Share

Bab 4

Penulis: Alfylla
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-16 17:10:31

Evelyn menatap pantulan dirinya di cermin. Sungguh, dia tak percaya kalau itu adalah dirinya sendiri. Bukan mau sombong atau kepedean, tapi Evelyn merasa dirinya sangat cantik sekali sekarang. Itulah kenapa dia tak percaya kalau seseorang dalam cermin itu adalah dirinya sendiri.

Ya, Evelyn sudah selesai dipermak habis-habisan oleh pegawai salon. Dia mendapatkan pelayanan eksklusif dari ujung rambut sampai kaki.

Rambutnya yang agak kasar kini terlihat sangat lembut dan cantik. Kuku tangannya yang semula polos kini sudah terlihat cantik karena dipoles. Wajahnya yang biasanya natural tanpa make up kini sudah dipoles make up hingga Evelyn tak mengenali dirinya sendiri.

"Bagaimana? Apa kamu puas dengan hasilnya?" Karina berjalan mendekati Evelyn yang masih mengagumi pantulan dirinya sendiri di cermin.

"Ini sangat menakjubkan. Aku seperti orang yang berbeda," ucap Evelyn kagum. Karina terkekeh geli mendengar penuturan polos Evelyn. Ah, dia jadi sadar sesuatu. Evelyn masih berusia 20 tahun, masih sangat muda. Jarak usianya dengan Alan sangat jauh. Tapi, Karina akan memastikan penampilan Evelyn agar terlihat lebih dewasa. Jangan sampai orang-orang sadar kalau Alan membawa seorang wanita muda di acara reuni nanti.

"Pakai ini. Sebentar lagi Alan akan datang ke sini. Kita akan berangkat bersama," ucap Karina. Dia menyerahkan sebuah paperbag pada Evelyn yang diterima Evelyn dengan bingung.

"Aku tunggu di depan ya. Mereka akan membantumu memakai gaun itu," ucap Karina. Setelah mengatakan itu, Karina pun pergi dari sana.

"Ayo, Bu. Kita bantu," ucap salah satu pegawai salon. Dia mengambil paperbag yang diserahkan oleh Karina pada Evelyn. Lalu dia mengeluarkan sebuah gaun berwarna navy yang sangat indah. Mata Evelyn langsung melotot melihat gaun tersebut.

Ya Tuhan. Dia harus memakai baju seksi itu? Yang benar saja!

***

Evelyn lagi-lagi menatap pantulan dirinya di cermin. Sekarang, dia sudah memakai gaun indah berwarna navy yang disiapkan oleh Karina untuknya. Selain indah, gaun itu juga berkilau. Evelyn sebenarnya kurang suka gaun itu karena memperlihatkan bahu beserta punggungnya. Namun, dia juga tak bisa menolak. Tak apa. Demi uang agar dia bisa bayar utang.

Rambut Evelyn diikat tinggi-tinggi dan dibuat bergelombang di bagian ujungnya. Dia juga sudah memakai perhiasan yang juga disiapkan oleh Karina. Dan lihatlah, sekarang dia memang tak terlihat seperti gadis berusia 20 tahun. Usianya terasa  bertambah karena penampilannya sekarang.

"Mari, Bu. Mereka sudah menunggu." Salah satu pegawai salon mengajak Evelyn untuk segera keluar dari sana. Evelyn mengangguk dan berjalan pelan. Dia memakai high heels setinggi tujuh centimeter, dan Evelyn berusaha sekeras mungkin agar jangan sampai jatuh.

Perlahan, pintu terbuka. Evelyn berjalan keluar dari ruangan tersebut. Decakan kagum dari Karina yang pertama Evelyn dengar. Wanita itu langsung menghampiri Evelyn dan tak henti memuji Evelyn yang terlihat sangat mengagumkan sekarang.

"Alan, lihatlah. Gaun yang kamu pilih sangat cocok untuk Evelyn," ujar Karina. Evelyn melihat ke depan, dan ada dua pria di sana. Entah mana yang bernama Alan, karena dua-duanya menampakkan raut wajah yang sama datarnya. Namun, jujur saja mereka berdua sangat tampan. Ya Tuhan. Evelyn merasa terpesona melihat mereka dengan sikap dinginnya.

