Share

Bab 3

Author: Alfylla
last update Last Updated: 2025-07-16 17:09:24

"Eve, nanti akan ada yang menjemputmu ke cafe pukul satu siang. Kamu bisa kan izin kerja setengah hari saja?"

Evelyn membuka ponselnya saat pekerjaannya sedikit senggang. Dan ternyata ada pesan masuk dari Zara. Evelyn kemudian melihat jam di ponselnya dan ternyata sekarang sudah jam sebelas. Itu berarti dua jam lagi akan ada yang menjemputnya, entah siapa.

"Rita, kira-kira Bu Hani beri izin gak ya kalau aku pulang lebih awal?" Evelyn bertanya pada Rita yang sedang menyiapkan minuman.

"Ada urusan kah?" tanya Rita seraya menengok sekilas padanya.

"Iya." Evelyn menjawab singkat tanpa mau memberitahu Rita soal urusan yang dia maksud.

"Aku gak tahu juga. Tapi kamu coba saja dulu. Dan jangan lupa, berikan alasan yang masuk akal," ujar Rita. Setelah mengatakan itu, Rita pergi meninggalkan Evelyn untuk mengantarkan pesanan pelanggan.

Evelyn diam sesaat seraya memegang ponselnya dengan erat. Berusaha memikirkan alasan yang tepat untuk meminta izin pulang lebih awal pada Bu Hani, yang merupakan manager cafe tersebut. Pasalnya, manager tersebut sangat ketat dalam peraturan. Evelyn tak mau jika nantinya dia malah kehilangan pekerjaan.

Setelah berpikir lama dan menyiapkan diri, akhirnya Evelyn keluar dari dapur dan berjalan menuju ruangan Hani yang terletak tak jauh dari dapur. Evelyn mengetuk pintunya dengan perlahan dan tak terburu-buru. Saat ada suara dari dalam yang menyuruhnya masuk, Evelyn pun langsung membuka pintunya.

"Maaf mengganggu Anda, Bu." Evelyn meminta maaf seraya duduk di depan manager tersebut.

"Ada apa?" Hani bertanya langsung tanpa basa-basi. Matanya menatap tajam pada Evelyn, dan itu berhasil membuat Evelyn gugup. Rangkaian kata yang sudah dia siapkan sejak tadi langsung menguap entah kemana.

"Bo-bolehkah saya izin pulang lebih awal, Bu? Saya ada urusan penting hari ini," ucap Evelyn dengan terbata. Jantungnya berdegup kencang dan telapak tangannya langsung berkeringat. Dia sangat gugup karena harus berhadapan dengan Hani yang memang terkenal dengan sifat dingin dan judesnya.

"Urusan apa? Tak bisa diundur?" tanya Hani. Sebenarnya dia bertanya dengan biasa saja, namun nadanya malah membuat Evelyn merasa terintimidasi.

"Ti-tidak, Bu. Urusannya hanya hari ini saja, Bu. Saya janji hanya sekali ini saja," jawab Evelyn. Dia tak menjawab Hani yang menanyakan urusan apa. Namun sepertinya Hani juga tak berniat bertanya lebih lanjut.

"Silahkan. Tapi ingat, hanya sekali ini saja," ucap Hani dengan tegas. Evelyn tersenyum lega mendengar itu. Dia pun mengangguk dengan semangat, dan tak lupa berterima kasih karena sudah diberi izin. Setelah urusannya dengan Hani selesai, Evelyn pun keluar dari sana. Dia merasa bahagia dan lega sekaligus.

Semoga saja semuanya berjalan dengan lancar. Evelyn tak sabar untuk segera mendapatkan bayaran yang mana uangnya bisa dia gunakan untuk membayar semua pinjaman online di ponselnya. Hidupnya pasti akan tenang setelah semua pinjaman online itu dilunasi.

***

Evelyn berdiri di parkiran cafe bersama dengan seorang wanita dewasa yang cantik dan berpenampilan rapi. Senyumnya sangat ramah, membuat Evelyn merasa tenang.

"Evelyn Rosalina?" Wanita itu bertanya, dan Evelyn langsung mengangguk sebagai jawaban.

"Aku Karina. Aku diminta oleh Alan untuk mendandani kamu dan mempersiapkan kamu. Nanti pukul tujuh malam Alan akan menjemputmu," ucap wanita tersebut yang ternyata adalah Karina. Evelyn mengangguk tanpa bicara apapun. Dia pun langsung mengikuti langkah Karina masuk ke dalam sebuah mobil mewah berwarna silver. Evelyn merasa kagum setelah berada di dalam mobil tersebut. Terlihat norak memang. Pasalnya dia jarang naik mobil. Paling juga dia hanya naik taksi online. Itu pun keadaan mobilnya tak pernah lebih baik dari mobil Karina sekarang.

"Jadi, kamu teman Zara?" Karina bertanya, memulai obrolan pada Evelyn yang duduk di sampingnya.

"Iya, Bu. Kami teman saat masih SMA," jawab Evelyn. Dia berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.

