"TING TONG. TING TONG. TING TONG!"
Morgan menekan bel pintu depan rumah Daniel Van Siege berulang kali di malam yang larut. Namun, tak ada tanda-tanda tuan rumah membukakan pintu untuknya.
"Damn it! Kenapa Daniel tidak membukakan pintu untuk kita? Seharusnya dengan bunyi bel terus menerus dia akan terganggu dan setidaknya memeriksa siap tamu iseng ini!" gerutu Morgan gelisah memikirkan Celia.
"Sir, jangan-jangan rumah ini kosong. Aku akan coba memeriksa dari kaca jendela kamar-kamar sebentar!" usul Matt Davis yang segera mendapat anggukan setuju dari Morgan.
Sementara itu Morgan mulai menggedor-gedor pintu kayu Ek yang berpelitur cokelat terang tersebut. Dia tak peduli kalau pun tetangga Daniel terbangun dan mendatanginya. Kekasih sekaligus calon istrinya ditawan oleh seniman tak jelas pemilik rumah di tepi sungai tersebut.
Dalam beberapa menit, Matt Davis bersa
"Ukh ... kepalaku!" Celia merasakan kepalanya seperti berputar-putar begitu pening. Seingatnya semalam dia tidur awal dan nyaman di dalam kamar tamu rumah Daniel Van Siege.Saat matanya terbuka lebar dan memindai sekeliling, Celia terkejut setengah mati. "Di mana ini? Seperti dalam kabin sebuah kapal yacht kecil!" ucapnya lirih spontan.Tak lama setelahnya mesin dimatikan dan kapal itu terombang-ambing di atas aliran air sungai yang tidak terlalu deras. Davidoff turun ke kabin bawah kapal untuk menjumpai Celia."Danny, bagaimana kita bisa berada dalam kapal?" cicit Celia panik tanpa curiga sama sekali.Pria berwajah mirip dengan Daniel van Siege itu duduk di tepi ranjang kapal lalu membelai rambut panjang Celia yang tergerai. "Hai, Cantik. Kita berada di kapalku. Mungkin aku harus memperkenalkan diri sekali lagi. Daniel adalah adik kembarku, namaku Dave. Semalam aku telah melukismu saat kau ter
"Carlos—Celia, aku percayakan dia kepadamu kalau kondisi kesehatanku kian memburuk!" pesan Tuan Arnold dengan suara serak yang lemah di tempat tidurnya."Sir, tolong bertahanlah. Anda belum menemui Nona Muda Celia lagi. Dia pasti akan sangat sedih bila harus kehilangan Anda tanpa bertemu satu kali pun lagi!" jawab Carlos Peron berlutut di sisi ranjang majikan yang telah dilayaninya puluhan tahun.Air mata meleleh di sudut mata kulit keriput itu. Segalanya tinggal penyesalan tiada akhir, dia berdoa dalam hati untuk dikuatkan hingga melihat Celia pulang ke Kansas. Seandainya putri kesayangannya bisa menikah dengan pria pilihan Celia sendiri dan memberinya cucu, sungguh itu kemurahan Tuhan.Karena Tuan Arnold Richero menutup kelopak matanya dan tidak merespon saat dipanggil-panggil oleh Carlos. Maka asisten kepercayaan kepala keluarga Richero tersebut memanggil ambulans untuk membawa majikannya ke IGD rumah sakit.
