Pak Suhadi pun mulai bertanya,
"Dari mana kamu seharian ini tadi?!" suaranya keras.
"Biasa, main," jawab Ari.
"Main di mana? Bilyard?" jawab Suhadi singkat dengan setengah bertanya.
"Bohong!" sanggah Pak Suhadi.
"Bener, tanya aja sama Denny," jawab Ari membela diri. Tapi ya memang bener sih, sebelum pulang tadi dia dan Denny mampir dulu di tempat bilyard.
"Selain dari bilyard kemana lagi? Dan ngapain aja?" lanjut Pak Suhadi.
"Gak ada," jawab Ari dengan wajah terlihat agak sedikit grogi.
"Jangan bohong kamu!" ucap Pak Suhadi mulai meninggi.
"Kamu tadi habis mabok kan?" imbuhnya lagi.
"Enggak kok Pak," jawab Ari mengelak.
Tiba-tiba Plakkk, tangan kanan Pak Suhadi mendarat di pipi Ari.
"Ini apa?" Pak Suhadi menyodorkan ponselnya. Ari pun terkejut melihat foto nya yang sedang nenggak botol ada di HP Ayahnya.
"Jadi apa yang Aku dengar selama ini benar, kamu bener-bener keterlaluan Jar," lanjut Pak Suhadi.
"Kamu bikin malu orang tua saja, kalau kamu terus-terusan begini mau jadi apa nanti, awas kalau ketahuan lagi kamu begini, Ayah kirim kamu ke pesantren yang lebih jauh," ancam Pak Suhadi pada Ari, memang dulu setamat SD Ari telah di pondok kan ke pesantren sambil lanjutkan sekolah SMP di desa sebelah, tapi belum genap 1 bulan dia sudah tidak betah dan pulang.
Mendengar ucapan Ayahnya itu Ari pun hanya tertunduk ketakutan, dia gak berani ngomong lagi karena apa yang dilakukannya di luar selama ini kini telah diketahui oleh Ayahnya, sambil tertunduk dia pun berfikir dari mana Ayahnya tau perbuatannya ini, siapa kira-kira yang memberi tahu Ayahnya? Sebuah pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya, karena selama ini dia mengira kalau orang tuanya taunya dia cuma main dan nongkrong bareng Denny di tempat bilyard.
"Awas kalau besok mengulangi lagi! Ayah hajar kamu!" ancam Pak Suhadi pada Ari.
Setelah cukup lama memarahi anaknya tiba-tiba terdengarlah suara adzan maghrib Pak Suhadi pun bergegas ambil wudu, sedangkan Ari masih belum berani beranjak dari tempat duduknya.
Mama Nurul yang dari tadi cuma diam menyuruh Ari agar segera berangkat ke masjid.
"Udah sana pergi ke masjid," perintah mama Nurul.
Ari pun bergegas berangkat ke masjid yang tidak jauh dari rumahnya dan kebetulan Pak Suhadi lah yang menjadi ketua pengurus masjid tersebut.
Setelah kejadian itu, Ari pun tidak boleh keluar rumah oleh Ayahnya dan karena masih merasa takut dia pun nurut dengan omongan sang Ayah. Tapi sayang nurut nya si Ari ini, tidak bertahan lama, cuma tiga hari dia tidak keluar rumah, dan setelah itu dia sudah merasa tidak betah lagi terkurung di dalam rumah.
Si Denny teman Ari merasa keheranan dan juga kehilangan dengan tidak nampaknya teman akrabnya beberapa hari ini.
Tiga hari sudah Ari tidak keluar rumah kecuali pas ke masjid itu pun selalu di awasi terus oleh Ayahnya. Namun, di hari ke empat Ari sudah merasa bosen dia sudah tidak kuat lagi. Akhirnya sewaktu Ayahnya tidak ada di rumah, diapun keluar rumah, dia balik lagi ke tempat bilyard tempat dia biasa nongkrong.
Begitu sampai di tempat bilyard dia pun langsung disambut oleh teman-temannya.
"Kemana aja lu, Ri?" tanya si Denny.
"Dikurung," timpal Ari.
"Dikurung, kok bisa?"
Ari pun menceritakan kejadian kemaren itu.
"Terus sekarang kamu mau tobat gitu?" tanya Denny lagi.
"Kalo aku tobat ngapain juga aku kemari," sahut Ari. Di tengah mereka ngobrol tiba-tiba ada pelayanan cafe baru yang lumayan cantik ya kira-kira usia 22 tahun lagi nganterin minuman ke beberapa laki-laki yang sedang bermain bilyard.
"Mbak sini Mbak," panggil Denny kepada wanita itu.
"Kenalin dong temanku, dia bos muda," ucap Denny.
"Halo, kenalin, aku Yola," ucap wanita itu sambil ngulur kan tangannya.
"Ari," sahut Ari sambil menyalaminya.
Ari memperhatikan Yola dengan seksama, 'Wih mantep juga nih cewek,' katanya dalam hati. Sesaat kemudian Yola pun pergi, kembali kerja.
