LOGINSesampainya mereka di rumah sakit, mereka mulai mencari tempat ayah Anya dirawat. Terlihat jelas rasa khawatir Anya sedangkan Felix tetap tenang seolah ini bukan apa-apa baginya. Toh dari awal, Felix tidak begitu suka dengan ayah Anya. Anya menghentikan langkahnya saat melihat ibunya duduk di kursi tunggu, berjarak beberapa meter darinya. Wanita itu menghela napas kemudian menoleh melihat Felix yang berdiri di sampingnya. "Jangan beritahu mereka kalau kita akan bercerai. Saya akan melakukan apapun—"Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung memotong. "Aku tidak suka mengulangi hal yang sama. Bukankan tadi sudah dibicarakan? Apa kamu mau aku berubah pikiran?" Felix menatap Anya dengan tatapan tajam. Anya menggeleng dengan cepat. Anya menarik napas dan membuangnya dengan lembut. Sebisa mungkin wanita itu meredakan rasa khawatirnya. dengan gugup, Anya mengambil tangan Felix dan menggenggamnya. Felix hanya menerima karena ini hal biasa. Setiap kali berhadapan dengan
Di dalam kamar Anya, terlihat wanita itu duduk di depan cermin rias. Malam ini terasa dingin bagi Anya. Melihat pantulannya di cermin membuat Anya mengasihi dirinya sendiri. Banyaknya bekas merah di sekujur tubuh wanita itu menjadi bukti betapa brutalnya kelakuan Felix. Anya merasa sesak, dengan sikap Felix yang begitu dingin terhadapnya. Anya tahu dirinya tidak secantik wanita yang mengelilingi Felix selama ini tapi setidaknya ia harap Felix bisa menghargainya. Air mata Anya terjatuh dari tadi. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak jatuh. Cinta sepihak memang menyakitkan dan lebih parahnya lagi, Anya tidak bisa membenci Felix meski Felix melakukan hal diluar batas sekalipun. Apa Anya bisa menghadapi Felix besok? Ia takut kepada Felix sangat takut sehingga membuat Anya berpikir berulang kali. Ia selalu mengasihani dirinya sendiri setiap kali Felix menatpnya dengan tatapan merendahkan. Seolah Anya benar-benar wanita murahan. ***Felix keluar dari kamar mandi dengan ha
Entah kenapa rasa gugup Anya berkurang, apa karena Felix sekarang melakukannya dengan lembut? Tangan nakal Felix perlahan menggapai area belakang punggung Anya dan membuka pengait BH Anya membuat wanita itu langsung berhenti mencecap bibir Felix. Anya menutupi dadanya menggunakan kedua tangan karena ia malu jika Felix melihatnya. Felix hanya diam menatap Anya yang memeluk dirinya sendiri. "Apa aku tidak boleh melihatnya?" tanya Felix dengan nada rendah dan sedikit membisik. "Sa-saya—" Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung menukar posisi membuat dirinya berada di atas tubuh Anya. Anya kembali gugup padahal tadi kegugupannya sedikit mereda. "Bi-bisakah lampunya dimatikan?" tanya Anya dengan nada sangat rendah. Felix hanya diam tanpa menggubris perkataan Anya. Pria itu membuka bh wanita itu sehingga dada Anya kelihatan. Terlihat tatapan Felix turun menatap bagian bawah Anya karena ia juga berniat membuka celana dalam wanita itu. Kini Anya terbaring tanpa
Degup jantung Anya berdetak tidak beraturan. Dinginnya AC di kamar Felix menembus tulang wanita itu. Tentu saja Anya gugup, Felix memperlakukannya dengan kasar. Sepasang mata tajam yang menatap Anya membuat wanita itu ketakutan. Terlihat jelas ada amarah yang akan meluap, tangan Felix kini menggenggam erat pergelangan tangan Anya membuat wanita itu meringis kesakitan. Anya tidak memprotes ataupun memberontak, karena lagi pula, dari awal Felix sudah menegaskan bahwa ia tidak akan bersikap lembut padanya. Mata Anya menatap Felix yang menatapnya dengan dahi mengerut. Felix menindih Anya tanpa hati-hati. Berat tubuh Felix membuat Anya merasa sesak. "Bukankah posisi ini terbalik? Kamu yang seharusnya di atas. Kamu yang harusnya memuaskanku, bukan aku yang memuaskanmu!" tegas pria itu dengan nada dingin. "Turun dan merangkaklah naik ke atas ranjang. Bukankah itu lebih menyenangkan?!" Felix menatap Anya dengan wajah merendahkan. Felix turun dari atas tubuh Anya dan membiarkan wanita itu
Anya menatap dirinya di depan cermin rias. Tentu saja dia berusaha mencari letak kekurangannya sehingga Felix tidak pernah sekalipun menghargainya. Apa dia serendah itu di mata Felix? Wanita seperti apa yang sebenarnya Felix inginkan? Jika mengingat bagaimana kejamnya perkataan Felix membuat Anya merasakan sakit yang sangat dalam. Hatinya terasa diremukkan, apalagi ekspresi wajah Felix yang menatapnya dengan tatapan sinis dan merendahkan. Apa iya, mereka harus berpisah dengan cara tidak baik? Tidak, pertanyaannya salah, bukankah awalnya hubungan mereka tidak pernah baik? Air mata wanita itu terjatuh. Dia ingin kesal tapi kepada siapa dia harus meluapkannya? Salah Anya yang terlalu mengharapkan cinta pada pria yang tidak pernah ingin bersamanya. Di mata Felix Anya adalah wanita murahan. Apa Anya perlu menggoda Felix agar pria itu bisa membuka hati untuk Anya? Toh, lagi pula bagi Felix Anya begitu rendah seolah tidak selevel dengannya. Ini malam terakhir Anya di rumah Felix. Dia mas
Anya terkejut mendengar perkataan Felix. Sekarang ini degup jantungnya berdebar kencang. Ini mimpi'kan? Apakah pernyataan cinta Felix tulus? Apakah Anya boleh berharap lagi pada pria itu? Tatapan tulus Anya menjadi runtuh saat Felix kembali angkat bicara dengan nada sedikit membisik dan meremehkan Anya. "Kamu tidak mungkin berharap aku mengatakan hal itu, bukan?" tanya pria itu tersenyum menertawakan. Ini pertama kalinya Anya melihat Felix tersenyum selebar itu. Sepertinya Felix begitu menikmati dirinya merendahkan Anya. Padahal, Anya sudah berharap pria itu tulus padanya tapi ternyata itu hanyalah salah satu permainan Felix. "Anda sesenang itu mempermainkan saya? Ternyata, selama ini anda tidak pernah menerima saya sebagai istri." Ini bukanlah pertanyaan, Anya hanya berbicara dan berharap Felix mendengarnya. Untuk meruntuhkan harapan dan rasa cinta Anya, dia perlu melihat sisi Felix yang sangat membencinya. Setidaknya, Anya bisa menghilangkan perasaannya terhadap Felix sedikit d







