Dari bandara, Celia langsung menjenguk papanya di ruang ICU rumah sakit. Ketika dia berhadapan dengan Tuan Arnold, tak ada lagi amarah karena masalah pernikahannya dengan Joel Falcon.
"Papa, bagaimana kabarmu?" sapa Celia dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf, kita bertemu ... dalam kondisi Papa terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dunia luar berbahaya, Celia. Itu salah satu alasan Papa memaksamu untuk menikah ... agar kamu memiliki seorang pelindung yang selalu bisa diandalkan!" ujar Tuan Arnold seraya menghela napas lega karena sempat bertemu dengan putri kesayangannya sebelum meninggal dunia.
Celia berdecak lelah. "Papa jangan mulai membuatku ingin kabur lagi!" Dia tertawa kecil lalu melanjutkan, "Uncle Carlos dan para pengawal sudah cukup melindungiku. Lain kali aku akan meminta mereka untuk menemaniku bila harus melakukan perjalanan jauh ke luar negeri."
"Baiklah, terserah kamu saja, Celia Sa
Musim dingin di bulan kedua belas tahun ini dijalani Emilia Pilscher sebagai sosok baru bernama Agatha Cartier. Dia mau tak mau harus menerima identitas yang diberikan oleh Dokter Alan Bowmann itu demi kesejahteraannya sendiri.Sejenak hasrat balas dendam Emilia kepada keluarga Richero sempat padam. Dia larut dalam kebahagiaan dan rasa damai yang ditawarkan oleh suami kontrak barunya. Dahulu dia menikahi Arnold Richero juga dengan perjanjian kontrak yang memiliki batas waktu dan hak yang dibatasi.Perbedaannya yaitu sebagai istri dokter spesialis penyakit dalam sekaligus pemilik rumah sakit terkemuka di Kansas City tersebut, Emilia lebih banyak melayani kebutuhan biologis duda tanpa anak itu. Wajah Dokter Alan terkesan dingin dan jarang tersenyum di depan publik. Namun, bersama istri barunya dia menjadi lebih sering tersenyum. Sosok mendiang istrinya seperti hidup kembali dalam raga yang berdetak jantung dan bernapas."Nyonya, mobil Tuan sudah sampai di depan teras!" lapor Jubelina Wa
"Hubby, apa boleh aku memintamu libur kerja hari ini?" Celia masih bergelung di pelukan suaminya dalam selimut. Pagi di musim dingin itu terasa menusuk di tulang, dia hanya ingin hangat lebih lama bersama Morgan.Morgan mengecup kening Celia sembari tertawa pelan. "Kenapa tidak? Aku akan menemanimu di rumah hari ini, Baby Girl. Biar Alfons yang mengerjakan tugasku di kantor, dia masih bujangan jadi tak ada yang merecoki!" "Terima kasih, aku terkadang merasa melankolis ketika sendirian tanpamu di rumah. Esmeralda masih lincah dengan kehamilannya di trimester awal dan ... hanya satu janin di perutnya. Aku bersama mereka bertiga seperti gajah bengkak!" keluh Celia yang terdengar menyedihkan.Telapak tangan Morgan mengusap-usap perut besar istrinya. Dia mengerti betapa beratnya membawa tiga anak sekaligus. "Maafkan aku yang terlalu banyak memberikan donor sperma kepadamu, Celia!" candanya."Hmm ... bagaimanapun aku menghasilkan tiga sel telur untuk dibuahi, kita terlalu bersemangat bulan