"Boleh juga tuh cewek," celetuk Ari terpesona.
"Jangan macam-macam itu incaranku selanjutnya," sahut Denny.
"Siapa yang cepat itu yang dapat," timpal Ari sambil tertawa.
"Eh Ri, habis ini ikut aku yuk," ajak Denny.
"Kemana?"
"Ke Bank," jawab Denny.
"Ngapain?" tanya Ari.
"Ya ambil Uang lah, masak mau dugem,"
sahut Denny.
"Kenapa gak lewat ATM aja?"
"Gak bisa Ri, ini nominal nya gede" jawab Denny.
"Widih ... Kaya mendadak nih, emang berapa sih?" lanjut Ari.
"200 juta, jadi gini kemaren aku kan habis minta kiriman dari Ibuku buat modal kerja," terang Denny.
"Jadi kamu serius mau beli pickup?" tanya Ari.
"Iyalah aku bosan jadi tukang bongkar barang terus, aku mau nyari barang aja untuk disetorkan ke Haji Saipul," kata Denny dengan bersemangat.
Memang setelah Ayah Denny kerja di Malaysia gak pulang-pulang, ibu Denny terus menggugat cerai dan akhirnya menikah lagi dengan duda kaya, ya meskipun sudah agak tua. Pak duda itu, dia adalah pengusaha besar di Bandung yang memiliki perusahaan sepatu.
Sama dengan Ari sebenarnya, kalau Denny mau nurut pasti juga diajak sekalian oleh ibunya di Bandung untuk melanjutkan sekolahnya, tapi itulah mereka berdua ada kesempatan untuk jadi orang lebih baik, malah memilih jalan hidup yang sesuai dengan seleranya yaitu hidup BEBAS.
Setelah memiliki mobil sendiri Denny pun sekarang tidak lagi kerja di tempat bongkar barang lagi, dengan modal yang dia dapatkan sekarang dia naik kelas dari semula yang cuma seorang kuli bongkar sekarang menjadi penyuplai barang.
Dengan status barunya itu Denny memang ada perubahan dia sekarang lebih semangat kerja dan dengan begitu isi dompetnya pun lebih terjaga, tapi sayang perubahan taraf ekonominya tersebut tidaklah diikuti dengan berubahnya gaya hidup, dia masih saja belum bisa ninggalin yang namanya mabok dan main perempuan.
Sementara itu si Ari yang juga anak seorang yang kaya raya masih tetap saja belum mau berubah dia tetap enjoy menikmati kenakalannya, meskipun itu dilakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi, mulai dari cara dia nyari duit sebagai kuli bongkar hingga cara dia menghabiskan uang tersebut dengan cara berfoya-foya, pokoknya yang ada di pikiran Denny dan Ari itu adalah hidup bebas dan seneng, dan sebenarnya Ari itu sudah diajak Denny untuk ikut cari barang tapi dia gak mau.
Semenjak Denny jadi pengepul barang, tinggal Ari yang terbilang paling muda di tempat kerja bongkar, melihat itu Pak To sebagai kepala karyawan di rumah Haji Saipul menyarankan Ari untuk ikut Denny saja, cari barang.
"Ri,kamu lebih baik ikut Denny saja cari barang," kata Pak To pada Ari.
"Kamu kan bisa gantian nyopir dengan dia?" Imbuhnya.
"Aku belum lancar Pak nyopirnya," jawab Ari beralasan.
"Ya jadi keneknya dulu aja," tambah Pak To.
"Bukan nya kenapa Ri ... semenjak Denny jadi pengepul, kamu kan gak punya temen sebaya lagi, rata-rata yang kerja di gudang sudah bapak-bapak semua," terang Pak To memberi saran pada Ari.
BERSAMBUNG.
