Share

Rahasia Aris

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2021-10-15 06:09:02

Selama ini Aji memahami sekaligus meyakini, orang akan baik jika dia berteman dengan orang-orang baik, dan sebaliknya.

_____________

"Apa yang Kak Aris rahasiakan?" tanya Lintang yang penasaran mencecar sang kakak. 

Dia yakin jika rahasia Aris yang dimaksud ayah tiri Laila ada sangkut pautnya pada kasus yang menimpa teman sebangkunya itu.

Aris mendesah. Ia tak berniat sedikit pun bercerita pada Lintang apa yang Heru ancamkan padanya. Pemuda yang memiliki faras rupawan dan menjadi idola banyak gadis itu lalu berjalan, meninggalkan Lintang ke mobil.

"Kak! Kok gitu, sih?!" dengkus Lintang yang mendapat respon dari Aris tak sesuai maunya. Ia memprotes sikap sang kakak yang terkesan menutup-nutupi sesuatu darinya.

Gadis itu pun mengekor Aris menuju mobil. Sementara pikirannya terus mengembara. Menyangkut pautkan kejadian demi kejadian, agar ditemui benang merahnya.

"Jangan-jangan Mas Aris sengaja membawaku semalam, karena untuk melindungi perbuatannya," gumam Lintang yang didengar oleh Aris yang berjalan di depannya.

Mendegar hal itu, sontak langkah lebar pemuda itu berhenti.

"Auh!" Lintang yang tak fokus membentur kepala Aris, rupanya pria itu sudah berbalik menatapnya lelah.

"Hiss. Mudah sekali kamu terpengaruh. Berpikirlah yang masuk akal! Apa kamu kira aku punya dua tubuh!" Aris kesal atas tuduhan adiknya. 

Jelas-jelas sebelum ia memutuskan mengajak Lintang ke luar, Aris sedang main laptop di kamar. Karena Wi-Fi bermasalah, akhirnya memutuskan membeli kuota di luar.

"Hah, dua tubuh?" Lintang berlagak telmi. Dia pun baru mengingat kejadian semalam, sebelum mereka ke luar rumah.

"Ah, ya. Benar." Lintang meringis sambil menggaruk kepala tak gatal.

Aris geleng-geleng kepala, melihat kelakuan adiknya. "Bicara hati-hati pada orang tua kita. Jangan ceroboh!" tekannya sebelum kembali ke mobil.

Suara pintu yang dibuka membuat Lintang terhenyak. "Benar, aku tak boleh sembarangan bicara. Kalau tidak Kak Aris akan dalam masalah besar. Tapi ... apa rahasianya?!"

"Cepatlah! Sampai kapan kamu akan berdiri di situ?!" seru Aris yang sudah masuk ke dalam mobil. Pemuda itu sampai melongok demi agar Lintang memperhatikannya.

Mendengar seruan kakaknya, Lintang segera bergerak dan masuk ke mobil.

Tak lama kuda besi tersebut bergerak meninggalkan parkiran rumah sakit.

"Kenapa ayah Laila sepertinya sangat dendam sama Kakak? Apa terjadi sesuatu antar kalian? Apa ini menyangkut Laila." Kali ini suara Lintang terdengar serius.

Aris yang fokus ke jalanan mendesah panjang mendengar pertanyaan adiknya itu. Pikirannya pun mengembara, kala Heru menemuinya minggu lalu di depan kampus. 

Pria itu memperlihatkan chat yang Aris kirim untuk Laila. Aris bisa memahami perasaan seorang ayah seperti Heru, kala anak gadisnya dilecehkan oleh laki-laki, walau itu hanya berupa kata-kata.

"Kalau aku katakan padamu, kamu akan percaya?" tanya Aris dengan tatapan kosong ke jalanan.

Seketika Lintang menoleh. Menatap sisi wajah rupawan di sampingnya.

"Katakan, Kak."

"Aku memang mengirim pesan pada Laila, tapi gadis itu yang memancingku pertama kali."

"Apa maksud Kakak?!" Mata Lintang melebar. 

Jadi benar jika rahasia itu menyangkut Laila. Jangan-jangan sebelum Aris berada di kamar, dia sudah lebih dulu menemui Laila. Itu kenapa saat Laila minta tolong, Aris langsung tahu tempat tujuannya.