"Ayo kita berangkat. Acaranya akan dimulai sebentar lagi." Salah satu dari pria itu berkata. Karina tersenyum dan mengangguk. Dia lalu berjalan meninggalkan Evelyn dan menggandeng lengan pria yang berbicara barusan. Sekarang Evelyn tahu mana pria bernama Alan, karena yang satu lagi merupakan pasangan Karina.

"Evelyn, kita bertemu di sana nanti." Karina berucap sebelum pergi lebih dulu. Evelyn menatap kepergian Karina dengan senyuman kecil. Kemudian dia hanya berdiri saja di sana, karena bingung harus melakukan apa.

Alan menatap Evelyn dalam diam. Matanya memicing, memperhatikan wanita muda itu dari atas ke bawah beberapa kali. Alan ingat jelas wajah Evelyn yang dia lihat di foto biografi yang dikirimkan oleh Zara. Dan wajah difoto itu sangat berbeda dengan aslinya sekarang. Oh tentu saja. Di foto itu, Evelyn tak memakai apa-apa, sangat natural. Beda dengan sekarang yang memang sengaja dipermak agar terlihat lebih dewasa dari usianya.

Alan berjalan mendekati Evelyn yang terlihat gugup dan bingung. Alan sungguh tak percaya kalau dia akan mengajak seorang wanita berusia 20 tahun ke acara reuninya. Ya, semoga saja tak ada yang menyadari kalau usia Evelyn jauh di bawahnya.

Alan mengulurkan tangannya ke arah Evelyn. Evelyn menatapnya dengan bingung, kemudian menerima uluran tangan Alan dengan ragu.

"Dengarkan saja apa yang aku katakan. Tak perlu berusaha berbaur dengan yang lain dan jangan bicara dengan orang lain." Alan berkata dengan suara rendahnya yang membuat Evelyn merinding.

"Ba-baik." Evelyn membalas dengan suara pelan. Alan menatapnya beberapa saat, kemudian menarik pelan Evelyn agar mengikuti langkahnya. Mereka berjalan keluar dari salon dan menghampiri mobil mewah Alan yang terparkir rapi di depan salon.

Alan membuka pintu mobil lalu memberi kode pada Evelyn untuk masuk. Setelah Evelyn masuk, Alan menutup pintunya. Kemudian dia berjalan memutari mobil dan masuk ke dalamnya juga. Dia duduk dibalik kemudi, dan Evelyn duduk di sampingnya.

Selama di dalam mobil, Alan maupun Evelyn sama-sama diam. Tak ada obrolan apapun hingga suasana terasa sangat hening dan canggung bagi Evelyn. Jantungnya berdegup dengan kencang, karena merasa gugup. Dia tak bisa berhenti menerka acara reuni seperti apa yang akan dia hadiri. Melihat penampilan Alan sekarang, juga Karina beserta pasangannya tadi membuat Evelyn yakin kalau yang hadir pasti bukan orang-orang biasa sepertinya.

Oh tentu Evelyn juga ingat penampilannya sekarang yang memang terlihat mewah. Itu mengartikan, kalau acara reuni yang akan dihadiri pasti berisi orang-orang kaya dari kalangan atas. Memikirkan itu membuat Evelyn merasakan mulas.

Bagaimana jika dia membuat kesalahan? Bagaimana jika dia bersikap bodoh dan kampungan? Ya Tuhan. Evelyn berharap dia bisa menjaga sikap dengan sangat baik agar tidak mempermalukan dirinya sendiri di depan banyak orang.

Setelah beberapa menit di perjalanan, mobil Alan pun memasuki parkiran sebuah hotel bintang lima. Evelyn semakin grogi dan gugup, dan Alan menyadari itu. Sekarang Alan baru terpikir, kalau dia salah karena menerima tawaran dari Zara untuk mengajak Evelyn ke acara ini. Evelyn pasti asing dengan acara seperti ini.

Namun, tak ada waktu untuk menyesal. Acara sebentar lagi akan dimulai dan Alan tak mungkin mencari wanita lain.

"Tenang dan jangan gugup. Jangan jauh dariku atau Karina. Jangan sampai tersesat juga," ucap Alan. Tanpa bicara apa-apa, Alan meraih tangan Evelyn dan melingkarkan ke lengannya. Sekarang, posisinya Evelyn menggandeng lengan Alan, dan jujur saja Evelyn merasa tak nyaman.