Seperti telah menemukan ide, tiba-tiba Yola melepas punya nya itu dan kemudian duduk, namun kali ini bukannya duduk di atas paha melainkan di atas perut Ari, namun dengan tidak terlalu menekankan posisi duduknya, karena khawatir akan membuat Ari sesak dan kesakitan.Dengan posisi seperti itu lalu Yola mengambil lotion yang tidak memiliki bau (sejenis minyak nabati) dari dalam tasnya, lalu dia melumuri barang Ari dengan lotion tersebut dan terus mengocoknya.Barang Ari yang sudah terlihat lemas itu terus dia remas-remas hingga akhirnya mulai terlihat bangkit lagi, Yola pun terus mulai mengocoknya perlahan.Sambil terus mengocoknya Yola pun melihat Ari yang sudah tidak sadarkan diri tersebut mulai meringis dan juga mendesis, tau kalau Ari bisa menikmati permainannya Yola pun semakin cepat dalam mengocoknya, hingga akhirnya Yola merasa kalau barang Ari mau mengeluarkan cairan kentalnya, lalu Yola pun mendekatkan barangnya ke barang Ari dan bermaksud
Sementara Ari benar-benar telah berada dalam pengaruh miras oplosan Yola, dia terlihat seperti sudah tidak berdaya lagi.Melihat Ari seperti itu Yola pun segera merebahkan jok yang di duduki Ari hingga sampai rata, lalu tanpa ragu lagi ia pun mulai menjamah seluruh tubuh Ari dengan tangan dan juga bibirnya.Cukup lama Yola menjamah tubuh Ari. Namun, seakan belum merasa puas dia pun mulai membuka baju Ari satu persatu, dimulai dari baju, kaos dalam, celana hingga menyisakan celana pendek dan celana dalam saja.Sedangkan Yola sendiri juga sudah melepas semua bajunya kecuali celana dalam dan pembungkus Gunung kembarnya.Lalu Yola bergerak aktif dan dia pun mulai menjamah lagi tubuh Ari secara langsung mulai dari kening, pipi, telinga, leher.Ketika mulai sampai mulut Yola pun berlama-lama di situ, Yola yang memang sejak tadi mengunyah permen mint kemudian memasukkan permen yang
Sayang seribu sayang pas Ari mau pesan jagung bakar pedagangnya bilang kalau jagungnya habis, tinggal satu."Ya udah gak papa lah bang satu saja," ucap Ari."Berapa duit bang?" tanya Ari."Alah wong cuma satu aja, ambil saja mas, gratis buat Mas," sahut pedagang.Sementara itu ketika tadi Ari mulai keluar dari mobil Yola pun terlihat memasukkan obat kuat kedalam dua botol miras yang belum dia kasih dan segera menyimpannya lagi.Begitu Yola selesai menyimpan miras tersebut, Ari pun datang dengan membawa satu buah jagung bakar."Nih cuma ada satu," ujar Ari sambil memberikan jagung bakar tersebut."Kok cuma satu, buat kamu mana?" tanya Yola."Udah buat kamu saja," jawab Ari.Lalu Yola pun nampak mulai memakan jagung bakar yang sudah dibumbui pedas manis itu, mungkin nikmat sekali rasa jagung b
Akhirnya mereka bertiga pun makan bareng, Ibu Yola masak semur pedas cumi-cumi dan sayur asem.Sementara itu si Sandi terlihat tidak ikut makan dia masih tiduran di depan televisi sambil ngemil buah kelengkeng."Sandi ... Udah to makan kelengkeng nya nanti sakit perut lo kalau kebanyakan ... Ayo sini oma suapi, makan bareng sama kak Ari sini lho ...." seru Ibu Yola.Dengan malasnya Sandi pun bergegas mendekati Omanya yang duduk bersebelahan dengan Yola, tantenya."Hiih, sana jangan deket-deket tante, jorok kamu, sana mandi dulu," seru Yola sambil terlihat mendorong Sandi dan menutupi hidungnya.Sandi pun terlihat merengek manja sembari minta perlindungan ke Omanya.Sambil disuapin, Sandi pun terlihat bertanya kepada Omanya."Oma, Mama kok belum pulang to ...." tanya Sandi kepada Omanya.&nb
Bukan cuma status sosial saja yang beda, masalah umur pun mereka terpaut lima tahun, ditambah Yola sendiri sudah menjadi janda beranak satu, pokoknya komplit lah sekat yang bikin dia jadi tambah sulit untuk bisa mendapatkan Ari.Pikiran Yola pun terus berkecamuk hingga tanpa terasa jika mereka telah kelewat dari rumahnya."Mana rumahmu Yol? Katanya gak jauh dari perempatan?" tanya Ari, dan Yola pun agak terkejut dan segera sadar kalau mereka telah terlewat."Oh maaf-maaf kayaknya udah terlewat, muter balik lagi dong," ucap Yola dengan muka sedikit malu."Yah ... Makanya jangan ngelamun dong ...." seru Ari."Iyaa maaf, tuh depan ada gardu PLN rumah ku di sebelah nya," sahut Yola.Akhirnya mereka berdua pun sampai di rumah Yola tepat pukul tiga lewat lima belas menit."Ayo turun," ajak Yola."Ayo," sahut Ari singkat.Ketika turun Yola pun cuma make celana pendek dengan tubuh ditutupi dengan
Tidak lama kemudian Ari pun terlihat keluar dari kantin sambil membawa snack dan air mineral, dengan agak terburu-buru Ari pun segera masuk ke dalam mobil."Lama ya?" ucap Ari bertanya."Gak juga, Oiya kira-kira nanti kita nyampe Malang jam berapa ya Ri?" tanya Yola."Tadi kita berangkat jam sebelas, karena kita lewat jalur yang aman dari Polisi, mungkin ya kira-kira jam tiga atau empat sore kita baru nyampe," terang Ari."Eh, kamu bawa miras ya?""Iyalah buat nyediain kamu," jawab Yola."Asik ...." timpal Ari sambil cengengesan."Mau nyobain?" tanya Yola."Boleh, setengah sloki saja," ucap Ari.."Iya lah, kebanyakan bisa mabok kamu ntar," balas Yola sambil menuang minuman ke dalam sloki."Nih," Yola pun mengulurkan sloki.