Share

Bab 2

Author: Alfylla
last update Last Updated: 2025-07-16 17:08:45

Seorang wanita cantik dengan name-tag Karina terlihat sedang sibuk membereskan berkas di mejanya. Dia memastikan lagi kalau semua berkas yang dia pegang lengkap tanpa ada yang tertinggal satu pun. Setelah yakin semuanya sudah dia pegang, wanita tersebut berjalan masuk ke dalam ruangan atasannya.

"Ini biografinya. Zara yang mengirimkannya pada saya, Pak." Karina menyerahkan berkas yang dia pegang pada sang atasan, Alan Geraldino.

"Sudah kubilang agar jangan terlalu formal jika kita hanya berdua." Alan, atasan sekaligus sahabat dan adik ipar Karina berkata dengan sedikit rasa kesal.

"Baiklah, Alan." Karina menuruti keinginan pria itu. Alan mengangguk, lalu mulai membaca biografi seorang wanita yang dikirimkan oleh Zara, keponakan Alan sendiri.

"20 tahun? Menurutmu dia cocok untuk menemaniku?" tanya Alan sedikit ragu. Perbedaan usia yang sangat jauh membuat Alan ragu jika wanita rekomendasi keponakannya cocok untuk menemaninya besok malam.

"Usia tak jadi masalah, Alan. Dia bisa di permak agar terlihat lebih dewasa dari umurnya." Karina menjawab. Alan terdiam, dan lanjut membaca isi berkas tersebut.

"Evelyn Rosalina? Namanya terasa tak asing," ucap Alan dengan suara pelan.

"Kamu punya banyak mantan juga kenalan wanita, Alan. Mungkin ada satu atau dua wanita yang memiliki nama yang sama," komentar Karina. Alan mengangguk, setuju dengan ucapan Karina barusan. Bisa jadi.

"Baiklah. Terima saja. Besok aku ingin kamu bawa dia ke salon dan butik. Pastikan dia berpenampilan dengan benar. Jangan sampai membuatku malu," ujar Alan. Dia menyimpan berkas tersebut di atas meja lalu menatap Karina yang berdiri di sampingnya.

"Kamu tak mau menemuinya dulu?" tanya Karina dengan sebelah alis terangkat.

"Tak perlu. Besok aku akan langsung menjemputnya saat akan berangkat," jawab Alan. Karina mengangguk kecil. Dia mengambil berkas biografi Evelyn lalu berjalan keluar dari ruangan Alan.

Alan menghela nafas pelan setelah kepergian Karina. Dia merasa pening sendiri dengan pekerjaan yang terasa tak ada habisnya. Padahal dia baru pulang dari Amerika, namun langsung diberi tugas untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan. Belum lagi dia harus menghadiri acara reuni SMA-nya. Yang sebenarnya tak terlalu ingin Alan hadiri. Hanya saja, ego Alan terlalu besar jika dia tak hadir dalam acara reuni tersebut. Pasalnya, mantan istrinya pasti hadir. Dan Alan tak mau dianggap gagal move on dari wanita itu jika sampai tidak hadir.

Mengingat acara reuni tersebut, membuat Alan teringat pada biografi wanita bernama Evelyn yang barusan dia baca. Alan berusaha mengingat nama itu, karena dia merasa tak asing. Apa mungkin teman masa sekolahnya ada yang mempunyai nama tersebut? Atau mungkin teman masa kuliah? Atau mungkin rekan kerja dan kolega?

Alan tak bisa mengingatnya dengan jelas. Tapi mungkin perkataan Karina ada benarnya. Ada banyak wanita yang memiliki nama sama. Dan mungkin Alan pernah bertemu dengan seorang wanita bernama Evelyn Rosalina di tempat lain.

Ya, bukan tanpa alasan sebenarnya Alan mencari seseorang yang mau dan bisa dia ajak ke acara reuni nanti. Pertama, Alan tak mau di ejek karena menyandang status duda. Kedua, Alan tidak mau dianggap gagal move on oleh mantan istrinya. Apalagi Alan juga sudah mendengar kabar kalau mantan istrinya sudah menikah lagi.