"Kami memang janjian ketemu di suatu tempat ... tapi ... karena menghormatinya. Aku tak datang ke sana."

_____________

"Yah, tolong. Bawa Om Ardian pergi dari sini!" Suara serak Laila terdengar untuk kali pertama sejak Aji datang. Gadis itu menghiba. Entah takut, atau sebenarnya dia malu pada Ardian? Aji tak mengerti.

"A-ada apa?" tanya Aji terbata. Seperti tengah terjadi sesuatu antara Laila dan Aji. Kini tatapannya beralih pada sang adik. Ardian. Pemuda itu tampak salah tingkah di depan kakaknya.

"E-em. Maaf Mas, aku hanya ingin tahu bagaimana kondisinya." Ardian menyahut dengan nada tak enak.

Hal itu membuatnya curiga. Apa Ardian pelakunya?

'Ah, tidak mungkin. Aku kenal siapa Ardian sejak kecil.' Aji menggeleng. Pemuda itu bahkan sudah siap menikah setelah sekian lama menolak karena takut tak bisa tanggung jawab pada keluarga yang baru lantaran belum siap.

Pemuda yang lebih sering dilihat di masjid berkumpul dengan anak-anak rohis. Meski cuma iseng duduk di teras selepas pulang kerja. Aji tahu, walau Ardian tak mengikuti kajian secera intensif, setidaknya dia mengobrolkan hal berguna mengenai agama. Sesuatu yang pasti mempengaruhi pribadinya.

Karena yang Aji pahami sekaligus yakini selama ini, orang akan baik jika dia berteman dengan orang-orang baik.

Selama ini pula, tak ada tanda-tanda Ardian sibuk mencari pelampiasan nafsu. Dia lebih banyak terlihat bekerja bersamanya, bahkan hari libur yang digunakan untuk lembur. Lagi pula Ardian tak mungkin tega, merusak ponakan yang sejak kecil dia pun menyayangi dan menjaganya.

Tapi ... sekelebat pikiran buruk hinggap. Bagaimana jika nafsu itu tiba-tiba datang karena ada kesempatan atau sesuatu yang memancing? Apa Ardian bisa mengendalikannya?

Aji kembali menggeleng. Menepis prasangka buruknya pada adik sendiri. 'Tidak ini sangat berlebihan.'

"Eum, aku akan keluar, Mas. Aku ... harap, Laila mendengarkan kata-kataku tadi." Ardian mengacungkan jempol ke belakang, menunjuk ke arah pintu, sebagai isyarat dia akan keluar dari sana. 

Mungkin saja kakaknya itu memerlukan privasi. Tak ingin juga dianggap menganggu ponakannya, meski dia menginginkan sesuatu dari gadis itu.

Aji mengangguk ragu. Di matanya Ardian adalah pemuda baik. Namun, sikapnya mencurigakan saat di dekat anaknya.

"Kata-kata apa?" tanya Aji penasaran. Sebuah ancaman, peringatan atau motivasi agar Laila segera bangkit? 

Namun, Ardian tak menjawab dan terus melangkah ke luar. Meninggalkan kakak dan keponakannya berdua saja.

Kini tatapan Aji sepenuhnya beralih pada puteri semata wayang yang berbaring di atas ranjang. Tatapan itu bukanlah tatapan iba, melainkan kesal kenapa Laila diam saja dan tak bicara, setidaknya pada sang bunda siapa pelakunya.

Ia sadar rasa sakit dan kesedihan yang Laila alami sekarang, tanpa perlu menanyakannya pada anaknya itu.

Bukan Aji membenci Laila. Dia kasihan, tapi juga memiliki kemarahan dalam hati. Tak tahu mesti melampiaskan pada siapa, selain pada Laila yang dianggap ceroboh. Tak semestinya seorang gadis keluar hingga larut malam. Juga ibunya, kenapa pula memberi izin, atau setidaknya mantan istrinya itu turut serta menemani jika keperluan Laila mendesak.

"Laila, kamu boleh bermanja dan cengeng. Tapi tidak dengan ayah. Katakan siapa pelakunya, atau kamu akan melihat mayat ayahmu sebab menanggung malu!"

"A-ayah. Kenapa ngomong gitu?!" suara Laila tercekat karena tangisnya kembali menderas. 

Di waktu yang sama, Rani masuk. Dia tak bisa berbuat apa pun selain mendekati Laila dan memeluknya.