Mereka lalu berjalan beriringan masuk ke dalam hotel, tempat acara reuni tersebut di laksanakan. Mata Evelyn melihat sekeliling, dan dia tak menemukan sosok Karina.

"Acaranya di lantai 13." Alan berucap. Evelyn hanya diam saja mendengar itu. Pantas saja Karina tak terlihat. Pasti wanita itu sudah berada di atas sana. Mereka pun masuk ke dalam lift dan Alan langsung menekan tombol 13. Evelyn mendongak, menatap jarum lift yang menunjukkan angka lantai. Setelah beberapa saat, akhirnya lift berhenti. Pintunya terbuka dan Alan pun langsung menarik Evelyn agar keluar dari lift.

Dan rasa gugup Evelyn semakin menjadi-jadi saat melihat banyak orang di sana yang berpenampilan mewah dan elegan. Ya Tuhan. Semoga dia tak melakukan kesalahan. Semoga dia bisa menguasai diri dengan baik di acara orang-orang kaya ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • (Not) One Night   Bab 72

    Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam, dan setelah makan malam bertiga bersama Zara, Evelyn langsung mengajak Alan ke kamar. Evelyn melakukan itu karena tahu Alan akan banyak bertanya pada Zara tentang semua kejadian hari ini, sedangkan Zara belum siap bercerita. Evelyn tak mau Alan memaksa Zara untuk bercerita. "Dia tidak cerita apa-apa? Sedikit pun tidak?" Alan bertanya pada Evelyn dengan nada tak percaya. "Zara bilang dia belum siap bercerita untuk saat ini. Tak apalah, Mas. Mas Alan sudah membantunya menunjukkan jalan. Biarkan Zara melakukannya sendiri sekarang. Dia pasti punya rencana juga," ucap Evelyn seraya mengelus lembut rahang tegas suaminya. "Seharusnya dia cerita walau sedikit saja tentang yang terjadi tadi," balas Alan sedikit sebal. Ya, setelah sarapan dan bicara sebentar pada kakaknya Leon tentang kelakuan Leon yang tak menyenangkan terhadap Zara, Alan langsung berangkat kerja dan meninggalkan Zara berdua bersama dengan kakaknya Leon yang bernama Alfian Biantara

  • (Not) One Night   Bab 71

    Alan duduk di sofa ruang keluarga bersama dengan Evelyn dan Zara. Dia dan Evelyn sama-sama sedang menikmati rujak buah, sementara Zara hanya memandangi mereka saja tanpa rasa ingin untuk ikut mencoba rujak tersebut. Alan yang sedang ngidam ingin memakan rujak buah memaksa Zara keluar rumah untuk mencari dan membeli untuknya. Zara sudah menolak dan menyuruh Alan beli rujak sendiri. Namun satu ancaman dari Alan berhasil membuat Zara turun dari atas ranjang dan berjalan keluar rumah untuk mencari rujak. Menyedihkan sekali. Yang hamil Evelyn, yang ngidam Alan, malah dia yang repot menuruti ngidam pamannya tersebut. "Zara, kamu gak mau cobain? Enak loh. Seger," ucap Evelyn seraya menyodorkan rujak miliknya pada Zara. Zara langsung mengangkat tangan ke hadapan Evelyn dan menggeleng. "Kalau mau aku pasti beli sendiri tadi, Eve," balas Zara. Dia lalu membaringkan tubuhnya di sofa panjang dan menghela nafas pelan. "Jadi ceritanya kamu sakit hati dijadikan bahan taruhan oleh laki-laki itu?

  • (Not) One Night   Bab 70

    Sebelum tahu kalau dirinya sedang hamil, Evelyn baik-baik saja. Dan bahkan setelah tahu dia kini sedang mengandung bayi kembar pun Evelyn tetap baik-baik saja, sehat tanpa ada masalah sedikit pun. Dia bisa beraktifitas dengan normal tanpa hambatan. Dan ternyata, fase ngidam yang cukup parah bukan dirasakan oleh Evelyn, tapi oleh suaminya sendiri, Alan. Satu minggu setelah kehamilan Evelyn diketahui, Alan masih sehat seperti biasa. Namun perlahan, setiap pagi dia merasa kurang enak badan. Setelah minum obat karena dipikir terlalu lelah bekerja, ternyata tak mempan sama sekali. Dan akhirnya Alan malah sering merasakan lemas pada tubuhnya. Tak ada semangat untuk bekerja, dan maunya tidur sepanjang hari ditemani oleh Evelyn. Seperti hari ini, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan Alan masih setia bergelung dengan selimut. Saat Evelyn membuka gorden kamar mereka dan membiarkan cahaya matahari masuk, Alan malah sengaja menaikkan selimut ke atas kepalanya. Pertanda kalau dia tak mau