Oh tentu saja. Bagi wanita yang tak setia pasti akan mudah menemukan pengganti. Tidak seperti Alan yang memang tak mau mencari pasangan lagi secara asal-asalan.

Alan Geraldino. Itulah nama lengkap Alan. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya bernama Tiana, yang merupakan ibu kandung Zara. Lalu kakak keduanya bernama Vino, yang merupakan suami Karina.

Alan dan Karina adalah sahabat sejak zaman SMA. Seperti sebuah pepatah, tak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan. Dan ya, Alan mengakuinya. Dia sempat memiliki perasaan cinta pada Karina saat mereka masih sekolah. Alan juga sempat mengutarakan perasaannya pada Karina. Namun, cintanya ditolak oleh Karina. Yang paling menyesakkan adalah saat Karina mengaku kalau yang dicintai olehnya bukanlah Alan, melainkan Vino.

Mau tak mau, Alan harus merelakan Karina bersama Vino. Apalagi Alan juga tahu kalau Vino juga menyukai Karina sejak lama. Pada akhirnya, hubungannya dengan Karina hanya sebatas sahabat dan ipar saja.

Alan patah hati jelas. Namun itu tak berlangsung lama. Saat kuliah dia mulai dekat dengan teman satu SMA-nya yang bernama Citra. Saat masih SMA mereka tak terlalu saling mengenal. Dan setelah saling mengenal karena satu jurusan yang sama di kampus, mereka pun semakin dekat dan akhirnya menjalin hubungan.

Alan berpacaran cukup lama dengan Citra. Mereka juga beberapa kali putus, namun memutuskan untuk bersama lagi. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah tujuh tahun yang lalu. Dan ternyata pernikahan mereka hanya bertahan lima tahun saja. Alan menceraikan Citra, setelah tahu kalau ternyata wanita itu memiliki pria lain. Alasan yang lain adalah karena Alan kecewa pada semua kebohongan Citra. Alan yang menginginkan seorang anak, namun Citra sengaja memakai kontrasepsi secara diam-diam karena tak mau memiliki anak. Citra memiliki pemahaman kalau sudah memiliki anak dia tak akan bisa bebas lagi.

Dan terhitung sekarang, Alan sudah dua tahun menjadi duda. Dia belum pernah dekat lagi dengan wanita mana pun setelah bercerai. Alan memilih untuk fokus saja pada pekerjaannya. Melanjutkan kepemimpinan sang ayah di perusahaan.

Tentang Karina yang sekarang bekerja jadi sekretarisnya, itu semua adalah keputusan keluarga. Karina menikah dengan Vino setelah lulus kuliah. Dia sempat hamil, namun keguguran. Karena keguguran itu, rahim Karina juga terpaksa diangkat hingga dia tak akan pernah bisa hamil lagi.

Keluarga pun sepakat agar menjadikan Karina sebagai sekretaris Alan di kantor. Mereka melakukan itu agar Karina memiliki kesibukan hingga tak akan terlalu memikirkan kesedihan akibat kondisinya sekarang. Beruntung, Vino sebagai suaminya tak mempermasalahkan keadaan Karina. Dia tetap setia walau tahu Karina tak akan pernah bisa memberikannya anak. Dan keluarga Vino pun menerima baik kondisi Karina.

Mereka semua tak pernah tahu kalau Alan sempat mencintai Karina. Alan dan Karina pun tak memiliki niat untuk bercerita. Cukup mereka berdua saja yang tahu tentang hal itu. Bukan ingin main rahasia dari suaminya, justru Karina sengaja tak bercerita agar tak ada kesalahpahaman. Dan lagi, dia tak pernah merasakan perasaan apapun pada Alan sampai sekarang. Begitu juga dengan perasaan Alan terhadap Karina yang sekarang sudah berubah.