Mana mungkin dia sanggup kehilangan satu-satunya lelaki yang bisa dia andalkan sekarang. Lelaki yang menyayanginya dengan tulus sepenuh hati.

"Katakan! Ayah tak bisa mengancammu dengan hal lain selain nyawa Ayah. Ayah bahkan tak sanggup membunuhmu meski sekarang kamu sudah menyakiti dan membuat ayah kecewa, Laila!"

"Katakan, Sayang," bisik Rani.

Laila pun akhirnya bicara di sela isak tangisnya.

"Aris, Bund," ucapnya nyaris tak terdengar. Laila tak mengerti, siapa lagi nama yang akan disebut selain nama pemuda itu.

Bersambung

Hayo siapa yang salah tebak di bab sebelumnya?😁

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
puji.rhy
aris kah???
goodnovel comment avatar
Syifa Bardah Fuadah
waaah ternyata ariiss, ... semoga saja laila tambah kuat ya jalanin hidup kedepan nya, karna korban perkosaan tak jarang yg merasa kotor dirinya. padahal itu sebuah kecelakaan, kecuali si pendosa yg telah merencanakan ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Noda di Seragam Putriku    Ekstra Part 20: Terakhir

    Acara lamaran Lintang berlangsung sangat khidmat. Senyum tak lepas dari bibir gadis itu. Akhirnya pemuda yang selama hampir tiga tahun dekat dengannya ini, membuktikan keseriusannya.Begitu juga dengan Aris, kedua sahabat ini pernah berkelakar bahwa mereka akan jadi sodara ipar. Fanno berkali-kali pernah menawarkan diri untuk jadi adik ipar sahabatnya ini.Ternyata benar, ucapan itu adalah doa, maka ucapkanlah yang baik-baik agar menjadi doa yang baik-baik pula.Selesai acara lamaran, semua yang hadir menyantap hidangan yang telah disediakan oleh Ajeng.Fanno mendekati sahabat sekaligus calon Abangnya itu."Gimana kerjaan lu?""Sopan dikit kek, sekarang gue udah jadi calon Abang lu. Masa masih manggil seperti itu?" Aris protes."Oke, Bang, gue ralat. Gimana sekarang kerjaan lu, Bang?""Tetap aja, ya, tapi gapapa lah gue maklum.""Lagian, begitu aja jadi masalah. Pertanyaan gue kagak dijawab juga.""Lu kepo aja uru

  • Noda di Seragam Putriku    Ekstra Part 19: Menuju Akhir

    Ekstra Part 19Menuju AkhirAris berusaha untuk menikmati pekerjaannya sebagai tukang cuci mobil. Meski bayaran yang dia terima tidak sebanyak ketika bekerja di kantor Papanya David. Tetap saja ia syukuri.Dua hari sudah waktu yang David janjikan untuk membawa Zara kepada keluarga Aris. Tapi belum ada tanda-tanda pria itu akan menepati janjinya."Gue cuma mau ngingetin, ini sudah hampir 2 x 24 jam, Dav," kata Aris lewat sambungan telepon."Gue usahain nanti malam, Ris.""Bener, ya?""Bener. Entar gue kirim alamatnya.""Lu datang ke rumah gue saja.""Enggak bisa, Ris. Lu tahu Zara seperti apa? Ini juga gue enggak yakin.""Lah, gue pikir udah deal.""Tadi 'kan gue bilang mau usahain.""Oke, gue tunggu kabar selanjutnya."Aris memutus sambungan telepon. Ia berharap David bisa membuktikan ucapannya.***Selepas magrib David mengirimkan alamat pad

  • Noda di Seragam Putriku    Ekstra Part 18: Klarifikasi

    Malam itu juga Aris pergi ke rumah David. Tidak sulit baginya untuk menemukan alamat orang kaya dan terkenal seperti keluarga David.Sebelumnya Aris mengirim pesan terlebih dahulu pada pria berambut klimis itu kalau dia sedang dalam perjalanan ke rumahnya.[Gue lagi di luar, Ris. Besok aja, ya, kita ketemu di kantor.]David beralasan.[Tanggung gue udah di jalan. Enggak apa-apa kalau lu enggak ada, gue ketemu Bokap lu aja.]Tulis Aris sambil tersenyum.[Oke, gue balik. Lu tunggu gue, jangan ngadu macem-macem sama bokap gue!]Aris tersenyum membaca balasan dari David. Pria itu ternyata sangat sayang dengan jabatannya, sehingga dia sangat takut kehilangan.Ternyata Aris sampai terlebih dahulu dari tuan rumah. Dia menunggu di dekat pos satpam. Kata Pak satpam barusan, David belum sampai ke rumah.Berselang lima belas menit, mobil David memasukkan pintu gerbang. Ia langsung mengajak Aris masuk melalui pintu samping dan duduk

