Share

Serahkan Juga Tubuh Indahmu

    “Kau sungguh brengsek! Kenapa kau terus membuatku menderita Mas! Kau bukan manusia, kau binatang buas!” umpat  Aliya dengan sarkas. Ia terpaksa berlutut supaya pria berjas hitam itu tidak menyambuknya lagi.

     Sosok jangkung berjas hitam itu menatap Aliya nyalang dengan ekspresi mengerikan dan mengayunkan cambuk di tanganya yang siap kapan saja menyambuk istrinya lagi.

     Arya mencondongkan tubuhnya lalu wajahnya mendekat pada wajah Aliya. “Kau sebut aku binatang buas?” lirihnya sembari menarik dagu Aliya ke atas menggunakan jemarinya, membuat mata wanita itu langsung beradu dengan sorot matanya yang tajam. Bahkan Aliya dapat merasakan napas panas pria itu menerpa wajahnya. “Kau salah, kau bisa menyebutku monster!”

     Arya tertawa puas, matanya yang tajam masih melotot, alisnya menukik tajam menunjukkan bahwa di balik tawanya ia menyimpan amarah yang besar. Cengkeramannya di dagu Aliya semakin kuat membuat Aliya menjerit kesakitan sambil memejamkan mata.

     “Baiklah, monster ini akan menujukkan kekejamanya!”

      SPLASH!!

      “AKHHHH!!!”

      “Lebih keras! Ayo berteriak dan menangislah lebih keras lagi Aliya!”

       Hanya jerit kesakitan yang kini terdengar memenuhi ruang gudang, Aliya hanya bisa pasrah menerima semua kekejaman dari suaminya, kulit putihnya yang terekspos karena tidak terbalut pakaian memperlihatkan memar dan lebam di mana-mana, sebagian tubuhnya juga mengeluarkan darah segar akibat cambukan panas yang tak hanya membakar kulitnya tapi juga membakar hatinya, tangannya mengepal dengan kencang, ia berteriak setiap kali cambuk mengenai tubuhnya, meneriakkan nama Arya dengan penuh kebencian, hingga akhirnya tubuhnya yang rapuh itu tak kuasa menahan rasa sakit yang menyerang, Aliya pun tergeletak tak sadarkan diri.  

***

     Siang telah berganti menjadi malam. Aliya perlahan membuka matanya, begitu ia sadar, tubuhnya langsung bergetar ketakutan. Namun, ketika dia mengamati ruangan, dia bisa bernafas sedikit lebih lega karena sekarang dia tidak lagi berada di gudang gelap tempat dia dihukum dengan kejam, melainkan di kamarnya sendiri. Tangan dan kakinya tidak lagi terikat oleh tali, dan tubuhnya pun sudah terbalut pakaian. Tapi, wanita itu masih sangat ketakutan karena tubunya benar-benar terasa sangat sakit dan hancur.  

     Air mata Aliya menitik, rasanya hatinya benar-benar telah hancur dan kehilangan rasa hormat pada suaminya, sudah cukup dia menahan segala kesengsaraan ini, dia sudah tak tahan lagi, dia ingin melarikan diri secepat mungkin dari kehidupan pernikahan yang seperti neraka ini.

     “Kesempatan terkadang tidak datang dua kali Aliya!”

      Tiba-tiba bayangan suara Jevan saat itu terngiang di telinganya.

      Hawa dingin malam menembus masuk lewat jendela kamar yang terbuka, terasa menusuk-nusuk kulit Aliya hingga mengigil kedinginan, rasa perih di sekujur tubuhnya pun semakin tak terkendali. Aliya melangkah gontai menghampiri jendela hendak menutupnya.

      Namun, ketika matanya memandang keadaan luar yang sepi dan terlihat damai, membuat pikiranya berkecamuk untuk melarikan diri dari rumah bagai neraka kehidupan ini, dia tidak tahu kapan Arya akan kembali dan menyakitinya lagi, sehingga Aliya berpikir bahwa melarikan diri adalah pilihan yang tepat untuk melepaskan diri dari penderitaannya.     

