Share

Sudah Tidak Sabar

Sudah Tidak Sabar

"Dek, nikah yuk!" Dia bersuara, Dinda mengangkat kepala.

"Bang Rendraaa...." Mata Dinda berkaca-kaca, ternyata yang melamar Rendra beserta seluruh tetangga.

Rendra tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih bak mutiara, membuat Dinda yang duduk di depannya tidak berdaya.

Dalam tatapan Dinda, Rendra yang dulu tidak ganteng sekarang teramat ganteng. Kalian kenal Babang Jong Suk? Kalian tau Akang Eun Woo? Atau kalian pasti kenal dengan pria idaman Dinda yang bernama Song Kang, yang dulu setiap saat Dinda impikan akan menjadi suaminya.

Sekarang semua pria yang berasal dari Negeri Ginseng itu lewat! Tidak ada apa-apanya di banding pria yang sekarang duduk di hadapan Dinda.

Malam ini, Rendra lah yang nomber uno. Malam ini… Rendra lah yang paling keren.

"Bang Rendraaa...."

Uli mencolek kasar lengan Dinda.

"Ish, apa sih Kak?" omel Dinda gusar tidak terima.

"Terpesona boleh saja, tapi kamu jangan malu-maluin keluarga," bisik Uli ditelinga adiknya, tangan kanan Uli masih saja usil mencubit pelan paha Dinda. 

"Astagaaa...." Dinda melepaskan pegangan tangannya, tanpa dia sadari… dia memegang kedua tangan Rendra dan membawanya ke dada.

Ini semua ulah Rendra… ini semua salah Rendra… kenapa dia harus ganteng malam ini sampai membuat Dinda terpesona.

"Maaak, Dinda maluuu...."

Semua tetangga tertawa, Dinda melototi mereka hingga mereka menutup mulut mereka supaya bisa menahan tawa.

"Awas kalian!" ujar Dinda dan mereka pasti tidak mendengar ancaman Dinda itu karena Dinda hanya mengucapkan di dalam hati saja.

Setelah tidak ada lagi tetangga yang bersuara, Dinda melirik Rendra dengan ekor mata. Pria itu masih tersenyum simpul sedang melihat ke arah Dinda.

Oh My God, Dinda sangat bahagiaaa....

"Dek, nikah yuk!" ajak Rendra lagi, masih dengan nada suara yang khas seperti sebelumnya.

Dengan cepat Dinda menganggukkan kepala, Dinda bahkan tidak mau menunda.

"Sekarang, Bang?" tanya Dinda tidak sabaran. Cubitan Uli kembali mendarat di paha Dinda.

"Nanti, habis lamaran." 

Dinda membuang nafas kecewa, kenapa tidak sekarang saja? Tidak tahukah Rendra kalau Dinda sudah merindukan nya? Harusnya Rendra peka dengan isi hati Dinda.

***

Dinda yang dulu bukanlah Dinda yang sekarang. Dulu Adinda, sekarang adalah Adinda tunangan Rendra.

Sekarang Dinda memiliki hobi baru, hobi yang tiba-tiba saja muncul dan berkembang setelah dia resmi bertunangan. Tidak hentinya Dinda bernyanyi seakan-akan Dinda sedang promosi. Dimana ada kesempatan, pasti Dinda menyanyikan lirik andalan nya tersebut.

Uli selalu mencebik mendengar nyanyian Dinda, Dinda tidak peduli… biarkan saja! Menurut Dinda, Uli pasti cemburu karena Dinda sudah dilamar dan tunangan bersama Rendra. Sementara Uli sudah beranak dua, anak Uli kembar sepasang dan pasti tidak akan ada lagi orang yang melamarnya.

"Adinda tunangan Rendra!" Mak berteriak dari dapur. Dinda segera berlari menuju sumber suara.

"Ada apa, Mak?" tanya Dinda ngos-ngosan. Suara teriakan Mak mengalahkan suara konser Dinda.

"Kupas bawang, Mak mau masak," perintah Mak seraya memberikan sebuah pisau pada Dinda.

Dinda segera mengambil bawang di dalam lemari penyimpanan dan meraih pisau yang Mak berikan.

"Mak mau buat apa?" tanya Dinda.

"Kue bawang." 

"Memang besok lebaran, Mak?" tanya Dinda  kaget.

Memang semenjak tunangan, pikiran Dinda hanya Rendra ... Rendra ... dan Rendra.

Dinda sendiri tidak percaya kalau dia telah amnesia, Dinda masih belum merasa yakin jika hari ini bulan puasa.

"Memang buat kue harus tunggu mau lebaran dulu?" jawab Mak sewot.