"Vader Jonas, bisakah Anda menikahkan kami sekarang?" pinta Davidoff saat menemui pastor di rumah tinggal beliau.Pemuka agama di Giethoorn itu mengamati Celia dari kepala hingga ujung kaki. "Apa ini calon istrimu, Dave? Kenapa terburu-buru?" balas Vader Jonas."Iya, perkenalkan ini Celia Richero. Kami menyukai satu sama lain, dari pada berbuat dosa lebih baik menikah dahulu sebelum melakukan keintiman yang kebablasan," ujar Davidoff beralasan. Celia nyaris muntah mendengar kata-kata seniman sok ganteng itu. Menurutnya, tak ada alasan sekonyol itu untuk menikah kilat. Apa menikah hanya karena napsu sesaat tanpa tahu sifat pasangannya dengan jelas?"Dan apa Nona Celia setuju menikah dengan Dave?" tanya Vader Jonas. Gadis itu menggeleng dengan keras. "Saya baru mengenal Dave. Nampaknya terlalu cepat bila kami langsung menikah, Vader!" tolak Celia. Mendengar jawaban Celia yang kontra dengannya, Dave merangkul bahu gadis itu dan melempar tatapan tajam mengancam. "Jangan harap bisa kabu
"Caramelo, kita berhenti ya. Aku turun dulu!" ucap Celia di tepi telinga kuda milik Vader Jonas.Mereka berada di pemukiman penduduk yang rapat dengan bangunan rumah saling berhadapan. Celia merasa sudah cukup jauh meninggalkan rumah Vader Jonas. Dia berharap kuda itu bisa pulang sendiri nanti karena setahunya kuda adalah jenis hewan yang cerdas.Maka dia menghampiri teras rumah penduduk acak dan berdoa dalam hatinya agar diberi pertolongan oleh orang baik. "Permisi!" serunya di depan pintu yang terbuka.Sesosok wanita berusia sekitar 30 tahunan muncul dari dalam rumah yang tertata rapi dan sederhana. Dia menyambut ramah Celia dalam bahasa Belanda, "Iya, Nona. Apa ada yang bisa saya bantu?""Maaf, saya bukan berasal dari Belanda. Apa Anda bisa berbahasa Inggris?" tanya balik Celia. Dia pun menunggu jawaban dengan penuh harap."Ohh ... begitu, saya bisa berbahasa Inggris. Ja
Fabio Hernandes memimpin misi penyelamatan nona muda keluarga Richero itu bersama rombongan pengawal dari Kansas. Pesawat private jet yang mereka tumpangi mendarat pagi di Bandara Schiphol, Amsterdam. Sebuah mobil rental mengantarkan rombongan pengawal itu menuju ke lokasi yang telah dikirim oleh Celia sehari sebelumnya. Mereka melanjutkan perjalanan memasuki daerah Giethoorn dengan kapal sewaan komersil yang membawa para pengawal keluarga Richero sampai di dermaga kecil tempat sebuah pemukiman warga asli Belanda."Fabio, rumahnya nomor 11 blok B. Itu yang banyak pohon bunga Tulip dan semak Heather ungu. Nampaknya pemilik rumah itu menyukai berkebun!" tunjuk George yang ikut menjemput Celia.Keenam pria bersetelan jas hitam necis dengan kaca mata Rayband hitam bertandang ke rumah keluarga Van Hören. Fabio menekan bel pintu yang masih tertutup rapat itu dan menunggu tuan atau nyonya rumah menyambut mereka."Hello, selamat pagi. Anda mencari siapa ya?" sapa Nyonya Jean Mary sembari mem
Dari bandara, Celia langsung menjenguk papanya di ruang ICU rumah sakit. Ketika dia berhadapan dengan Tuan Arnold, tak ada lagi amarah karena masalah pernikahannya dengan Joel Falcon."Papa, bagaimana kabarmu?" sapa Celia dengan mata berkaca-kaca."Maaf, kita bertemu ... dalam kondisi Papa terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dunia luar berbahaya, Celia. Itu salah satu alasan Papa memaksamu untuk menikah ... agar kamu memiliki seorang pelindung yang selalu bisa diandalkan!" ujar Tuan Arnold seraya menghela napas lega karena sempat bertemu dengan putri kesayangannya sebelum meninggal dunia.Celia berdecak lelah. "Papa jangan mulai membuatku ingin kabur lagi!" Dia tertawa kecil lalu melanjutkan, "Uncle Carlos dan para pengawal sudah cukup melindungiku. Lain kali aku akan meminta mereka untuk menemaniku bila harus melakukan perjalanan jauh ke luar negeri.""Baiklah, terserah kamu saja, Celia Sa