"Hey, jangan coba-coba kabur dariku!" Kyle menangkap lengan Annabella lalu menyentaknya hingga tubuh ramping gadis itu terpental ke dekapannya."Lepaskan! Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu, Kyle!" teriak Annabella sambil meronta‐ronta. "Aku akan melaporkan kau ke majikanmu. Dia pasti tak akan senang bila tahu anjing peliharaannya mencoba merebut kue dari mejanya, bukan?!" sindir Annabella tajam.Amarah menguasai diri Kyle, dia tak suka disamakan dengan anjing oleh perempuan yang di matanya tak ubahnya dengan pelacur. Sebuah tamparan keras membuat wajah Annabella tertoleh ke kiri. "PLAKK!""Itu imbalan atas mulut kotormu, Bella. Di mana kamarmu, hmm? Aku harus menghukummu!" ujar Kyle tak sabar. Dia menemui Annabella hanya untuk menikmati tubuh indah artis terkenal itu bukannya cari masalah dan menjadi tontonan tamu hotel."Aku tidur dengan Roxane, kenapa?" tantang Annabella. Dia berbohong demi keselamatannya."Mana mungkin kau sudi menginap sekamar dengan kacungmu!" Kyle tak per
Suara denting peralatan makan perak dengan piring keramik terdengar samar di antara musik klasik serta obrolan ringan para pengunjung Monsieur Restoran. Annabella berusaha menikmati hidangan steak mahal yang tersaji di piringnya. Dia memang sangat lapar setelah menyanyi dua jam penuh di atas panggung konser tadi. Adrenalinnya telah terkuras habis tadi di New York Times Square, tetapi itu saja tak cukup. Di penghujung harinya pria yang menjadi momok untuk kehidupan damai Annabella muncul tiba-tiba di ruang ganti artis."Kuharap steaknya sesuai seleramu, Darling. Apakah lezat?" Joel berusaha mencairkan suasana yang dingin membeku bagaikan lapisan gletser tebal di Antartika.Anggukan kepala yang enggan itu menjadi satu-satunya jawaban yang diberikan Annabella. Tatapan mata gadis itu menghindari wajah Joel, dia hanya ingin segera pulang ke hotel tempat dia dan Roxane menginap selama berada di New York sebelum berangkat ke Vancouver, Kanada besok pagi."Okay, Girl. Dengarkan aku ya! Entah
"Selamat siang, Mister Addison!" Annabella berusaha terlihat profesional dan tegar di hadapan Steven Addison. Dia tidak boleh mencampur adukkan masalah pribadinya dengan pekerjaan. Pria dengan setelan jas biru tua tanpa dasi itu menjabat tangan Annabella Stewart. Dia mengenal gadis belia di hadapannya, penyanyi bertalenta cemerlang yang sedang naik daun. "Hello, Annabella. Apa kabar?" sapanya hangat lalu mengajak gadis itu duduk di sofa bersamanya. "Aku baik, Sir. Jadi aku mendapat kontak Anda dari Chef Morgan Bradburry. Kami berteman dekat. Well, aku ingin mengadakan sebuah rangkaian konser promo album terbaruku, apa Anda bisa membantu menjadi promoter konser tersebut?" jawab Annabella tanpa berbasa-basi. Dia tahu orang penting sangat sibuk dan dia pun sepertinya nyaris kehabisan waktu.Steven Addison merasa bahwa ini adalah peluang emas, bintang yang sedang bersinar terang jatuh ke dalam genggamannya. Kesempatan sekali seumur hidup pastinya, dia tak mungkin menyia-nyiakan hal sepe
Morgan sedang sibuk dengan daftar klien perusahaan jasa boga miliknya ketika sekretarisnya menghubungi via interkom. "Mister Morgan, Nona Annabella Steward berada di sini dan meminta untuk bertemu Anda. Apa boleh saya persilakan masuk ke ruangan CEO?" "Ohh ... okay, persilakan saja dia masuk!" jawab Morgan sedikit terkejut dengan kunjungan tiba-tiba tanpa perjanjian terlebih dahulu itu. Dia bangkit dari kursinya untuk menyambut kedatangan penyanyi top yang cantik jelita tersebut.Senyuman manis menghiasi wajah Annabella ketika dia melihat Morgan, sebuah helaan napas menyertai jabat tangan mereka. "Hai, Morgan. Senang bisa bertemu lagi denganmu. Maaf bila kedatanganku ini tak terencana. Kau tahu aku sibuk!" ujar gadis itu seraya duduk di sofa berseberangan dengan chef tampan idolanya."Tak apa-apa, jadi kunjunganmu ini dalam rangka apa, Bella?" tanya Morgan to the point. Acara pesta ulang tahun yang ricuh karena reuninya dengan Joel Falcon masih tersisa di sudut benaknya."Aku akan me
