Share

Cinta Seorang Ayah

Ayah selalu punya cinta, dan seribu alasan untuk tetap berjuang. Seringakali ia menepis kesedihannya sendiri demi seorang anak yang lahir dari darahnya.

❤️

Rani terhenyak mendengar kata 'Ayah' dia baru sadar kalau Laila punya dua . Apa itu artinya ayah yang ini, pria yang tadi sore menelepon Laila? Kalau begitu ....

"Ran?"

Aji berjalan semakin mendekat.

"Kenapa kamu melihatku seperti sedang melihat hantu?" Pria itu tampak heran, melihat mantan istrinya yang melongo. 

Sungguh reaksi yang tak biasa. Kalau di waktu biasa wanita itu bersikap biasa-biasa saja. Ceplas-ceplos menceritakan kegiatan Laila, dan menunjukkan betapa dia bangga bisa lepas darinya. Hidup dengan baik, dan membuat Laila jauh lebih berkecukupan dibanding saat dengan Aji dulu.

Bagaimana tidak? Suami Rani yang sekarang bukan pekerja serabutan seperti Aji. Heru bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji tetap. Bisa memenuhi kebutuhannya dan Laila tanpa perlu berhutang.

"Ah." Rani terhenyak.

Sementara Laila, ketika melihat kehadiran Aji dan adiknya, segera menarik selimut dan menggenggam tepiannya erat-erat. Air matanya terus mengalir meski tanpa suara. Ada ketakutan lebih yang menyelimutinya. 

Rani memperhatikan bagaimana reaksi Laila ketika bertemu ayah kandungnya. Ia mnecoba memahami apa yang dipikirkan puterinya tanpa bertanya. Mungkinkah ekspresi ketakutan di wajah ayu gadis itu, karena ancaman Aji.

"Laila apa yang terjadi?" tanya Aji yang kemudian duduk di sisi ranjang, sambil menyentuh anaknya.

Namun, dengan cepat Rani menarik Aji agar tak terlalu dekat dengan Laila.

Pria itu pun keheranan dengan sikap Rani, apa wanita itu sepenuhnya akan memisahkannya dengan Laila?

"A-ada apa?" tanya Aji yang sedang bingung.

Rani mendesah. Menstabilkan perasaan sendiri. Menekan apa yang ia rasa agar tak meledak sebelum semua terang dan jelas.

"Kamu tahu dari siapa Laila sakit, Mas?"

 Wanita itu mencoba mencari tahu dari sisi Aji, karena tak mungkin Laila yang bicara. Aneh saja kalau dia tahu Laila sakit tanpa siapa pun yang memberi tahunya. Kecuali jika benar, Aji yang ada di balik kejadian ini.

"Dari Heru, suamimu." Aji menyahut cepat, ia lalu menatap ke arah Ardian adiknya. "Benarkan, Yan?" tanyanya untuk mendukung jawaban.

Kini tatapan Rani beralih pada Ardian, paman Laila. 

"Ah, ya. Mbak benar. Mas Heru ngubunginnya ke hapeku, karena hape Mas Aji gak aktif." Pria berusia 25 tahun itu menyahut cepat.

"Oh." Rani membulatkan mulut dengan ragu. Tapi tak mungkin mencecar mereka dengan prasangkanya. 'Aku perlu menanyakan ini pada Mas Heru.'

'Kalau begitu, bisa saja Ardian pelakunya? Dia sengaja memanggil Laila menggunakan ponsel kakaknya sekaligus ayah kandung Laila, agar aku tak curiga.' Batin Rani menduga.

Adik iparnya itu juga memiliki potensi besar menjadi tersangka. 

"Tap-tapi aku tak boleh mendekatinya?" tanya Heru keheranan. "Sakit apa dia? Apa typusnya yang kambuh?"

Mendengar pertanyaan itu, Laila semakin takut pada Ayahnya. Bagaimana kalau pria itu tahu bahwa Laila masuk rumah sakit karena kejadian semalam.

