Share

Noda Merah di Hari Jadi Pernikahan
Noda Merah di Hari Jadi Pernikahan
Penulis: mayuunice

1. LINGERIE

“Kamu sudah siapkan perlengkapan dinasmu, kan, Mith? Pastikan kamu pakai lingerie yang aku kasihkan kemarin!”

Paramitha Chandani, atau yang akrab disapa Mitha, sedang melakukan panggilan telepon bersama teman kantornya. Terdengar temannya itu mengoceh dengan sedikit menuntut pada Mitha.

“Iya. Aku sudah siapkan semuanya,” jawab Mitha, “tapi, Nin.”

“Hmm?” sahut wanita di dalam panggilan itu.

“Aku malu, apalagi pakai lingerie yang kamu kasih. Rasanya agak sangat terbuka,” papar Mitha dengan nada bicara yang terasa geli.

“Eh, mana ada lingerie yang nggak terbuka, Mith! Sudah pakai saja, kamu pasti sexy. Aku sudah bisa membayangkan suamimu bakal langsung on, saat melihatmu pakai lingerie cheongsam itu.”

Mitha mendesah. Tadi pagi dia sudah mencoba menggunakan lingerie yang sedang mereka bicarakan. Bulu kuduknya langsung berdiri, saat kain berbahan transparan itu menempel pada tubuh putih nan mulusnya.

“Mitha, kamu sudah menikah selama empat tahun. Dan ini adalah hari anniversary kalian! Masa kamu mau gitu-gitu aja? Kapan punya anaknya dong? Katanya mertuamu sudah menagih cucu terus,” omel Anin, teman Mitha.

Rasanya Mitha seperti ditampar oleh ucapan temannya itu. Memang benar apa yang dikatakan Anin. Sampai kini Mitha hanya terdiam, tidak memiliki keberanian untuk menyanggah.

“Sudahlah, Mith, jangan takut. Aslinya berhubungan badan itu enak, lho! Pokoknya persiapannya harus matang, ya,” pungkas Anin.

Setelah mengatakan hal demikian, wanita itu menutup panggilannya.

Mitha kini hanya bisa mendesah. Dadanya kini berdegup kencang. Apalagi membayangkan dirinya dan sang suami melakukan hubungan badan, seperti pada film biru yang beberapa kali sudah ditontonnya.

“Ah, tenanglah, Mitha!” katanya sambil mengacak-acak rambut, “sekarang tenang dan siapkan makan malam untuk suamimu. Harus makan malam terbaik, karena akan ditemani dengan wine yang sangat mahal.”

Kedua bola mata hitam Mitha melirik ke arah botol wine. Niatnya Mitha akan menyuguhkan minuman itu, di saat makan malam sederhana di hari jadi pernikahannya. Mitha tahu betul, kalau Candra—suaminya—senang sekali minum wine.

Ketika Mitha sedang berkutat di dapur, dia mendangar suara yang sedikit membuat penasaran dirinya. Ingin memastikan, Mitha segera beranjak dari tempatnya.

“Lho, Mas, mau ke mana? Bukannya Mas baru saja pulang kantor?” tanya Mitha pada pria yang ternyata adalah suaminya, Candra Danendra.

Terlihat Candra sedang sibuk menyeret koper mininya.

“Aku ada perjalanan dinas,” jawab Candra cepat.

Mitha mengerutkan dahinya, “Perjalanan dinas? Kenapa mendadak?”

Seingat Mitha, suaminya itu tidak memberitahu apa pun terkait perjalanan dinas.

“Ya. Aku harus menggantikan Pak Levi. Mith, bisa transfer uang lima juta ke rekeningku? Khawatir aku kehabisan uang,” pinta Candra.

“Sebentar, Mas.” Mitha menghampiri Candra, “kenapa Mas yang harus menggantikan Pak Levi? Memangnya tidak ada orang lagi?”

“Tidak.”

Tangan Candra kini sibuk dengan ponselnya. Jemarinya menari di atas layar, sedang membalas pesan pada seseorang.

“Aku berangkat. Jangan lupa transfer uang lima juta,” pamit Candra.

Namun, Mitha langsung menahan suaminya untuk pergi. Tangan Mitha kini memegang lengan Candra. Suaminya itu menoleh ke belakang dan menunjukkan wajah kesal.

“Mas, bisa tidak untuk minta orang lain saja yang menggantikan Pak Levi? Apa Mas tidak ingat hari ini hari apa?” ucap Mitha dengan sedikit nada memohon.

“Hari Kamis. Sudah ku bilang, tidak ada orang lain!” kata Candra dengan cepat.

Mendengar jawaban Candra, seketika raut wajah Mitha berubah sendu.

“Hanya hari Kamis? Mas tidak mengingat hal lain lagi?”

Malas dengan setiap pertanyaan Mitha, Candra menepis tangan istrinya.

“Kamu ngomong apa, sih? Aku sudah ditunggu di kantor sama yang lain.”

“Mas, hari ini anniversary kita yang keempat!” Mitha langsung menegaskan pada Candra.

Sayangnya, respon Candra hanya mendengus. Hal itu sukses membuat hati Mitha mencelos.

“Ya ampun, Mith. Kita bukan remaja yang harus merayakan hal remeh seperti itu,” cibir Candra, “sudahlah, aku berangkat. Jangan lupa transfer!” katanya memperingatkan.

Tidak memiliki keberanian yang kedua kali untuk menahan, Mitha pun merelakan suaminya pergi. Melihat punggung suaminya yang semakin menjauh lalu menghilang dari pandangan.

“Selalu saja seperti ini setiap tahun,” lirih Mitha.

Pandangan Mitha kini mulai terlihat kabur. Genangan air kini sudah menumpuk di pelupuk mata. Dengan cepat Mitha menyeka kedua matanya. Tidak ingin buliran air itu lolos membasahi pipinya.

Untuk beberapa saat, Mitha lupa dengan aktivitasnya. Sampai akhirnya indra penciuman milik wanita itu mencium aroma yang sangat menyengat.

“Astaga! Masakanku!” pekik Mitha, seraya berlari menuju dapur.

Sialnya, masakan yang sedang dibuat oleh Mitha kini tidak terselamatkan.

***

Malam hari Mitha hanya bisa meratapi nasibnya. Semua rencananya gagal total. Hatinya sangat hancur karena sikap sang suami.

Semesta seolah mendukung kesedihan yang sedang dirasakan Mitha. Karena faktanya, kini kota Bandung diguyur oleh hujan lebat.

Saat Mitha sedang makan malam sendirian. Dia mendengar bel rumahnya berbunyi. Mitha langsung mengerejap dan berlari menuju pintu.

“Ah, pasti itu Mas Candra!”

Begitulah pikir wanita berumur 28 tahun itu. Dia masih mengharapkan suaminya pulang.

“Mas Can pasti tadi lagi nge-prank aku.”

Mitha sibuk dengan pikiran positifnya terhadap sang suami.

Sampai akhirnya Mitha harus merasakan kekecewaan. Tatkala melihat sosok laki-laki lain yang sedang berdiri di depannya.

“Cakra?”

BERSAMBUNG ….

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Neysha Esha
hadirrr semoga ceritanya menarik ya Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status