Home / Rumah Tangga / No Marriage is Perfect / Ayah Anya Masuk Rumah Sakit

Share

Ayah Anya Masuk Rumah Sakit

Author: NonaAquarius
last update Last Updated: 2025-11-03 09:18:03

Di dalam kamar Anya, terlihat wanita itu duduk di depan cermin rias. Malam ini terasa dingin bagi Anya. Melihat pantulannya di cermin membuat Anya mengasihi dirinya sendiri. Banyaknya bekas merah di sekujur tubuh wanita itu menjadi bukti betapa brutalnya kelakuan Felix.

Anya merasa sesak, dengan sikap Felix yang begitu dingin terhadapnya. Anya tahu dirinya tidak secantik wanita yang mengelilingi Felix selama ini tapi setidaknya ia harap Felix bisa menghargainya.

Air mata Anya terjatuh dari tadi. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak jatuh. Cinta sepihak memang menyakitkan dan lebih parahnya lagi, Anya tidak bisa membenci Felix meski Felix melakukan hal diluar batas sekalipun.

Apa Anya bisa menghadapi Felix besok? Ia takut kepada Felix sangat takut sehingga membuat Anya berpikir berulang kali. Ia selalu mengasihani dirinya sendiri setiap kali Felix menatpnya dengan tatapan merendahkan. Seolah Anya benar-benar wanita murahan.

***

Felix keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi bagian bawahnya. Suara telpon masuk kini terdengar membuat Felix melangkah mengambil hpnya. Melihat nama penelpon di layar handphonenya membuat Felix mengerutkan kening.

"Apa dia mengadu kepada ayahnya?" ucap Felix langsung menuduh Anya tanpa bukti.

Yah, yang menelpon adalah ayah Anya—Dalbert Alexio. Felix muak dengan drama rumah tangga ini. Dia lelah berpura-pura dan ia ingin mengakhiri semuanya.

"Halo," ucap Felix dengan nada suara datar.

"Nak Felix, Anya sedang apa? Bisakah Nak Felix memberikan telponnya kepada Anya? Ibu ingin bicara," ucap Helena Rosie—Ibu Anya dengan nada panik.

Felix terdiam sejenak. Ia tahu, dari nada suara Helena, pasti sesuatu terjadi pada keluarga itu. Apa lagi-lagi Felix harus bersandiwara? Ini sangat menyebalkan.

"Anya sedang mandi, Bu," jawab Felix berusaha sopan.

"Oh gitu. Nak Felix, Ayah masuk rumah sakit. Tolong sampaikan ini kepada Anya. Keadaan jantungnya mengkhawatirkan." Terdengar isakan tangis Helena.

Felix hanya diam. Apa ia harus senang? Tapi kenapa Felix merasa iba. Seharusnya dia senang, yah merendahkan Anya saja sudah membuatnya senang apalagi jika menyerang orang tuanya 'kan?

"Aku akan memberitahunya," jawab Felix dengan nada rendah.

"Kalau begitu, Ibu akan akhiri telponnya. Beritahu kepada Anya untuk tidak terlalu khawatir. Dia selalu khawatir pada hal kecil, apalagi jika hal seperti ini. Tapi, Ibu sedikit tenang karena ada Nak Felix di sisi Anya." Helena berusaha mengatur nada bicaranya untuk mengimbangi isakan tangisnya.

"Baik, Bu." Felix mengakhiri telpon setelah jawaban sesingkat itu.

Pria itu sedikit terkekeh, ia menertawai dirinya sendiri karena masih saja bersandiwara padahal jelas-jelas Felix akan mengajukan cerai besok pagi kepada Anya.

Lagi-lagi Felix salah paham kepada Anya, mengira wanita itu mengadu kepada orang tuanya tapi ternyata tidak. Felix berpikir terlalu berlebihan. Dia berjalan menuju kamar Anya yang bersebelahan dengan kamarnya.

Pria itu masuk tanpa mengetuk, membuat Anya yang terduduk di depan meja rias langsung tersentak kaget.

"Kamu masih belum mandi?" tanya Felix kesal saat Anya masih memakai baju tidur transparan itu. Tentu saja Felix akan kesal, ia tidak ingin tergoda lagi pada wanita ular seperti Anya.