  • Noda di Seragam Putriku    Ekstra Part 17: Fitnah

    "Mama tidak menyangka kamu tega mencoreng muka Mama dan Papa. Memberikan kesan buruk pada keluarga kita, Ris. Maksudnya apa ini?" Ajeng mengetuk-ngetuk layar ponselnya."Itu fitnah, Ma. Aris dijebak, Mama tahu 'kan wanita itu yang mengacau di acara wisudaku beberapa bulan ke belakang.""Iya, Mama tahu. Tapi ini tidak bisa dikatakan fitnah. Sedangkan jelas orang di dalam poto ini adalah kamu. Mama tidak bisa membayangkan kalau Papa sampai tahu." Ajeng merasa terpukul.Lagipula, Aris tak habis pikir, dari mana wanita itu mendapat nomor Ajeng."Aku bisa jelaskan, Ma.""Apa lagi yang mau dijelaskan? Semuanya sudah jelas, kamu tidak bisa beralasan." Ajeng berpaling."Adegan dalam poto ini rekayasa, Ma.""Tidak mungkin, kamu tidak bisa membodohi Mama. Kalau kamu tidak mau harusnya berontak dan menolak. Dari segi mana itu dibilang rekayasa. Atau kamu mau bilang itu adegan poto untuk kepentingan komersial? Kalaupun ia, Mama tidak setuju!"

  • Noda di Seragam Putriku    Ekstra Part 16

    Selama perjalanan menuju rumah sakit, Laila maupun Aris tidak banyak bicara. Keduanya bingung harus bersikap, secara dari semalam Laila masih belum bersikap manis pada suaminya.Aris ingin segera menunjukkan video itu pada Laila. Tapi sepertinya waktunya tidak tepat jika sekarang.Laila pun tak tahu harus bagaimana memulai untuk minta maaf pada Aris. Ia merasa canggung karena dari semalam dia tidak bersikap baik pada suaminya.Keduanya hanya bersikap biasa ketika berbicara dengan Ariel. Selebihnya seperti dua orang asing yang baru saja bertemu.Kaku.Di rumah sakit, untung saja Laila segera datang, karena ternyata Rani sendirian. Beberapa menit yang lalu, Aji pamit pulang dulu untuk mengambil sesuatu di rumah. Itu kata Rani, wanita itu tidak mau berterus terang bahwa Aji sedang mencari pinjaman uang untuk melunasi biaya rumah sakit.Tabungan mereka belum cukup untuk melunasi semua biaya. Aji sedang menemui beberapa teman kerjanya siapa tahu

  • Noda di Seragam Putriku    Ekstra Part 15

    "Ini surat pengunduran diri saya." Aris meletakkan surat itu dihadapan Pak Jani, pria yang dulu menerimanya bekerja."Saya perlu tahu, kenapa kamu ingin berhenti bekerja di sini. Padahal kamu termasuk karyawan terbaik meski baru dua bulan bergabung bersama kami. Apa kamu ada masalah dengan salah satu karyawan di sini?" Pak Jani bersandar pada kursinya sambil memperhatikan Aris."Saya tidak ada masalah, Pak. Selama bekerja di sini saya sangat senang. Tapi saat ini, saya ingin mencoba mengembangkan usaha sendiri meski kecil-kecilan." Aris beralasan."Saya sangat menyayangkan saja, Ris. Harus kehilangan karyawan baik seperti kamu. Next kalau kamu ingin bergabung kembali dengan kami, jangan sungkan, ya. Pintu selalu terbuka buat kamu.""Baik, Pak. Terima kasih telah memberikan kesempatan buat saya bekerja di sini. Saya permisi." Aris bangkit dan mengulurkan tangannya."Terima kasih juga sudah pernah bergabung bersama kami," jawab Pak Jani sambil meneri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status