     Aliya terhuyung-huyung menuju pintu kamar, sialnya pintu itu tidak dapat dibuka karena ternyata suaminya yang kejam telah menguncinya dari luar, Aliya benar-benar seperti binatang yang diperlakukan semena-mena sampai dikurung tak merasakan kebebasan. Dia pun berteriak penuh frustasi.

     “Aku tidak akan menyerah! Aku butuh kebebasan!” suaranya tegas penuh penekanan, matanya menatap jendela kamar yang masih terbuka, terlintas sebuah ide untuk kabur dari sana.

     Aliya hendak nekat melompat dari lantai dua kamarnya, tetapi nyalinya tiba-tiba menciut kala para penjaga berbaju hitam tiba-tiba mengepung gerpang depan rumah. Sepertinya Arya sengaja memerintahkan anak buahnya agar wanita itu tidak kabur setelah dia aniaya.

     “Sial, kenapa tiba-tiba mereka datang! Apa jangan-jangan mereka sadar kalau aku akan kabur?” monolognya.

     Saat Aliya tengah sibuk berpikir tiba-tiba terdengar suara nyaring berasal dari benda pipih di atas nakas sebelah ranjangnya. Segera dia menghampiri nakas untuk mengambil ponselnya.

     Matanya yang sayu tiba-tiba membelalak saat secercah harapan datang padanya. Seseorang telah meneleponnya, orang itu adalah Jevan, Aliya merasa bahwa ia harus mengambil keuntungan dari kebetulan ini. Segera ia mengangkat telepon itu.

     "Tolong aku!" Aliya berteriak begitu telepon tersambung.

    “Sudah kuduga kau akan mengatakan hal itu padaku. Jangan takut, aku akan menolongmu, lagipula ini sangat mudah karena suamimu yang bodoh itu malah memilih bersama istrinya yang koma.” di seberang telepon Jevan tengah berada di dalam mobilnya yang terparkir di depan rumah Aliya, bahkan pria itu sekarang menatap jendela besar terbuka di lantai dua tepat di mana Aliya berada.

     “Bawa aku kabur dari rumah ini, kumohon!” Aliya terhenyak karena belum selesai berbicara, sambungan telepon tiba-tiba terputus.

     Bugh!

     Bugh!

     Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar, Aliya yang merasa penasaran langsung melihat keadaan dari jendela. Matanya terbelalak hingga mulutnya terbuka karena melihat Jevan dengan gantlenya sedang menghabisi anak buah Arya yang sedang berjaga, pria tersebut dengan kasar menghajar orang-orang yang menghalanginya untuk menolong Aliya.

     Jevan sepertinya menguasai ilmu bela diri dengan sangat baik, terlihat bagaimana tubuhnya yang berotot atletis dengan lihai dan cepat menyingkirkan anak buah Arya dan langsung masuk ke dalam rumah menuju kamar Aliya yang terkunci.

    “Aliya, benarkah yang ini kamarmu?” tanya Jevan memastikan karena pria itu sempat salah membuka beberapa kamar dan hanya kamar di hadapanya yang terkunci.

      Aliya pun mendekat pada pintu. “Benar, tolong aku!’

      “Mundurlah dari pintu, aku akan mendobraknya!”

       Brakkk!                     

        Jevan terus mendobrak begitu kuat hingga beberapa kali dobrakkan pintu Aliya berhasil terbuka, membuat sudut bibir Aliya terangkat samar, keinginan begitu kuat untuk kabur telah dibantu oleh Jevan. Saking leganya Aliya langsung menghambur memeluk Jevan.

     “Terimakasih, aku sungguh bersyukur kau telah datang dan menolongku.”

      Tiba-tiba Aliya merasakan kedua tangan Jevan kini melingkar pada tubuhnya membalas pelukannya dengan erat. Dan tanpa Aliya ketahui, Jevan tersenyu miring dan hatinya seakan menang karena Aliya seolah telah masuk ke dalam perangkapnya.

      “Ini tidak gratis Nona, aku meminta hatimu sebagai gantinya,” balas Jevan lirih lalu mencium telinga Aliya hingga merambat ke leher jenjangnya dengan intim membuat Aliya mengelinjang karena sensitif. Jevan lebih merapatkan tubuhnya pada Aliya. “Serahkan juga tubuh indahmu padaku."

     

    

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status