"Zara memiliki banyak teman. Tapi hanya kamu yang dia rekomendasikan untuk menemani pamannya sendiri," ujar Karina. Evelyn tersenyum canggung mendengar itu. Mendengar kata 'paman' membuat Evelyn menerka-nerka bagaimana rupa paman Zara tersebut.

"Kebetulan saya memang sedang butuh uang, Bu. Zara tahu itu," balas Evelyn jujur. Karina terlihat agak kaget mendengar itu. Namun dia tak bertanya, karena takut membuat Evelyn tersinggung.

"Kamu tinggal sendirian, Kah? Atau bersama orang tua?" Karina terus bertanya, agar suasana di antara mereka tidak terasa canggung dan hening.

"Sendirian, Bu. Saya tidak punya orang tua." Evelyn menjawab dengan tenang. Namun hati Karina terasa mencelos mendengar itu. Ah, sekarang dia paham. Evelyn mungkin tergolong orang yang susah hingga dia mau menerima pekerjaan singkat ini. Ya wajar lah. Apalagi jika dia memang tak punya orang tua, tak ada tempat untuk mengadu atau berkeluh kesah.

Setelah beberapa menit, akhirnya mobil Karina sampai di parkiran sebuah salon. Karina mengajak Evelyn untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam salon bersamanya. Evelyn agak bingung, jadi dia memilih untuk mengikuti langkah Karina saja. Dan lagi, Evelyn berdecak kagum setelah berada di dalam salon yang mewah tersebut.

Karina berjalan mendekati seseorang yang merupakan salah satu pegawai salon tersebut. Mereka berdua berbincang beberapa saat, lalu pegawai salon tersebut melihat ke arah Evelyn dan tersenyum ramah.

"Bisa selesai sebelum jam tujuh malam kan? Soalnya nanti Alan akan menjemputnya," ujar Karina.

"Kami akan mengusahakan yang terbaik, Bu. Anda jangan cemas," ucap pegawai tersebut. Karina tersenyum mendengarnya.

"Evelyn, ikuti dia. Jangan takut dan dengarkan saja semua instruksi dari mereka. Aku akan pergi untuk menyiapkan bajumu. Nanti aku ke sini lagi," ucap Karina. Evelyn yang bingung hanya bisa mengangguk saja. Setelah Karina pergi, Evelyn di ajak masuk lebih dalam lagi di salon tersebut. Evelyn tak tahu apa yang akan dilakukan mereka padanya, hanya berharap tak ada yang menyakitkan saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Not) One Night   Bab 72

    Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam, dan setelah makan malam bertiga bersama Zara, Evelyn langsung mengajak Alan ke kamar. Evelyn melakukan itu karena tahu Alan akan banyak bertanya pada Zara tentang semua kejadian hari ini, sedangkan Zara belum siap bercerita. Evelyn tak mau Alan memaksa Zara untuk bercerita. "Dia tidak cerita apa-apa? Sedikit pun tidak?" Alan bertanya pada Evelyn dengan nada tak percaya. "Zara bilang dia belum siap bercerita untuk saat ini. Tak apalah, Mas. Mas Alan sudah membantunya menunjukkan jalan. Biarkan Zara melakukannya sendiri sekarang. Dia pasti punya rencana juga," ucap Evelyn seraya mengelus lembut rahang tegas suaminya. "Seharusnya dia cerita walau sedikit saja tentang yang terjadi tadi," balas Alan sedikit sebal. Ya, setelah sarapan dan bicara sebentar pada kakaknya Leon tentang kelakuan Leon yang tak menyenangkan terhadap Zara, Alan langsung berangkat kerja dan meninggalkan Zara berdua bersama dengan kakaknya Leon yang bernama Alfian Biantara

  • (Not) One Night   Bab 71

    Alan duduk di sofa ruang keluarga bersama dengan Evelyn dan Zara. Dia dan Evelyn sama-sama sedang menikmati rujak buah, sementara Zara hanya memandangi mereka saja tanpa rasa ingin untuk ikut mencoba rujak tersebut. Alan yang sedang ngidam ingin memakan rujak buah memaksa Zara keluar rumah untuk mencari dan membeli untuknya. Zara sudah menolak dan menyuruh Alan beli rujak sendiri. Namun satu ancaman dari Alan berhasil membuat Zara turun dari atas ranjang dan berjalan keluar rumah untuk mencari rujak. Menyedihkan sekali. Yang hamil Evelyn, yang ngidam Alan, malah dia yang repot menuruti ngidam pamannya tersebut. "Zara, kamu gak mau cobain? Enak loh. Seger," ucap Evelyn seraya menyodorkan rujak miliknya pada Zara. Zara langsung mengangkat tangan ke hadapan Evelyn dan menggeleng. "Kalau mau aku pasti beli sendiri tadi, Eve," balas Zara. Dia lalu membaringkan tubuhnya di sofa panjang dan menghela nafas pelan. "Jadi ceritanya kamu sakit hati dijadikan bahan taruhan oleh laki-laki itu?

