Hanum tidak pernah ke luar negeri sebelumnya, tapi dia memiliki paspor untuk tugas kuliahnya dulu. Jadi, dia hanya perlu belajar untuk menjadi sekretaris yang baik bagi Hajin. "Kalau perjalanan dinas, Pak Hajin sendiri yang bakal negosiasi sama klien. Kita cukup bikin notulen meetingnya aja. Makanya, kita harus bisa paling gak bahasa Inggris sama Mandarin. Kalau kamu masih gak bisa, kamu bisa rekam percakapan meetingnya terus nanti baru dinotulen. Cuma … yang dasar-dasar aja kamu harus ngerti. Karena kadang kita juga ditanya-tanya sama klien kan."Reyna menjawab begitu saat Hanum bertanya kemarin."Pertanyaannya tentang apa biasanya, Kak?""Biasanya lebih banyak tanya soal Pak Hajin. Kalau masalah perusahaan jarang." Reyna menjelaskan sesuai pengalaman."Malah gitu ya?" "Iya. Karena masalah perusahaan bisa mereka tanyakan langsung, tapi klien kan pengen kerjasama sama orang yang dipercaya. Cara gampangnya ya lewat karyawannya. Kalau karyawannya puas di bawah kepimpinan CEO, berarti
Husna Thana bagi Hajin tak lebih dari perempuan murahan yang sekarang berjalan di hadapannya dengan memamerkan dada. Apa perempuan itu berpikir bahwa dia akan tertarik dengan tubuhnya? Apa dia berpikir bahwa jika dia tahu tentang hubungannya dengan Hanum, dia akan merasa terancam dan menurutinya?Husna salah!Hajin Pranadipa bukan orang yang bisa diancam."Pergi dari ruanganku jika kamu tidak mau dipecat Husna Thana! Aku bukan orang yang bisa bersabar atau punya belas kasihan."Brak!Tangan Hajin membanting folder ke meja hingga membuat Husna sedikit terperanjat. Sungguh berbeda dari bayangan Husna, Hajin ternyata memang orang yang sangat keras. Seperti ini bagaimana Hanum bisa menggoda dan menaklukannya?"Wow, santai, Pak Bos! Anda seperti ini karena tersinggung dengan ucapan saya? Tapi, apa saya salah? Anda meminta Hanum tidur dengan Anda untuk melunasi hutangnya, kan?" Husna masih berusaha tidak gentar. Dia sudah bertekad untuk mendapatkan Hajin bagaimana pun caranya. Hajin menat
Sejak pertama kali menyentuh Hanum, Hajin merasa menemukan penghilang stres yang baru. Deru napas perempuan itu, hangat suhu tubuhnya juga kulitnya yang lembut membuat Hajin lupa akan segalanya saat mereka bersama. Karena itu, di saat pikirannya penuh, Hajin ingin menyentuh Hanum. Sama seperti yang dia lakukan sekarang. Di siang bolong, di jam kantor, sesuatu yang tidak pernah terlintas di pikiran Hajin, justru benar-benar dia lakukan karena Hanum. Hajin ingin merutuki dirinya sendiri setelah dia melakukannya. "Kamu istirahat aja, aku bakal bilang ke Reyna kalau kamu bantuin aku nyocokin laporan dan bajumu ketumpahan kopi. Biar nanti Reyhan yang bawain baju baru buat kamu."Hanum mengeluarkan kepalanya dari selimut. Sejak tadi dia terus mengurung diri. Dia malu Hajin menyentuhnya saat matahari sedang terang-terangnya."Apa itu tidak akan membuat Kak Reyna curiga, Pak? Pakaian saya kayaknya gak kotor, saya masih bisa memakainya lagi setelah mandi. Saya juga baik-baik aja, jadi saya b
"Bapak, boleh saya bertanya?" Hanum berbicara setelah mereka kembali ke hotel."Jangan tanya kalau itu terkait dengan yang kulakukan saat ada Lin Zy tadi."Hajin menegaskan dengan tepat sasaran. Mereka kini sudah masuk ke kamar vip yang Hajin pesan. "Bapak kenapa tadi membela saya? Bapak tidak benci dengan Islam selama ini, kan?" Hanum tetap bertanya padahal Hajin sudah melarang. Hajin menghela napas dan melepaskan jasnya."Percuma kamu minta izin bertanya, tapi saat kularang, kamu tetap bicara, Hanum.""Karena sudah terlanjur, sekalian saja, kan?""Aku tidak berminat menjawab pertanyaanmu."Hajin melemparkan jasnya di sofa dan berjalan ke ranjang."Bapak tahu gak, bagi saya … ucapan dan hati Bapak itu tidak sinkron. Dalam satu waktu, Bapak terlihat benci sekali dengan agama, tapi di waktu lain, Bapak malah membela. Bapak-"Belum sempat Hanum menyelesaikan kata-katanya, Hajin sudah menyahut. "Aku membenci Tuhan, bukan agama. Apa itu cukup untuk membuatmu paham?" Hajin menekankan.