"Sa-saya ...." Anya gugup sehingga ia tak mampu menyelesaikan perkataannya.

"Bersihkan dirimu. Kita akan ke rumah sakit!" ucap Felix menegaskan.

"Ke rumah sakit? Siapa yang masuk rumah sakit?" tanya Anya.

"Bersihkan dirimu terlebih dahulu. Aku akan kemberitahumu nanti. Jangan lama, aku memberimu waktu 20 menit untuk bersiap-siap!" Felix pergi setelah penegasannya itu.

Anya jadi penasaran. Ia bergegas membersihkan dirinya. 20 menit tidak cukup bagi Anya tapi dia akan berusaha cepat karena ia tidak ingin jika Felix akan marah jika dia tidak tepat waktu.

***

25 menit kemudian

Anya melangkah tergesa-gesa menuju mobil. Felix telah menunggu lama dan Anya terlambat 5 menit.

Di kursi kemudi, Felix mengenggam erat setir mobil. Dahi pria itu mengerut bukti bahwa ia sedang kesal. Anya masuk ke mobil dengan napas terengah.

"Sa-saya berusaha tepat waktu, tapi—"

Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung angkat bicara. "Jika kamu memang berusaha, seharusnya kamu datang tepat waktu!"

Anya hanya diam. Dia tahu Felix kesal, Ini pertama kalinya Anya melihat Felix memakai sweater rajut, soalnya yang Anya tahu Felix suka memakai kemeja dan jas.

"Kenapa memakai pakaian tertutup seperti itu? Kamu malu memperlihatkan bekas merahnya kepada orang tuamu?" tanya Felix dengan senyum mengejek.

"Apa kita akan bertemu mereka? Sebenarnya siapa yang sakit?" tanya Anya dengan nada khawatir.

"Ayahmu. Kondisi jantungnya mengkhawatirkan," jawab Felix dingin.

Anya terdiam. Dia merasa terpukul. Dia tahu ayahnya memiliki riwayat penyakit jantung karena itulah Anya tidak ingin membuat sang ayah khawatir dengan masalahnya.

Air mata Anya terjatuh. Lagi-lagi ia menangis, entah kenapa hari ini ia lebih sering menangis. Padahal dia tidak ingin jika Felix mengira Anya terlalu cengeng.

"Saya ingin minta tolong. Jangan beritahu kepada mereka tentang hubungan kita yang akan hancur," ucap Anya dengan nada rendah.

"Padahal aku berniat memberitahukan mereka. Semuanya akan beres dan aku tidak perlu pura-pura di hadapan mereka lagi!" balas Felix menegaskan.

Anya menggeleng dengan cepat. "Tolong jangan beritahu mereka. Saya akan menerima permintaan cerai anda tapi jangan beritahu mereka. Saya tidak ingin mereka tahu."

Dengan air mata terjatuh, Anya berusaha meyakinkan Felix berharap Felix berbaik hati kepadanya. Anya tidak ingin memperparah keadaan Ayahnya.

"Kenapa aku harus menuruti permintaanmu? Apa untungnya buatku? Membuang-buang waktu saja!" ucap Felix tanpa rasa bersalah.

Anya terdiam, seharusnya dia tidak berharap kebaikan Felix karena pria itu adalah pria berdarah dingin. Pria yang begitu mementingkan keuntungan. Dia pria yang penuh perhitungan.

"Apa susahnya bagi anda? Anda hanya perlu diam. Anda tidak perlu berusaha keras, saya akan mengurus sisanya. Yang perlu anda lakukan diam dan jangan memberitahu hancurnya hubungan kita," jawab Anya dengan emosional.

Felix menatap Anya dengan tajam. "Hanya, katamu? Ujung-ujungnya aku akan bersandiwara untuk menutupinya. Siapa kamu sehingga berhak mengaturku? Anya Valerie, tidak usah memaksakan hal yang tidak bisa kamu lakukan sendirian. Terima saja. Biarkan orang tuamu tahu bahwa kita akan bercerai."

"Saya akan melakukan apapun, maka dari itu tolong jangan biarkan orang tua saya tahu," ucap Anya dengan nada merendah.

Felix terdiam. Dia muak dengan semua ini. Anya membuat semuanya menjadi rumit. dengan percaya dirinya Anya mengatakan akan melakukan apapun.