  • (Not) One Night   Bab 70

    Sebelum tahu kalau dirinya sedang hamil, Evelyn baik-baik saja. Dan bahkan setelah tahu dia kini sedang mengandung bayi kembar pun Evelyn tetap baik-baik saja, sehat tanpa ada masalah sedikit pun. Dia bisa beraktifitas dengan normal tanpa hambatan. Dan ternyata, fase ngidam yang cukup parah bukan dirasakan oleh Evelyn, tapi oleh suaminya sendiri, Alan. Satu minggu setelah kehamilan Evelyn diketahui, Alan masih sehat seperti biasa. Namun perlahan, setiap pagi dia merasa kurang enak badan. Setelah minum obat karena dipikir terlalu lelah bekerja, ternyata tak mempan sama sekali. Dan akhirnya Alan malah sering merasakan lemas pada tubuhnya. Tak ada semangat untuk bekerja, dan maunya tidur sepanjang hari ditemani oleh Evelyn. Seperti hari ini, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan Alan masih setia bergelung dengan selimut. Saat Evelyn membuka gorden kamar mereka dan membiarkan cahaya matahari masuk, Alan malah sengaja menaikkan selimut ke atas kepalanya. Pertanda kalau dia tak mau

  • (Not) One Night   Bab 69

    Evelyn mengakui diri sendiri kalau setelah menikah dengan Alan, terutama setelah patah kakinya sembuh dan dia bisa bergerak bebas, dia sendiri yang sering meminta jatah pada Alan. Entah itu malam, atau siang. Kalau siang hari, Evelyn jelas meminta hanya saat Alan libur kerja dan Zara tak ada di rumah saja. Dulu, Evelyn suka malu-malu walau akhirnya menikmati juga. Namun setelah menikah, dia berani mengikuti Alan mengeksplor lebih jauh lagi tentang seks yang bisa membuat hubungan suami istri semakin harmonis dan intim. Saat Alan bekerja, Evelyn sering membuka internet. Mencari bacaan tentang berbagai macam nasehat dan cara agar hubungan suami istri tetap harmonis, dan seks yang terjadi tak terasa membosankan. Berbagai gaya hubungan intim selalu Evelyn cari tahu, dan pada malam harinya dia meminta pada Alan untuk mempraktekkan. Evelyn melakukan itu karena satu hal saja sebenarnya. Dia ingin Alan puas dengan semua pelayanan yang dia berikan. Dia ingin memberikan kepuasan yang maksimal

  • (Not) One Night   Bab 68

    Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, dan Zara sudah berangkat ke rumah temannya. Di rumah tinggallah Alan berdua dengan Evelyn. Dan mereka berdua lebih senang menghabiskan waktu bersama di dalam kamar saja. "Ini hari Minggu loh. Kamu gak ada keinginan untuk jalan-jalan?" Alan bertanya pada Evelyn. Sekarang, posisinya Evelyn duduk di atas ranjang dengan kaki selonjoran. Sedangkan Alan berbaring dengan paha Evelyn yang dijadikan sebagai bantal. "Kan dokter bilang kalau aku belum boleh banyak berjalan. Jadinya lebih baik diam di rumah saja. Aku gak bosan kok. Kan ada Mas Alan yang menemani aku," jawab Evelyn. Sebelah tangannya bergerak menyentuh dan memainkan rambut Alan yang lebat. "Itu benar." Alan bergumam pelan. Matanya terpejam, menikmati usapan lembut tangan Evelyn di kepalanya. "Mas, sekarang kan aku sudah bisa berjalan walau belum normal sepenuhnya. Jadi, bagaimana kalau kita merencanakan punya anak saja sekarang?" Evelyn bertanya pada Alan dengan perasaan sedikit khawatir aka

  • (Not) One Night   Bab 67

    Delapan bulan kemudian.Bulan demi bulan terlewati, dan tak terasa semuanya sudah berlalu cukup lama sejak kecelakaan waktu itu terjadi. Hukuman sudah diberikan pada Citra dan suaminya, juga pada supir minibus yang mengaku di bayar oleh pasangan suami istri tersebut.Sebagaimana yang Alan katakan di awal, dia puas karena sudah berhasil menghajar suami Citra di kantor polisi, dan jelas tak ada yang membela pria itu. Dan yang Alan katakan tentang Citra pun benar terjadi. Satu bulan Citra dalam penjara, dia habis di siksa dan dipukuli oleh teman satu selnya. Kenapa bisa begitu? Simple saja. Alan punya banyak uang agar setiap yang dia inginkan bisa terlaksana.Setelah bulan demi bulan terlewati, kondisi kaki Evelyn pun terus membaik. Dokter bilang tulangnya yang patah sudah menyatu kembali. Evelyn sudah mulai bisa berjalan, walau begitu dokter menyarankan agar tidak terlalu lama saat berjalan. Namun, untuk kegiatan di rumah sekarang sudah bisa dilakukan."Eve, harusnya kamu istirahat saja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status