Tak ada alasan kuat untuk mereka menceritakan hal tersebut pada orang lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Not) One Night   Bab 6

    Evelyn dan Alan kini sudah berada di dalam mobil milik Alan. Alan memakai sabuk pengaman dan juga membantu memakaikan sabuk pengaman pada Evelyn yang agak kesusahan. Evelyn mengucapkan terima kasih, namun tak dibalas apapun oleh Alan.Evelyn tersenyum kecil, merasa bahagia karena semuanya sudah selesai. Setelah ini dia akan pulang, mendapatkan bayaran, dan semuanya selesai. Dia bisa segera melunasi hutangnya dan hidupnya akan tenang seperti sedia kala.Setelah beberapa saat, Alan tak kunjung menghidupkan mesin mobilnya. Evelyn melirik ke arah pria itu, yang sedang menyandar dengan sebelah tangan menutupi matanya. Tunggu, apa dia ketiduran?"Kenapa kamu menerima tawaran Zara untuk menemaniku ke sini?" Evelyn terperanjat kaget saat Alan tiba-tiba bersuara. Alan menurunkan lengannya lalu menatap Evelyn dengan serius."Karena aku membutuhkan uang." Evelyn menjawab dengan jujur. Dia menunduk, merasa malu mengatakan itu. Tapi, memang itu kebenarannya."Butuh berapa?" Alan bertanya lagi. Eve

  • (Not) One Night   Bab 5

    Evelyn duduk berdua dengan Karina di sofa yang terletak di pojok ruangan. Acara reuni ini menurut Evelyn tak terlihat seperti acara reuni. Dari obrolan orang disekitarnya, kebanyakan hanya berusaha pamer dengan keadaan dan pencapaian masing-masing. Acara ini juga terlihat seperti sebuah pesta pernikahan atau pesta ulang tahun. Alan entah pergi kemana, dan meninggalkan Evelyn berdua dengan Karina. Jujur saja, Evelyn malah senang bisa bersama dengan Karina. Setidaknya, dia bisa merasa santai saat bicara pada wanita tersebut."Ini acara reuni tahun ke berapa?" Evelyn bertanya. Di tangannya ada segelas es jeruk yang dibawakan oleh Karina tadi."Tahun ke-19 sejak kelulusan kami. Tapi, acara reuni ini hanya dilakukan beberapa tahun sekali, tidak setiap tahun. Dan kebetulan ini acara reuni pertama sejak Alan bercerai dengan mantan istrinya," ucap Karina. Dia sedikit berbisik di kalimat terakhir. Evelyn kemudian ingat perkataan Karina kalau mantan istri Alan juga hadir di acara tersebut."Ap

  • (Not) One Night   Bab 4

    Evelyn menatap pantulan dirinya di cermin. Sungguh, dia tak percaya kalau itu adalah dirinya sendiri. Bukan mau sombong atau kepedean, tapi Evelyn merasa dirinya sangat cantik sekali sekarang. Itulah kenapa dia tak percaya kalau seseorang dalam cermin itu adalah dirinya sendiri.Ya, Evelyn sudah selesai dipermak habis-habisan oleh pegawai salon. Dia mendapatkan pelayanan eksklusif dari ujung rambut sampai kaki. Rambutnya yang agak kasar kini terlihat sangat lembut dan cantik. Kuku tangannya yang semula polos kini sudah terlihat cantik karena dipoles. Wajahnya yang biasanya natural tanpa make up kini sudah dipoles make up hingga Evelyn tak mengenali dirinya sendiri."Bagaimana? Apa kamu puas dengan hasilnya?" Karina berjalan mendekati Evelyn yang masih mengagumi pantulan dirinya sendiri di cermin."Ini sangat menakjubkan. Aku seperti orang yang berbeda," ucap Evelyn kagum. Karina terkekeh geli mendengar penuturan polos Evelyn. Ah, dia jadi sadar sesuatu. Evelyn masih berusia 20 tahun,