"Apapun?" gumam Felix terkekeh.

"Jangan menarik kembali kata-katamu!" tegas Felix tersenyum sinis.

Anya jadi takut dengan perkataan Felix. Akan tetapi Anya tidak punya pilihan lain, ia tidak peduli jika kehidupannya hancur asalkan itu tidak melibatkan keluarganya.

Felix mulai mengemudi dengan kecepatan tinggi. Dia ingin manfaatkan situasi ini agar Anya menuruti semua perintahnya. Dia ingin Anya hidup menderita karena telah berani membohongi Felix. Felix paling benci dibohongi. Sungguh! Felix tidak peduli, Anya perawan atau tidak perawan ia tidak peduli dengan hal itu. Hanya saja, ia merasa telah dipermalukan karena Anya berani membohonginya. Anya berlagak suci padahal dia sudah tidak perawan lagi.

"A-apa anda tidak merasakan apapun?" Entah dapet keberanian dari mana, Anya malah menanyakan hal seperti itu seolah perasaan wanita itu penting bagi Felix.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • No Marriage is Perfect   Sandiwara Felix

    Sesampainya mereka di rumah sakit, mereka mulai mencari tempat ayah Anya dirawat. Terlihat jelas rasa khawatir Anya sedangkan Felix tetap tenang seolah ini bukan apa-apa baginya. Toh dari awal, Felix tidak begitu suka dengan ayah Anya. Anya menghentikan langkahnya saat melihat ibunya duduk di kursi tunggu, berjarak beberapa meter darinya. Wanita itu menghela napas kemudian menoleh melihat Felix yang berdiri di sampingnya. "Jangan beritahu mereka kalau kita akan bercerai. Saya akan melakukan apapun—"Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung memotong. "Aku tidak suka mengulangi hal yang sama. Bukankan tadi sudah dibicarakan? Apa kamu mau aku berubah pikiran?" Felix menatap Anya dengan tatapan tajam. Anya menggeleng dengan cepat. Anya menarik napas dan membuangnya dengan lembut. Sebisa mungkin wanita itu meredakan rasa khawatirnya. dengan gugup, Anya mengambil tangan Felix dan menggenggamnya. Felix hanya menerima karena ini hal biasa. Setiap kali berhadapan dengan

  • No Marriage is Perfect   Ayah Anya Masuk Rumah Sakit

    Di dalam kamar Anya, terlihat wanita itu duduk di depan cermin rias. Malam ini terasa dingin bagi Anya. Melihat pantulannya di cermin membuat Anya mengasihi dirinya sendiri. Banyaknya bekas merah di sekujur tubuh wanita itu menjadi bukti betapa brutalnya kelakuan Felix. Anya merasa sesak, dengan sikap Felix yang begitu dingin terhadapnya. Anya tahu dirinya tidak secantik wanita yang mengelilingi Felix selama ini tapi setidaknya ia harap Felix bisa menghargainya. Air mata Anya terjatuh dari tadi. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak jatuh. Cinta sepihak memang menyakitkan dan lebih parahnya lagi, Anya tidak bisa membenci Felix meski Felix melakukan hal diluar batas sekalipun. Apa Anya bisa menghadapi Felix besok? Ia takut kepada Felix sangat takut sehingga membuat Anya berpikir berulang kali. Ia selalu mengasihani dirinya sendiri setiap kali Felix menatpnya dengan tatapan merendahkan. Seolah Anya benar-benar wanita murahan. ***Felix keluar dari kamar mandi dengan ha

  • No Marriage is Perfect   Rasa Gugup

    Entah kenapa rasa gugup Anya berkurang, apa karena Felix sekarang melakukannya dengan lembut? Tangan nakal Felix perlahan menggapai area belakang punggung Anya dan membuka pengait BH Anya membuat wanita itu langsung berhenti mencecap bibir Felix. Anya menutupi dadanya menggunakan kedua tangan karena ia malu jika Felix melihatnya. Felix hanya diam menatap Anya yang memeluk dirinya sendiri. "Apa aku tidak boleh melihatnya?" tanya Felix dengan nada rendah dan sedikit membisik. "Sa-saya—" Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung menukar posisi membuat dirinya berada di atas tubuh Anya. Anya kembali gugup padahal tadi kegugupannya sedikit mereda. "Bi-bisakah lampunya dimatikan?" tanya Anya dengan nada sangat rendah. Felix hanya diam tanpa menggubris perkataan Anya. Pria itu membuka bh wanita itu sehingga dada Anya kelihatan. Terlihat tatapan Felix turun menatap bagian bawah Anya karena ia juga berniat membuka celana dalam wanita itu. Kini Anya terbaring tanpa