"Kamu gak lihat dia ketakutan sama kamu, Mas. Sebenarnya apa yang kamu lakukan padanya sampai ketakutan seperti itu?"

Rani mengucap ketus. Sudahlah ia belum lupa sepenuhnya banyak penderitaan yang dialami ketika bersama Aji, kini harus memiliki prasangka bahwa pelaku pemerkosaan Laila adalah ayah kandungnya sendiri.

"Tapi kenapa takut padaku?" tanya Aji dengan raut cemas.

Tak sabar karena tersiksa banyak prasangka, Rani pun menarik lengan Aji ke luar. Sementara mantan suaminya itu pasrah mengikuti, ia pun ingin tahu dengan jelas apa yang terjadi. Ia tak ingin membuat keributan di depan putrinya yang masih sakit juga ketakutan.

Setelah sampai di luar, kini Rani segera menanyakan sesuatu pada Aji.

"Mas, katakan! Kamu sudah tahu kan apa yang menimpa Laila?" Rani tak tahan terus menduga-duga. 

Meski ia senang bukan Heru pelakunya, akan sangat menyesakkan jika pelakuanya adalah ayah kandung Laila sendiri. Pria yang harus menyayangi dan melindungi Laila dengan sepenuh hati. Kalau benar Aji pelakunya, ke mana Laila akan mencari tempat berlindung selain ke pada bundanya?

"Kamu pikir aku dukun?! Aku ke sini karena ingin tahu kondisinya! Aneh kamu ini. Sudah membuat anakku sakit malah ekspresimu nyalahkan aku gitu!" protes Aji yang merasa tertuduh sebagai penyebab sakitnya Laila.

Pria itu benar-benar khawatir sekarang. Mengingat sejak dulu ayah kandung Laila itu adalah sosok yang tegas dalam hal mengatur anaknya.

Laila adalah puteri satu-satunya. Aji ingin melindunginya pasca perceraian dengan Rani, dengan membawa tinggal bersama. Namun, karena ia harus bekerja pria itu dan tak mungkin meninggalkannya di rumah, Aji terpaksa merelakan Laila ikut dengan ayah tirinya.

Lagi pula, dari segi finansial, Laila akan lebih bahagia berada di sisi Rani dan Heru.

"Mas, Laila diperkosa orang." Rani bicara sambil menahan genangan air mata. Ada sesuatu yang terasa meremas hatinya setiap kali ingat dan mengucapkan hal itu.

Laila adalah anak tunggal, selama ini banyak harapan yang diletakkan Rani di pundak puterinya itu.

"Ap-apa?!" Mata Aji membeliak kaget. Emosinya langsung memuncak. Tak percaya apa yang didengar. Puteri yang disayanginya dinodai pria bejat. 

"Kamu gimana jagain-nya sih, Ran?! Sampai anakmu diterkam pria bejat!" Ia merasa gagal menjadi seorang ayah, tapi juga perlu orang lain untuk disalahkan, apalagi selama ini Laila tak tinggal bersamanya.

"Hah! Sudah kuduga kamu akan salahkan aku, Mas. Sama seperti dulu-dulu. Setiap ada masalah, aku yang salah. Kamu gak berubah!"

"Ah, sudahlah. Kenapa kamu jadi bahas masa lalu. Semua itu sudah berakhir dan gak penting lagi sekarang!" Aji tak bisa menahan kekesalannya.

"Katakan siapa pelakunya! Oh, sebentar ..." Pria itu tiba-tiba ingat sesuatu. Sikap Rani sejak ia datang, pertanyaan-pertanyaannya, semua itu menjurus pada tuduhan bahwa Rani berpikir Aji pelakunya.

"Kamu ... kira aku yang melakukan?" Mata Aji mendelik tak percaya menatap pada Rani. Tak percaya pikirannya sepicik itu padanya.