Celia ikut naik mobil kakak tirinya dan Austin untuk pulang ke kediaman Richero. Dia duduk di bangku belakang mobil mewah bertipe sedan itu sendirian. Tingkah Esme yang seolah-olah memamerkan kemesraannya dengan Austin, mantan tunangan Celia membuat gadis itu ingin muntah.Di lampu merah lalu lintas, Esmeralda dan Austin sengaja berciuman bibir. Mereka memang seperti sedang menyiksa Celia dengan bertingkah seenaknya. "Ehm ... bisakah kalian melakukan hal seperti itu di kamar tidur saja. Ada penumpang lain di backseat!" tegur Celia yang menyesal ikut semobil dengan pasangan suami istri tersebut. Lebih baik dia ikut mobil pengawal di belakang.Esmeralda tertawa iblis mendengar protes adik tirinya. "Hey, Celia. Bukankah kau bilang sudah tak ada perasaan spesial kepada Austin, suamiku? Kenapa kau merajuk begini? Kami tak hanya berciuman di mobil, bercinta pun sering kalau hanya berdua saja!"Mendengar perkataan Esmeralda, dia pun bergidik risih. "Terserah kalian saja, asalkan tak mati ke
"Nona Celia, ada kiriman paket dari kurir baru saja!" ujar Hilda sambil membawa sebuah kotak berwarna biru langit dengan pita emas.Celia sedikit terkejut karena selama ini tak pernah memiliki pengagum rahasia. Para mantan kandidat suaminya yang dia tinggal kabur terlalu sakit hati sehingga memutus kontak dengannya. "Apa ada keterangan nama pengirim paket ini, Hilda?" tanya Celia sembari membuka simpul pita warna emas di atas kotak bingkisan itu.Namun, Hilda menggelengkan kepalanya. Dia berkata, "Mungkin di dalam kotak ada surat untuk Anda, Nona Celia!"Dan benar apa yang dikatakan oleh kepala pelayan itu. Celia menemukan sebuah surat tulisan tangan tegak bersambung yang rapi.'My Dearest Celia, aku mengirimkan barang-barang pribadi yang kau tinggalkan di rumah Daniel Van Siege. Aku ikut senang mengetahui kamu sudah tiba dengan selamat di Kansas. Karena sepertinya kau belum banyak berkel
Celia yang sengaja datang ke rumah Annabella untuk menjemput suaminya tanpa sengaja melihat kejadian pemukulan Joel Falcon terhadap Morgan. "Hubby!" serunya lalu membantu Morgan bangkit dari lantai."Kau terluka, mana saja yang sakit, Morgan?" tanya Celia sembari memeriksa badan suaminya."Cihh ... lelaki jantan berkelahi tanpa berlindung di balik punggung perempuan. Apa kau hanya pandai bersilat lidah tanpa bisa menjawab tantanganku?" cemooh Joel sembari memandangi Celia yang masih saja menyihirnya dengan pesona kecantikannya yang anggun berkelas.Mendengar hinaan Joel, dia pun kesal dan berkata kepada Celia, "Baby Girl, menyingkirlah ke tempat yang aman. Aku harus memberi bedebah ini pelajaran yang akan diingatnya seumur hidup!" "HAHAHA. Pelajaran apa maksudmu, dasar pria lemah!" Tawa Joel Falcon membahana di ruangan pesta. Sementara tamu-tamu pesta mulai gelisah berbisik-bisik satu sama lain. Mereka tak paham kenapa kedua pria dewasa itu berselisih dan ingin adu kekerasan. Rumor
"Joel, kumohon—ini hanya salah paham!" Wajah Annabella sontak berubah pucat pasi. "Lantas apa sebabnya kau menolak lamaran pernikahan dariku? Jangan jadikan kontrak dari managemen sebagai alasan, Brad dan aku teman dekat, dia pasti tak akan memberikan penalti karena kau menikah denganku!" Suara Joel Falcon berdentum kasar, alisnya tertaut sengit memandangi sugar baby yang telah dia pelihara beberapa bulan terakhir dengan penuh penghakiman.Perempuan muda itu ketakutan, dia memikirkan kata-kata managernya tadi bahwa Joel Falcon bisa menghancurkan karir yang kini tengah melejit yang dia miliki dengan sangat mudah. "Baiklah, aku akan setuju menikah denganmu asalkan Brad tidak menjatuhkan penalti ganti rugi!" jawab Annabella cerdik. Akhirnya, Joel percaya kepadanya dan menelepon sahabat baiknya yang memiliki perusahaan managemen artis tempat Annabella Stewart bernaung. "Halo, Brad. Aku ingin meminta tolong satu hal kecil kepadamu!" ucapnya dengan nada rendah tanpa keangkuhan."Hey, Joel