  • No Marriage is Perfect   Memuaskan Felix

    Degup jantung Anya berdetak tidak beraturan. Dinginnya AC di kamar Felix menembus tulang wanita itu. Tentu saja Anya gugup, Felix memperlakukannya dengan kasar. Sepasang mata tajam yang menatap Anya membuat wanita itu ketakutan. Terlihat jelas ada amarah yang akan meluap, tangan Felix kini menggenggam erat pergelangan tangan Anya membuat wanita itu meringis kesakitan. Anya tidak memprotes ataupun memberontak, karena lagi pula, dari awal Felix sudah menegaskan bahwa ia tidak akan bersikap lembut padanya. Mata Anya menatap Felix yang menatapnya dengan dahi mengerut. Felix menindih Anya tanpa hati-hati. Berat tubuh Felix membuat Anya merasa sesak. "Bukankah posisi ini terbalik? Kamu yang seharusnya di atas. Kamu yang harusnya memuaskanku, bukan aku yang memuaskanmu!" tegas pria itu dengan nada dingin. "Turun dan merangkaklah naik ke atas ranjang. Bukankah itu lebih menyenangkan?!" Felix menatap Anya dengan wajah merendahkan. Felix turun dari atas tubuh Anya dan membiarkan wanita itu

  • No Marriage is Perfect   Tanpa Riasan

    Anya menatap dirinya di depan cermin rias. Tentu saja dia berusaha mencari letak kekurangannya sehingga Felix tidak pernah sekalipun menghargainya. Apa dia serendah itu di mata Felix? Wanita seperti apa yang sebenarnya Felix inginkan? Jika mengingat bagaimana kejamnya perkataan Felix membuat Anya merasakan sakit yang sangat dalam. Hatinya terasa diremukkan, apalagi ekspresi wajah Felix yang menatapnya dengan tatapan sinis dan merendahkan. Apa iya, mereka harus berpisah dengan cara tidak baik? Tidak, pertanyaannya salah, bukankah awalnya hubungan mereka tidak pernah baik? Air mata wanita itu terjatuh. Dia ingin kesal tapi kepada siapa dia harus meluapkannya? Salah Anya yang terlalu mengharapkan cinta pada pria yang tidak pernah ingin bersamanya. Di mata Felix Anya adalah wanita murahan. Apa Anya perlu menggoda Felix agar pria itu bisa membuka hati untuk Anya? Toh, lagi pula bagi Felix Anya begitu rendah seolah tidak selevel dengannya. Ini malam terakhir Anya di rumah Felix. Dia mas

  • No Marriage is Perfect   Tidak Pernah Dianggap

    Anya terkejut mendengar perkataan Felix. Sekarang ini degup jantungnya berdebar kencang. Ini mimpi'kan? Apakah pernyataan cinta Felix tulus? Apakah Anya boleh berharap lagi pada pria itu? Tatapan tulus Anya menjadi runtuh saat Felix kembali angkat bicara dengan nada sedikit membisik dan meremehkan Anya. "Kamu tidak mungkin berharap aku mengatakan hal itu, bukan?" tanya pria itu tersenyum menertawakan. Ini pertama kalinya Anya melihat Felix tersenyum selebar itu. Sepertinya Felix begitu menikmati dirinya merendahkan Anya. Padahal, Anya sudah berharap pria itu tulus padanya tapi ternyata itu hanyalah salah satu permainan Felix. "Anda sesenang itu mempermainkan saya? Ternyata, selama ini anda tidak pernah menerima saya sebagai istri." Ini bukanlah pertanyaan, Anya hanya berbicara dan berharap Felix mendengarnya. Untuk meruntuhkan harapan dan rasa cinta Anya, dia perlu melihat sisi Felix yang sangat membencinya. Setidaknya, Anya bisa menghilangkan perasaannya terhadap Felix sedikit d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status