Ah, ya. Dia memang selalu buruk di mata Rani, kalau tidak, mereka tak mungkin berpisah sekarang.

"Seburuk dan semiskinnya aku, Ran. Aku tak mungkin memakan anakku sendiri! Kamu gila!" Aji merasa sangat tersinggung. Kecewa. 

Ini adalah penghinaan besar baginya. Tak cukupkah wanita itu menghina dan meninggalkannya dulu? Apa Rani pikir Aji adalah binatang yang tak punya hati.

Rani terdiam. Dia sadar telah salah menuduh Aji. Dia mengenal Aji sejak lama. 

"Jadi Laila tak mau mengaku?" tanyanya.

Rani mengangguk.

"Kita harus mengusut ini, Ran."

"Ya, ayo kita lapor polisi!" tegas Rani.

"Tidak, tidak. Jangan sampai ini ke polisi. Aku tak akan kuat melihat Laila dipandang buruk oleh semua orang." Aji menolak cepat.

"Apa maksudmu, Mas?" Rani tak mengerti kenapa jawaban Aji sama persis dengan jawaban Heru.

"Kita tak boleh gegabah. Bahkan Ardian tak boleh tahu tentang ini."

"Kamu kenapa ngomong gitu, sih, Mas. Kita perlu tahu penjahatnya, mana mungkin tahu kalau tidak melapor polisi."

"Aku yang akan mencari tahu. Ada Laila, kenapa kamu bingung?! Aku yang akan bicara padanya." Aji melangkah ke kamar Laila kembali, pria itu akan membujuk Laila dengan caranya agar bicara.

"Mas!" panggil Rani yang tak dipedulikan.

Ia sungguh tak mengerti jalan pikiran lelaki. Kenapa membuat semua semakin rumit? Mereka hanya perlu lapor ke polisi, dan meminta agar merahasiakan identitas korban.

Namun, kalau saat Rani berpikir, menyembunyikan identitas di zaman digital seperti sekarang rasanya mustahil. Netizen bahkan memiliki radar yang lebih canggih dari pada CIA. Suatu saat, orang-orang terutama teman-teman Laila akan tahu. Kalau sudah begitu, pasti imbasnya ke Laila.

"Itukah alasan Mas Heru dan Mas Aji?"

_____________

Sampai di kamar dan baru membuka pintu ... mata Aji menyipit, saat melihat Ardian yang bicara begitu serius dengan Laila. Anak gadisnya itu juga tampak begitu tertekan atas sikap pria itu.

"Ardian!" panggil Aji. 

Seketika adiknya itu menoleh. Dan lekas menjauh dari ranjang Laila.

Aji hanya heran, kenapa Ardian bisa duduk dan bicara sedekat itu pada Laila. Sejak kapan?

"Yah, tolong. Bawa Om Ardian pergi dari sini!" Suara serak Laila terdengar untuk kali pertama sejak Aji datang. Gadis itu menghiba. Entah takut, atau sebenarnya dia malu pada Ardian? Aji tak mengerti.

"A-ada apa?" tanya Aji terbata. Kini tatapannya beralih pada sang adik. 

"E-em. Maaf Mas, aku hanya ingin tahu bagaimana kondisinya." Ardian menyahut dengan nada tak enak.

Hal itu membuatnya curiga. Apa Ardian pelakunya?

Bersambung

Wadeh siapa pelakunya, ya. Menurut temen-temen? Ada yang bisa tebak? Sudah banyak clue. Next bab, Laila akan mengatakan satu nama pelakunya. Jadi tetep stay di cerita ini, ya.

Tap love dan koment, Yok. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Syifa Bardah Fuadah
kayanya ga mungkin ayah kandung nya. soalnya aji keliatan khawatir banget. waaah tersangka ke2 ardian yg mencurigakan, sampe buat laila tertekan giti ngobrol nyah.
goodnovel comment avatar
puji.rhy
siapa si wah aris apa ardian? kan makin penasaran , next kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status