"Baby Girl, sore nanti aku ada pekerjaan memasak di rumah Annabella Stewart. Dia menggelar acara pesta ulang tahun!" ujar Morgan saat sarapan pagi bersama Celia dan Tuan Arnold Richero."Penyanyi terkenal itu ya? Baiklah, aku akan pulang ke rumah bersama sopir nanti dan tidak menunggu kau menjemputku!" jawab Celia ringan sambil menikmati waffle hangat berlumur selai stroberi.Morgan tersenyum lega karena Celia tidak cemburu mengetahui kliennya selebritis cantik yang masih belia. Dia pun tidak ingin berlaku tidak setia terhadap istrinya yang sedang hamil triplet. Pastinya akan sangat menyakitkan bila dia berselingkuh."Hari semakin siang, ayo kita berangkat ke kantor, Hubby!" ajak Celia lalu dia berpamitan dengan Tuan Arnold Richero.Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk bekerja di kantor masing-masing itu berangkat dalam satu mobil. Morgan selalu mengantarkan istrinya terlebih dahulu sampai ke ruang kerja wakil presdir baru melanjutkan perjalanan ke kantornya sendiri.Sesampainya
"Sir, saya mendapat kabar dari penjara Kansas City bahwa Emilia Pilscher tewas dalam perkelahian antar narapidana wanita. Wajahnya disiram air keras dan mengalami luka organ dalam serta patah tulang di beberapa bagian tubuhnya!" lapor Carlos Peron di kediaman Richero.Tuan Arnold Richero menghela napas dalam-dalam, antara kesedihan dan juga rasa tak percaya bercampur keterkejutan. "Apa kau yakin kabar itu benar, Carlos?" tanya mantan suami Emilia Pilscher tersebut.Carlos mengangguk. "Ini telah dirilis resmi berita kematiannya oleh kamar jenasah rumah sakit dan juga diterima pihak penjara. Jasad Emilia dimakamkan di Crimson Land Cemetery, tempat pemakaman milik penjara khusus untuk narapidana yang wafat ketika masih berada dalam masa hukuman," jawabnya tanpa emosi. Sejak dahulu Carlos justru membenci Emilia yang menurutnya munafik dan jahat."Antarkan aku ke tempat pemakaman yang kau sebutkan tadi, Carlos. Nanti mampirlah ke florist untuk membeli bunga duka cita!" ujar Tuan Arnold Ric
"Nona, sebentar lagi operasi bedah ortopedi untuk tulang-tulang Anda yang mengalami cedera serius akan segera dimulai. Saya akan menyuntikkan obat anestesi. Mohon kerja samanya!" ujar Dokter Clarissa Brown kepada Emilia yang terbaring di atas brankar ruang persiapan operasi."Baik. Silakan saja, Dok!" jawab Emilia pasrah. Tubuhnya hancur lebur setelah serangan Katlin Rookie cs. Rasa sakit semua jadi satu di sekujur tubuhnya sampai-sampai dia tak mampu membedakan sebelah mana yang lebih sakit.Suntikan jarum bius di pembuluh nadinya tak terasa sakit, tetapi efeknya langsung membuat Emilia hilang kesadaran total. Setelah proses pembiusan selesai, paramedis langsung mendorong brankar tersebut memasuki ruang OK di seberang lorong.Tim operasi ortopedi langsung mempersiapkan pembedahan dengan cekatan. Dokter Jennifer Chan yang dipercaya melakukan reparasi tulang yang patah di bagian telapak tangan Emilia baik yang kanan maupun kiri. "Tuliskan di kartu terapi pasien, tidak boleh menggunaka
