Share

Noda Cinta Istri Kedua
Noda Cinta Istri Kedua
Penulis: Meylda

Terenggutnya kehormatan

     “Jangan bertingkah seolah kau tidak mau Aliya! Bukankah wanita yang tidak mendapatkan cinta suaminya menginginkan cinta pada orang lain?”

     “Tidak! Tolong hentikan Tuan! Tolong sadarlah!”

     Aliya meneteskan air matanya begitu deras kala seorang pria mabuk bertubuh kekar itu terus saja berusaha menyatukan tubuh bagian bawahnya pada Aliya.

    Aliya terus mendorong bahkan memukul-mukul tubuh di atasnya agar pria itu menghentikan perbuatan bejatnya. Namun, tenaganya sudah lemas untuk melawan. Sampai pada akhirnya deraian air mata yang dapat menggambarkan betapa perih tubuhnya merasakan kehormatannya direnggut paksa dan menyakitkan oleh CEO—nya di tempat bekerja.

     “Kumohon hentikan! Aku sudah punya suami!” seru Aliya sambil mencakar punggung Jevan. Tetapi pria itu sama sekali tak kesakitan malah merasakan kenikmatan tiada tara dari tubuh Aliya.

     “Nikmatilah! Kau bahkan tidak mendapatkan hal seperti ini pada suamimu sendiri!” bentak Jevan dengan seringaian lebar penuh kepuasan.

     Jevan terus saja menghentakkan tubuhnya di atas Aliya sembari menatap tubuh polos tanpa busana yang indah di hadapannya itu dengan tatap penuh hasrat yang membara.

     Hanya tangisan dan erangan yang kini terdengar dari mulut Aliya. Jika saja waktu dapat di ulang, ia tidak akan mau menemani bosnya itu menghadiri pertemuan bisnis dan berakhir seperti ini.

     Jika saja ia mendengarkan perkataan Nadia, sahabatnya yang mana adalah istri pertama suaminya, jika wanita yang sudah menikah tidak boleh menggunakan baju ketat yang menampakkan bagian lekuk tubuhnya. Maka ia tidak akan menjadi objek seksual oleh bosnya yang mabuk.

     “Kumohon hentikan!”

     Aliya terus berteriak dan memberontak. Namun, semuanya sudah terlambat, kehormatannya yang selama ini ia jaga sudah terenggut paksa oleh pria lain bukan suami sahnya.

     “Rupanya kau masih perawan, sudah kuduga si Arya itu sama sekali tidak menyentuhmu sebagai istri kedua!”

      Rasanya begitu menyakitkan, seluruh tubuh Aliya memang terasa remuk dan bagian intinya terasa teramat perih hingga darah segar menetes di sprei ranjang. Namun, perkataan Jevan lebih menyayat hatinya, perkataannya memang benar jika ia sama sekali tidak disentuh oleh suaminya sendiri.

    Alasannya, karena Aliya adalah istri kedua dari suami sahabatnya. Sahabatnya itu tiba-tiba datang menawarkan tawaran emas saat hidup Aliya dirundung kemalangan. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat saat perjalanan bisnis meninggalkan setumpuk hutang.

     Hingga pada akhirnya Nadia datang berkata akan membantu melunasi semua hutangnya, namun dengan satu syarat. Menjadi istri kedua karena Nadia sekarat dan tak bisa memberikan keturunan.

     “Dasar brengsek! Akhh!!” umpat Aliya diiringi tangisan serta erangan yang terdengar semakin pilu.

      Sedangkan Jevan terus menyeringai puas merasakan kenikmatan surga dunia, hingga pada akhirnya Jevan menghentakkan tubuhnya makin keras  dan mengakhiri hasrat bercintanya itu.

     “Tubuh perawan memang luar biasa! Mulai sekarang jangan sungkan untuk meminta hal yang tak diberikan suamimu itu padaku.”

     Dengan cepat Jevan melepaskan tubuh bagian bawahnya dari Aliya lalu segera menyambar kemeja yang berserakan di lantai kamar hotel dan memakainya asal lalu melangkahkan kaki ke kamar mandi.

      Sedangkan Aliya masih bergetar ketakutan, ia menggigit bibir bawahnya sampai berdarah. Nafasnya membara naik turun cepat karena amarah serta rasa kesal memenuhi ruang hatinya.

     Sebelum pria bengis itu kembali dari kamar mandi, Aliya segera memakai pakaian ketatnya lalu kabur dari kamar hotel walau langkahnya tertatih karena bagian sensitifnya itu terasa perih dan nyeri teramat menusuk. Segera Aliya naik angkutan umum untuk pulang ke rumahnya.

     “Dari mana saja kau! Semalam ini baru pulang dengan pakaian ketatmu!”

    Baru saja pulang, hinaan dari Arya—suaminya menusuk pendengarannya. Tanpa menanggapinya, Aliya segera berlalu menuju kamarnya di lantai dua karena tubuhnya benar-benar terasa lelah dan remuk ingin segera beristirahat.

     “Jawab aku Aliya!” suara Arya meninggi, membuat Aliya berhenti berjalan menaiki tangga.  

     Wanita itu membalikkan badannya, menghembuskan napas kasar sambil memijat pelipis. Ia benci setiap saat mendengar suaminya itu terus saja berbicara membentak.

     “Aku baru pulang bekerja Mas,” balasnya lirih.

      Pria bertubuh atletis dengan tinggi di atas rata-rata itu hanya menatapnya dingin sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

     “Sekarang pijat Nadia dan siapkan makan dan pastikan dia meminum obatnya, cepat!” bentaknya lagi.

     Kembali terdengar lenguhan kasar dari mulut Aliya walau ia langsung mematuhi perintah Arya. Inilah dunia pernikahan yang telah dia masuki. Alih-alih mendapatkan cinta bahtera rumah tangga yang sempurna, ia malah seperti pembantu di rumah besar ini.

      “Tunggu!” Arya cukup terkejut melihat tanda kemerahan di area leher sampai atas dada Aliya.

     “Tanda apa itu?” tunjuk Arya kasar.

      Aliya sendiri langsung menutupi tanda yang pasti di buat oleh Jevan saat menodainya tadi. Jantungnya berdebar kencang. Bahkan, tubuhnya bergetar tak karuan hingga kepalanya menunduk tak berani menatap Arya.

      Tiba-tiba Arya mencengkeram kuat rahang Aliya, memaksa wanita itu menatap matanya. Jantung Aliya kian berdebar cepat seperti akan melompat pada tempatnya. Nafasnya naik turun karena gugup menjalar di seluruh tubuh kala netra mata hitam legam Arya bertabrakan dengan netra mata kecokelatannya.

    Tatapan dinginnya berubah tajam dan mengerikan. “Jawab aku! Apa yang kau perbuat di luar sana Aliya!”

    

     

    

     

     

    

     

      

   

   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status