suara Mak menggelegar.

Langkah Dinda terhenti, mata nya terpejam, dia menggigit bibir bawah nya.

Sementara Rendra langsung menurunkan kedua tangannya, pria itu lalu cepat-cepat membuka laptop yang tadi di tutupnya. Entah apa maksudnya berbuat begitu, Dinda juga tidak tau.

"Maaak! Ganggu aja!" protes Dinda.

"Antar kue bawang saja lama, sini biar Mak yang kasih." Mak merebut toples kue bawang yang Dinda pegang, wanita paruh baya itu lalu berteriak mengucapkan salam.

“Assalamua’laikuuum.”

“Waalaikumussalaaam.” Terdengar suara Bu Sukma yang menjawab salam dari dalam rumah. Bu Sukma keluar dan tersenyum ramah, lalu membawa Mak untuk masuk ke dalam rumah.

Setelah dua wanita itu menghilang dari pandangan ke dua anaknya, Dinda membuang nafas lega. Rendra nyengir kuda, lalu dia mengusap kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Dek, nikah yuk! Abang sudah gak sabar," ucapnya pelan sambil memicingkan ke dua mata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nikah Yuk!   Rumah Tangga SAMARA

    Rumah Tangga SAMARA“Ehemmm…. eheeemmm….”Dinda segera menarik diri dan Rendra pura-pura tidur dengan memejamkan mata.Mak, Bapak, Uli serta Zayn dan Ziya sudah berdiri di depan pintu masuk ruang inap Rendra. Ketiganya mengulum senyum di ikuti dengan tatapan jenaka sementara Zayn dan Ziya menatap heran keduanya.“Jadi… kami ganggu nih?” Seperti biasa, kata yang di lontarkan Uli selalu ucapan menggoda.“Heeh… gak ganggu kok, Kak.” Dinda segera mengatur detak jantung supaya kembali normal, nafasnya masih seperti orang yang selesai berolah raga.“Jadi… Mak sama Bapak boleh masuk?” Gantian Mak yang menggoda.“Boleeeh….” Setengah berlari Dinda menghampiri Mak dan Bapak kemudian membawa dua orang itu masuk ke dalam, mendekati Rendra.“Bang, ada Mak dan Bapak nih. Ada Kak Uli juga.” Dinda pura-pura membangunkan Rendra. Enak sekali menjadi Rendra, setelah apa yang di perbuatnya dia bisa pura-pura tidur dan membiarkan Dinda sendirian menghadapi tatapan jenaka keluarganya.Rendra membuka mata,

  • Nikah Yuk!   Terjadi yang Diharapkan

    Terjadi yang di Harapkan. “Santi,” panggil Bu Sukma pelan.“Ya Bu.” Santi tersenyum lebar.“Duduk Sini,” ajak Bu Sukma.“Tapi Bu, nanti si Neng itu gangguin Bang Rendra. Bagaimana kalau Bang Rendra nanti terganggu dan bangun dari tidurnya?” Santi menolak, dia kemudian berusaha berjalan mendekati Rendra.“Biarkan saja Santi, dia istri Rendra. Dia yang lebih berhak duduk di sana.”Santi menghentikan langkah, terlihat sekali kalau dia sangat terkejut dengan yang di sampaikan Bu Sukma.“Istri Bang Rendra?” tanya Santi tidak percaya.“Iya, makanya kamu duduk sini sama Ibu.” Masih dengan kelembutannya Bu Sukma berkata.Santi melangkah ragu mendekati Bu Sukma, namun tatapan matanya masih mengarah pada Dinda yang sudah duduk di samping ranjang Rendra.“Santi, Rendra sudah menikah,” ucap Bu Sukma memberi tahu.“S-sudah menikah? Santi tidak percaya, Bu,” jawab Santi dengan terbata-bata, Dinda bisa melihat kalau kedua matanya sudah basah dengan air mata.“Tapi memang seperti itu kenyataan nya.

  • Nikah Yuk!   Siapa Wanita Itu?