"Olee ... olee ... olee!" Teriakan yel-yel penyemangat untuk para pemain sepak bola dua tim yang berlaga di lapangan hijau membahana di dalam Stadion Olimpico, kandang klub sepak bola raksasa di Italia yaitu AS Roma.Jeff dan Esmeralda yang duduk di tribun penonton membaur dengan para pendukung AS Roma ikut terbawa suasana penuh semangat. Suami Esmeralda mengenakan jersey klub favoritnya yang berwarna merah menyala. Dia ikut meniup terompet memberi dukungan pemain jagoannya di klub tersebut yang sedang menggiring sirkuit bundar sambil berlari kencang menuju gawang AC Milan. "Come on, Joseph Di Mario!" ujar Jeff dengan penuh harap agar atlet idola yang menjadi kapten AS Roma saat ini tersebut mampu menyumbang gol.Detik-detik menegangkan di depan gawang AC Milan disaksikan para pendukung AS Roma dengan penuh perhatian. Operan demi operan bola dilakukan untuk membuat sebuah terobosan menjebol gawang rival babak final scudetto malam ini. Hingga di menit 75, tendangan keras sang kapten A
Jeff menemani Esmeralda keluar masuk butik fashion brand ternama seperti Gucci, Balenciaga, Dolce & Gabana, dan Dior yang ada di Galeria Vittorio Emanuele II. Pusat perbelanjaan tertua di Milan yang berada di sebuah gang beratap ganda berlantai empat di jantung kota itu ramai dipadati turis dan penduduk lokal yang berlalu lalang sepanjang hari. Etalase kaca butik-butik dengan ornamen berwarna keemasan memberi kesan exclusive pada pusat perbelanjaan elit terbesar di Kota Milan tersebut.Kali ini Esme tahu diri untuk membayar sendiri barang-barang belanjaannya serta mencari ekspedisi pengiriman parcel internasional. Dia tak ingin merepotkan suaminya dengan beban kargo berlebihan. "Kau sungguh fashionista sejati, Esme. Semua barang pilihanmu bagus dan berkelas. Semoga jalan-jalan kita hari ini membuatmu terhibur!" ujar Jeff sambil menunggu petugas di kantor ekspedisi barang memproses barang-barang yang dikirim Esmeralda ke Kansas City."Hanya hari ini saja, Jeff. Maaf kalau aku sedikit
"Jeff, aku ingin kita kembali ke Santorini lain kali. Rasanya seminggu pun tak puas menikmati ketenangan serta keindahan negeri dewa dewi itu!" ujar Esmeralda saat pesawat yang ditumpanginya bersama sang suami lepas dari landasan Bandara Thira."Okay, kenapa tidak? Lain kali akan kutemani berkunjung ke Greece, Esme. Aku ingin sekali ke Italia karena ada liga calcio menjelang final match musim ini. Temani aku menonton pertandingan sepak bola ya?" balas Jeff sambil membelai rambut panjang istrinya yang tergerai.Esmeralda pun mengangguk patuh. Dia berkata, "Pengalaman baru untukku pastinya karena belum pernah menonton langsung pertandingan bola di stadion. Klub mana yang akan berlaga di babak final, Jeff?" "AS Roma FC versus AC Milan FC kalau yang kuikuti dari portal web olah raga, Darling. Itu dua klub besar asal Italia, kita akan menonton di Stadio Olimpico, kandang AS Roma. Aku menjagokan klub itu sejak awal musim berlangsung!" Jeff bercerita penuh semangat dengan mata berbinar-bina
"Chef, ada tamu mencari Anda!" ucap Lucy Marvin, sekretaris Morgan dari interkom mejanya."Ohh, siapa dia? Apa sudah membuat janji sebelumnya, Lucy?" jawab Morgan dengan alis terangkat. Sepertinya dia tak ada meeting dengan klien siang ini."Nona Annabella Stewart, Sir. Belum ada janji sebelumnya, bagaimana?" tanya Lucy seraya menatap wanita muda yang terkenal sebagai penyanyi populer masa kini itu.Morgan menghela napas lalu menjawab, "Biarkan dia masuk ke ruanganku, Lucy!" Sekretaris Morgan mematikan interkom lalu bangkit dari kursinya untuk mengantarkan tamu dadakan bosnya ke ruangan presdir. "Silakan, Nona Annabella. Ini ruang kantor Chef Morgan!" ucapnya sambil membukakan pintu."Thanks, Lucy!" tukas Bella singkat lalu dia masuk sendirian ke ruangan luas bermandikan cahaya matahari siang dari dinding kaca bening di dua sisi.Suara heels sepatu berhak 12 sentimeter itu mengetuk-ngetuk lantai kayu cokelat muda ruangan Morgan. Wanita berambut panjang bergelombang cokelat tua terseb