Tawa Hajin memenuhi kamar hotel yang mereka tempati. Pernyataan Hanum cukup mengejutkannya, tetapi tidak sampai bisa membuat Hajin percaya pada perempuan itu. "Jangan konyol, Hanum." Hajin bangkit dari tidurnya lalu menatap Hanum dingin. "Kita menikah di atas kontrak. Untuk apa kamu melakukan sampai begini cuma biar aku berubah? Ini gak pantas, kau, tahu?" Hajin mengambil jeda."Mempermainkan hati orang lain ..." Hajin menggelengkan kepalanya. "Jika aku benar-benar jatuh padamu dan tiba-tiba kamu meninggalkanku, aku bisa saja gila. Aku bisa saja lebih membenci Tuhan daripada sekarang. Karena alasanku kembali bukan untuk-Nya, tapi untukmu."Sama seperti ayahku yang menghancurkan hidupnya setelah kepergian Ibu, lanjut Hajin dalam hati. Hanum menelan ludahnya. Dia bahkan tidak berpikir sampai jauh ke sana, dia hanya mencoba sekali saja menyatakan perasaannya dan ingin tahu bagaimana Hajin merespon. Namun, Hajin sudah salah paham saja."Pak, apa Bapak berpikir seseorang berubah baik k
Hajin terbangun saat mendengar bunyi notifikasi Hp berkali-kali."Berisik! Hp siapa itu? Hp-ku?"Teguran Hajin membuat Hanum sedikit terperanjat."Oh, maaf, Pak. Ini Hp saya.""Ada apa? Dari pacarmu?"Hajin bertanya sembarangan. Hanum langsung membantah."Tidak! Kenapa Bapak berpikir begitu. Saya mana punya pacar. Ini cuma temen-temen kuliah saya. Gara-gara saya upload story pemandangan dari balkon hotel, malah jadi rame. Tahu gitu, aku gak usah upload tadi. Maaf ya, Pak."Hanum sudah mensenyapkan bunyi notifikasi pesannya. Meski pesan-pesan itu belum berhenti.Hajin menghela napas kasar lalu duduk."Jam berapa sekarang? Ada telfon Reyna atau gak?""Jam 10, Pak. Gak ada telfon dari Kak Reyna. Bapak ada perlu?"Hajin turun dari ranjang."Ganti baju formal dan siap-siap keluar. Aku masih punya jadwal.""Eh, kok Bapak gak bilang?"Hanum bertanya-tanya. Padahal, dia diajak ke sini untuk menjadi sekretaris."Kalau Reyena nelfon, bilang aku lagi siap-siap dan bentar lagi berangkat."Hajin t
"Lagi mikir, apa? Udah tahu dari Reyna kalau aku sangat kaya, sekarang?"Hajin yang datang tiba-tiba membuat Hanum yang melamun terlonjak. "Astaghfirullah, Pak! Ngagetin."Hajin lalu memanggil pelayan untuk memesan minuman. Setelahnya dia lanjut mengobrol dengan Hanum."Jadi, apa kamu udah sadar kalau aku sangat kaya sekarang?" Pria itu mengulang pertanyaannya. Hanum belum menjawab, tapi Hajin sudah berbicara lagi. "Reyna udah cerita sampai mana?"Kali ini, Hanum mengambil napas panjang sebelum akhirnya berkesempatan membalas pertanyaan Hajin. "Banyak. Tapi, intinya ... Bapak punya perusahaan produksi mobil di Korea. Cepat atau lembat Bapak pasti akan pindah ke sana setelah peluncuran pertamanya siap. Apa itu alasan Bapak nerima permintaan saya? Kontrak kita cuma sampai Bapak pindah?" Hanum bertanya dengan menunduk. Hajin mengangkat dagu Hanum. "Aku suka kamu pintar. Karena itu, lupakan perasaanmu dan fokus dengan dirimu. Aku akan membantumu sukses, Hanum."Mata Hajin menawarka
Hanum ingin bangun pagi untuk salat Subuh, tetapi dia terbangun karena rasa sakit di perutnya. Dia cepat-cepat ke kamar mandi dan ternyata dia mendapatkan menstruasi. Sebelum berhubungan dengan Hajin, dia memang sudah telat haid. Hanum jadi terus berjaga-jaga dan selalu membawa pembalut kain di tasnya. Untungnya saja, saat perjalanan dinas ini pun dia membawanya. Jadi, dia tidak perlu repot. Akan tetapi, dia lupa akan hal penting lain. Ya, hot pack untuk meringankan nyeri mestruasinya. Alhasil, dia sekarang hanya bisa meringkuk dalam selimut sembari menahan sakit. Gerakan Hanum yang gelisah dan tidak nyaman membangunkan Hajin di sisinya. "Hm, jam berapa ini, Hanum?"Mendengar pertanyaan Hajin, dengan susah payah Hanum meraih Hp-nya di nakas. "Baru jam 7, Pak. Hari ini masih ada jadwal yang gak saya tahu?" tanya Hanum dengan suara berat. Karena telat haid dalam waktu yang agak lama, nyeri yang dia rasakan jadi luar biasa. "Tidak ada. Sisa sehari ini, sengaja untuk bersantai. Kamu p