Prolog

“Aku ini duda. Mana tahan kalau tidak menyentuh wanita sepertimu,” ucap Theo setengah frustrasi mendapat tatapan tajam dari Rose yang ada di depannya. Sungguh, setelah dua kali menyetuh tubuh wanita itu—usai nyaris tiga bulan menjadi seorang ‘gay’. Rupanya membuat Theo ketagihan. Tolakkan dan suara rintihan Rose di bawah kuasanya bagai candu tak berumur, selalu ada dan tak pernah hilang.

“Aku mau kau menjadi sugar babyku,” lanjutnya kini dikuasai sisi dominan. Persetan dengan bagaimana dan siapa Magdalena. Mereka akan bercerai saat wanita itu sadar dari koma. Salahnya sendiri, siapa suruh memilih lelaki lain dan berselingkuh, bahkan menjelekkan Theo di hadapan selingkuhannya.

Fokus Theo saat ini hanya untuk mendapatkan perhatian Rose, wanita cantik yang pernah menjadi saingan dalam memperebutkan cinta Sean. Theo masih ingat bagaimana moleknya tubuh Rose, yang seakan mempunyai magnet ajaib—sanggup memancing miliknya bangkit. Padahal terakhir kali ingin menyentuh wanita di luar sana, puting yang menantang di hadapan tak sanggup membuatnya menegang. Ada apa dengan Rose, si cantik dan manis, tapi sedikit bar – bar itu?

Oh. Theo mulai tidak sabar melihat keterdiaman Rose. Dia terlalu banyak berpikir!

“Kalau kau setuju. Aku akan memberikan segalanya padamu. Uang, apartement baru, mengganti mobil buntut tidak layak pakai milikmu. Bahkan aku bisa membawamu berkeliling dunia sekali pun.”

Theo mulai memamerkan kekuasaan. Sayang, Rose sama sekali tidak tertarik dengan tawarannya.

“Apa yang ada di dalam isi otakmu, huh? Kau sudah menghancurkan hubunganku dan Sean dengan hubungan menyedihkan kalian. Apa kau pikir aku tidak sakit hati melihat kekasihku berselingkuh dengan pria lain? Kalian benar – benar tidak beres!” kesal Rose berapi – api. Dengan cepat dia membereskan sisa barangnya yang tumpah berserak di atas meja. Kemudian kembali menatap Theo dengan tatapan setajam elang.

“Asal kau tahu. Sean-mu yang telah menggodaku! Dia meracik obat perangsang agar aku jatuh ke dalam perangkapnya, saat aku sedang terpuruk dengan perselingkuhan mantan istriku!”

Seakan tak mau kalah. Theo ikut meledak – ledak di hadapan Rose. Demi apa pun dia akan membuat Rose mau menjadi sugar baby. Trauma terhadap pengkhianatan membuatnya tak mau menjalankan hubungan wajar untuk saat ini.

“Aku tidak peduli dengan apa yang Sean dan mantan istrimu lakukan.”

Siapa Theo yang bisa membuat Rose ciut terhadap amarahnya. Rose tidak akan menuruti keinginan konyol pria itu.

“Satu lagi. Menjadi sugar babymu? Hell. Big no! Aku tidak mau!”