    Siapa Wanita Itu?Uli segera memeluk Dinda, “Dek… Dek… tenang dulu.”“Bang Rendra, Kak… mana bisa Dinda tenang kalau kondisi Bang Rendra parah begitu….”“Jangan sedih dulu, sebaiknya kita ke susul ke rumah sakit untuk memastikan.”Dinda mengusap air matanya, dan mulai tenang setelah Uli mengatakan untuk menyusul Rendra ke rumah sakit.“Tadi teman Bang Rendra bilang apa sama Kakak?”“Rendra katanya mau pulang trus minjam motor temannya ini supaya cepat, kalau nunggu naik bis atau travel kan lama,” tutur Uli.Mendengar itu Dinda semakin merasa bersalah karena meminta Rendra untuk kembali.“Kalau Dinda tidak minta Bang Rendra untuk kembali… pasti Bang Rendra tidak akan kecelakaan seperti ini. Semua ini salah Dinda, Kak. Dinda yang bersalah karena terlalu egois seperti yang Kakak bilang. Seharusnya Dinda sabar saja menunggu Bang Rendra pulang.” Dinda masih merengek dalam pelukan Uli. Hatinya sakit karena masih belum bisa menerima berita kecelakaan Rendra.“Biar tenang, gimana kalau kita

  • Nikah Yuk!   Dek, yang Sabar ya

    Dek, yang Sabar Ya!Dinda berjalan mondar mandir kayak setrikaan di teras rumahnya, sudah hampir tiga puluh menit dia menunggu kedatangan Rendra namun yang di tunggu tak juga menampakkan batang hidungnya.“Bang Rendra… jadi pulang gak sih?” gumam Dinda yang semakin galau.“Dinraaa, lagi apa?” Uli datang menyapa. Zayn dan Ziya Uli pegang di kedua tangan nya.“Kak Uli, lagi apa?” Dinda balik bertanya, menanyakan hal yang sama dengan pertanyaan yang Uli lontarkan kepadanya.“Ini mau bawa main Zayn dan Ziya, mereka berdua habis nangis karena di tinggal ayah nya.”Dinda menghentikan gerakannya, kemudian dia berlari mengejar Uli.“Kak Uli, Mas Reyhan sudah pergi ya?” tanya Dinda.“Sudah, barusan. Makanya anak kembar ini pada sedih lihat ayahnya pergi,” jawab Uli.“Ayo Sayang, kita main sama Nenek aja yuk,” ajak Uli sembari membawa dua anaknya masuk ke dalam rumah.“Kak Uli, Dinda bisa bicara gak?” Dinda menyejajarkan langkah nya dengan Uli.Uli menghentikan langkah, sesaat kedua alisnya te

  • Nikah Yuk!   Adek Rindu Abang

    Adek Rindu AbangDinda terduduk lemas di pinggir ranjang, untung saja dia tadi hanya berteriak di dalam hati saja. Jika dia tidak bisa mengontrol emosi, maka sudah di pastikan saat ini sudah banyak orang yang berlarian ke kamarnya.Gadis itu mengatur nafas yang menjadi sesak, lalu dengan pelan dia memukul dadanya.“Gila! Kenapa aku sampai berfikir Bang Rendra akan meninggalkan aku hanya karena masalah sepele itu?”“Tidak mungkin! Bang Rendra selama ini sangat bucin kepada ku. tidak mungkin dia semudah itu menjadikan aku janda sehari setelah menikahi aku.”Lalu Dinda memukul pelan pipinya setelah mengucapkan kata-kata yang tersimpan di dalam hatinya.Setelah merasa sedikit tenang, Dinda bangkit dan berjalan menuju meja rias. Dia berkaca dan mematut penampilan nya, diambilnya sisir untuk merapikan rambutnya yang berantakan. Setelah dia merasa cukup cantik, dia pun berjalan ke luar kamar.“Dinda istri Rendra? Sudah bangun?” sapa Mak dengan tersenyum lebar.Mak masih saja bersikap biasa

  • Nikah Yuk!   Gak Mau Jadi Janda

    Gak Mau Jadi JandaRendra membesarkan bola mata, lewat pancaran mata itu dia berkata, “Ada apa, Dek?”Tentu saja Dinda merasa salah tingkah, niatnya tadi hanya bercanda malah terdengar sama suaminya.“Hehehe… gak ada, Bang. Adek tadi becanda doang,” jawab Dinda nyengir kuda.“Abang ke masjid dulu, nanti Abang harus mendapatkan jawaban nya.” Rendra langsung berlari ke luar karena tidak mau ketinggalan shalat subuh berjamaah yang sebentar lagi akan di mulai.Mak keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah karena air wudhu, Dinda bernafas lega sambil mengurut dada dengan kedua tangan nya.“Makanya kalau ngomong tu hati-hati, jangan asal bicara,” celutuk Mak sambil lalu.“Iya Mak… iya…. Dinda ngerti.” Giliran Dinda yang masuk kamar mandi untuk menunaikan panggilan alam nya sebelum melaksanakan panggilan Tuhan.Rendra dan Pak Cahyo duduk di kursi depan usai pulang dari Mesjid. Mak meminta Dinda untuk mengantarkan dua gelas kopi dan pisang rebus ke sana.“Mak aja yang antar,” tolak Din

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status