Setelah kepulangan Esmeralda ke Kansas City, jabatan CEO grup Richero yang biasa dia jalankan kembali mengisi kesibukannya. Adik tirinya harus banyak beristirahat karena usia kehamilan yang bertambah banyak. Sore itu Jeff yang sudah selesai praktik di rumah sakit menjemput Esmeralda untuk pulang bersamanya. Langit di Kansas sudah mulai gelap ketika senja berganti petang hari. Namun, sang CEO masih saja sibuk mengetik balasan email klien di laptopnya tanpa menyadari suaminya sudah berdiri di sebelahnya.Jemari tangan Jeff memijat bahu dan tengkuk Esmeralda yang kaku akibat tegang sepanjang hari bekerja keras. "Nyonya CEO masih lembur dan lupa suami rupanya!" sindir pria itu. "Ohh ... Jeff, sedikit lagi selesai. Aku akan mengirimkan email ini ke klien, surat kontrak perjanjian kerja sama dengan perusahaan Richero!" jawab Esmeralda lalu menutup laptopnya. Dia membereskan barang-barang ke tas tangan baru yang dibelinya dari Milan sebelum menggandeng lengan Jeff meninggalkan ruangan CEO.
"Terima kasih oleh-olehnya, Esme. Kuakui aku sedikit malas berbelanja. Sudah dua tahun lalu terakhir kali aku membeli tas dan sepatu baru!" ujar Celia setelah melihat buah tangan dari Milan yang diberikan Esmeralda untuknya.Morgan menggeleng-gelengkan kepala karena memang istrinya agak berbeda dibanding wanita pada umumnya. "Aku tak mengerti apa kamu terlalu cuek atau sangat hemat, Baby Girl!" sahut chef tampan itu.Namun, Esmeralda yang telah menjalani kehidupan seumur hidup bersama Celia di kediaman Richero memahami kebiasaan adik tirinya tersebut. Dia berkata, "Celia memang tidak terlalu mengikuti fashion, Morgan. Dia menyukai olah raga atau berkuda. Dahulu papa sampai ingin membelikannya kuda Thoroughbred karena Celia sangat menggemari berkuda.""Iya, ternyata kamu masih mengingat kenangan masa remaja kita dulu, Esme. Entahlah, aku merasa membeli sebuah tas bermerk dengan harga fantastis kurang masuk akal dan manfaatnya minim. Sementara berolah raga golf, tennis, atau berkuda itu
Morgan dan Celia berdiri di antara para penjemput penumpang pesawat asal Italia. Beberapa orang telah keluar dari gerbang kedatangan, tetapi Esmeralda dan Jeff belum juga nampak setelah 15 menit berlalu sejak pengumuman pendaratan."Mereka lama sekali tak kunjung muncul, pesawatnya benar mendarat sore ini 'kan, Morgan?" tanya Celia memastikan informasi kepulangan kakaknya dan Jeff."Benar, ditunggu saja sebentar lagi. Mungkin saja mereka sedang menunggu pengambilan barang di kargo bandara. Ohh ... itu mereka!" Morgan menunjuk pasangan yang baru saja muncul dari gerbang kedatangan sambil mendorong troli berisi koper-koper.Esmeralda bergegas memeluk Celia sembari tertawa riang bersama. "Lama kita tak jumpa, Celia. Kau bertambah besar. Kuharap ketiga keponakanku sehat-sehat di dalam sana!" ujarnya penuh semangat."Yeah ... ini sangat berat, rasanya seperti aku membawa tas penuh barang belanjaan dari supermarket setiap hari, Esme. Ayo kita lanjutkan obrolan di mobil saja, okay?" balas Ce