"Alhamdulillah," ucap Dinda sambil mengurut dada, Dinda bahagia karena dia masih sehat dan belum hilang akal.

Dinda kupas bawang dengan semangat. Sejak bertunangan dengan Rendra, Dinda sudah berjanji akan membantu Mak memasak. Biar apa? Biar Dinda bisa menyuguhkan Rendra makanan enak. Dengan begitu, Rendra pasti makin cinta. Ya, kan? Kata orang… cara memikat hati pria itu dengan mendahulukan kebutuhan perutnya, dan itu yang sekarang ingin Dinda praktekkan. Dinda akan memasak makanan yang enak untuk Rendra.

"Kenapa, Dinra?" Lagi… Uli meledek dengan panggilan Dinra, Dinda-Rendra.

Dinda terisak, bawang-bawang itu telah membuat Dinda meneteskan air mata. Namun, demi cintanya pada Rendra... Dinda rela melakukannya. Dia terus mengupas bawang-bawang itu tanpa peduli dengan kesehatan matanya.

"Uli, kamu jangan ganggu adikmu terus!" Mak memarahi Uli, Dinda tersenyum bahagia merasa Mak bela.

"Biarkan Dinda belajar masak, biar dia nanti tidak malu-maluin di depan mertua.” Mak melanjutkan ucapannya. 

Ah, Mak! Mak telah membuat Dinda kecewa usai bahagia.

***

"Taraaa...." Dinda mengangkat toples kue bawang di depan Rendra. Buru-buru dia mandi dan memakai pakaian terbaiknya, setelah itu memohon pada Mak supaya dia saja yang mengantarkan kue bawang ke rumah Rendra.

Rendra melihat tak percaya pada Dinda, ini pertama kalinya Dinda datang menemuinya. Pria itu lalu menutup laptop yang tadi sedang di pakainya.

"Apa ini, Dek?" tanya Rendra.

"Coba tebak!" pinta Dinda manja.

"Hmmm... apa ya?" ucap Rendra sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di kepala.

Dinda mengeser-geser lima jari nya menutup bagian toples yang tidak tertutup sama gambar bunga supaya Rendra kesulitan menebak isi di dalam toples yang sedang dia bawa.

"Kalau Abang benar, hadiahnya apa?" tanya Rendra.

"Bonus satu toples lagi," jawab Dinda cepat.

"Ehm, kalau Abang salah?" Kedua alis Rendra menaut, membuat Dinda semakin greget pengen peluk.

"Peluk!" Tanpa sadar Dinda mengucapkannya.

"Stroberi!" ujar Rendra cepat, sebelum Dinda bisa meralat ucapan nya tadi.

Dinda ternganga, Rendra tersenyum bahagia. Kedua tangan Rendra dia rentangkan sebagai kode agar Dinda segera memberikan hadiahnya.

Dinda melihat ke sekeliling, tidak ada calon mertua. Amaaan… kemudian gadis itu memanjangkan leher melihat ke rumah sebelah, takut ada Mak atau Bapak yang melihat kalau putri cantiknya sebentar lagi akan di peluk sama calon suaminya.

"Yes! Tidak ada!" Bathin Dinda bersorak riang.

Malu-malu mau Dinda mendekat, Rendra masih merentangkan tangannya. Senyum Rendra juga masih terkembang, Dinda yakin sebentar lagi dia pasti bahagia. Tidak hanya Rendra, Dinda juga akan bahagia.

Sedikit lagi... sedikit lagi... sedikit lagi... sedikiiiiit lagi.... jantung Dinda dag dig dug dor serasa mau melompat ke luar area.

"Adinda tunangan Rendra!" suara Mak menggelegar.

Langkah Dinda terhenti, mata nya terpejam, dia menggigit bibir bawah nya.

Sementara Rendra langsung menurunkan kedua tangannya, pria itu lalu cepat-cepat membuka laptop yang tadi di tutupnya. Entah apa maksudnya berbuat begitu, Dinda juga tidak tau.

"Maaak! Ganggu aja!" protes Dinda.

"Antar kue bawang saja lama, sini biar Mak yang kasih." Mak merebut toples kue bawang yang Dinda pegang, wanita paruh baya itu lalu berteriak mengucapkan salam.

“Assalamua’laikuuum.”

“Waalaikumussalaaam.” Terdengar suara Bu Sukma yang menjawab salam dari dalam rumah. Bu Sukma keluar dan tersenyum ramah, lalu membawa Mak untuk masuk ke dalam rumah.

Setelah dua wanita itu menghilang dari pandangan ke dua anaknya, Dinda membuang nafas lega. Rendra nyengir kuda, lalu dia mengusap kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Dek, nikah yuk! Abang sudah gak sabar," ucapnya pelan sambil memicingkan ke dua mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status