  • (Not) One Night   Bab 69

    Evelyn mengakui diri sendiri kalau setelah menikah dengan Alan, terutama setelah patah kakinya sembuh dan dia bisa bergerak bebas, dia sendiri yang sering meminta jatah pada Alan. Entah itu malam, atau siang. Kalau siang hari, Evelyn jelas meminta hanya saat Alan libur kerja dan Zara tak ada di rumah saja. Dulu, Evelyn suka malu-malu walau akhirnya menikmati juga. Namun setelah menikah, dia berani mengikuti Alan mengeksplor lebih jauh lagi tentang seks yang bisa membuat hubungan suami istri semakin harmonis dan intim. Saat Alan bekerja, Evelyn sering membuka internet. Mencari bacaan tentang berbagai macam nasehat dan cara agar hubungan suami istri tetap harmonis, dan seks yang terjadi tak terasa membosankan. Berbagai gaya hubungan intim selalu Evelyn cari tahu, dan pada malam harinya dia meminta pada Alan untuk mempraktekkan. Evelyn melakukan itu karena satu hal saja sebenarnya. Dia ingin Alan puas dengan semua pelayanan yang dia berikan. Dia ingin memberikan kepuasan yang maksimal

  • (Not) One Night   Bab 68

    Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, dan Zara sudah berangkat ke rumah temannya. Di rumah tinggallah Alan berdua dengan Evelyn. Dan mereka berdua lebih senang menghabiskan waktu bersama di dalam kamar saja. "Ini hari Minggu loh. Kamu gak ada keinginan untuk jalan-jalan?" Alan bertanya pada Evelyn. Sekarang, posisinya Evelyn duduk di atas ranjang dengan kaki selonjoran. Sedangkan Alan berbaring dengan paha Evelyn yang dijadikan sebagai bantal. "Kan dokter bilang kalau aku belum boleh banyak berjalan. Jadinya lebih baik diam di rumah saja. Aku gak bosan kok. Kan ada Mas Alan yang menemani aku," jawab Evelyn. Sebelah tangannya bergerak menyentuh dan memainkan rambut Alan yang lebat. "Itu benar." Alan bergumam pelan. Matanya terpejam, menikmati usapan lembut tangan Evelyn di kepalanya. "Mas, sekarang kan aku sudah bisa berjalan walau belum normal sepenuhnya. Jadi, bagaimana kalau kita merencanakan punya anak saja sekarang?" Evelyn bertanya pada Alan dengan perasaan sedikit khawatir aka

  • (Not) One Night   Bab 67

    Delapan bulan kemudian.Bulan demi bulan terlewati, dan tak terasa semuanya sudah berlalu cukup lama sejak kecelakaan waktu itu terjadi. Hukuman sudah diberikan pada Citra dan suaminya, juga pada supir minibus yang mengaku di bayar oleh pasangan suami istri tersebut.Sebagaimana yang Alan katakan di awal, dia puas karena sudah berhasil menghajar suami Citra di kantor polisi, dan jelas tak ada yang membela pria itu. Dan yang Alan katakan tentang Citra pun benar terjadi. Satu bulan Citra dalam penjara, dia habis di siksa dan dipukuli oleh teman satu selnya. Kenapa bisa begitu? Simple saja. Alan punya banyak uang agar setiap yang dia inginkan bisa terlaksana.Setelah bulan demi bulan terlewati, kondisi kaki Evelyn pun terus membaik. Dokter bilang tulangnya yang patah sudah menyatu kembali. Evelyn sudah mulai bisa berjalan, walau begitu dokter menyarankan agar tidak terlalu lama saat berjalan. Namun, untuk kegiatan di rumah sekarang sudah bisa dilakukan."Eve, harusnya kamu istirahat saja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status