  • (Not) One Night   Bab 3

    "Eve, nanti akan ada yang menjemputmu ke cafe pukul satu siang. Kamu bisa kan izin kerja setengah hari saja?"Evelyn membuka ponselnya saat pekerjaannya sedikit senggang. Dan ternyata ada pesan masuk dari Zara. Evelyn kemudian melihat jam di ponselnya dan ternyata sekarang sudah jam sebelas. Itu berarti dua jam lagi akan ada yang menjemputnya, entah siapa."Rita, kira-kira Bu Hani beri izin gak ya kalau aku pulang lebih awal?" Evelyn bertanya pada Rita yang sedang menyiapkan minuman."Ada urusan kah?" tanya Rita seraya menengok sekilas padanya."Iya." Evelyn menjawab singkat tanpa mau memberitahu Rita soal urusan yang dia maksud."Aku gak tahu juga. Tapi kamu coba saja dulu. Dan jangan lupa, berikan alasan yang masuk akal," ujar Rita. Setelah mengatakan itu, Rita pergi meninggalkan Evelyn untuk mengantarkan pesanan pelanggan.Evelyn diam sesaat seraya memegang ponselnya dengan erat. Berusaha memikirkan alasan yang tepat untuk meminta izin pulang lebih awal pada Bu Hani, yang merupakan

  • (Not) One Night   Bab 2

    Seorang wanita cantik dengan name-tag Karina terlihat sedang sibuk membereskan berkas di mejanya. Dia memastikan lagi kalau semua berkas yang dia pegang lengkap tanpa ada yang tertinggal satu pun. Setelah yakin semuanya sudah dia pegang, wanita tersebut berjalan masuk ke dalam ruangan atasannya."Ini biografinya. Zara yang mengirimkannya pada saya, Pak." Karina menyerahkan berkas yang dia pegang pada sang atasan, Alan Geraldino."Sudah kubilang agar jangan terlalu formal jika kita hanya berdua." Alan, atasan sekaligus sahabat dan adik ipar Karina berkata dengan sedikit rasa kesal."Baiklah, Alan." Karina menuruti keinginan pria itu. Alan mengangguk, lalu mulai membaca biografi seorang wanita yang dikirimkan oleh Zara, keponakan Alan sendiri."20 tahun? Menurutmu dia cocok untuk menemaniku?" tanya Alan sedikit ragu. Perbedaan usia yang sangat jauh membuat Alan ragu jika wanita rekomendasi keponakannya cocok untuk menemaninya besok malam."Usia tak jadi masalah, Alan. Dia bisa di permak

  • (Not) One Night   Bab 1

    Evelyn Rosalina. Seorang wanita muda berusia 20 tahun yang bekerja sebagai pelayan cafe. Dia tak memiliki orang tua, dan besar di sebuah panti asuhan. Evelyn hanya seorang lulusan SMA saja. Dia tidak kuliah, karena tidak memiliki biaya. Apesnya, dia juga tak memiliki otak cerdas hingga dia tak mendapatkan beasiswa apapun.Sejak dua tahun yang lalu, Evelyn sudah bekerja di beberapa tempat. Toko sepatu, toko pakaian, kasir minimarket, hingga pekerjaannya sekarang sebagai pelayan cafe. Evelyn bersyukur karena masih bisa mendapatkan pekerjaan hanya dengan modal ijazah SMA saja.Hari ini, Evelyn terlihat lebih murung dari hari-hari kemarin. Teman-temannya tahu betul alasan kenapa Evelyn terlihat sangat murung dan pendiam hari ini."Masih gak ada kabar darinya, Eve?" Salah satu teman Evelyn mendekat dan bertanya pada Evelyn yang baru saja meneguk segelas air."Dia benar-benar kabur. Aku sudah bingung bagaimana melunasi semua hutangnya," jawab Evelyn mengeluh.Ya, kesalahan terbesar Evelyn a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status