Share

Bab 5

Penulis: Alfylla
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-16 17:11:26

Evelyn duduk berdua dengan Karina di sofa yang terletak di pojok ruangan. Acara reuni ini menurut Evelyn tak terlihat seperti acara reuni. Dari obrolan orang disekitarnya, kebanyakan hanya berusaha pamer dengan keadaan dan pencapaian masing-masing. Acara ini juga terlihat seperti sebuah pesta pernikahan atau pesta ulang tahun.

Alan entah pergi kemana, dan meninggalkan Evelyn berdua dengan Karina. Jujur saja, Evelyn malah senang bisa bersama dengan Karina. Setidaknya, dia bisa merasa santai saat bicara pada wanita tersebut.

"Ini acara reuni tahun ke berapa?" Evelyn bertanya. Di tangannya ada segelas es jeruk yang dibawakan oleh Karina tadi.

"Tahun ke-19 sejak kelulusan kami. Tapi, acara reuni ini hanya dilakukan beberapa tahun sekali, tidak setiap tahun. Dan kebetulan ini acara reuni pertama sejak Alan bercerai dengan mantan istrinya," ucap Karina. Dia sedikit berbisik di kalimat terakhir. Evelyn kemudian ingat perkataan Karina kalau mantan istri Alan juga hadir di acara tersebut.

"Apa mantan istrinya benar-benar hadir?" tanya Evelyn penasaran. Karina langsung mengangguk. Telunjuknya mengacung ke arah selatan, menunjuk seorang wanita dengan dress merah menyala yang sedang menggandeng seorang pria dengan warna baju yang serasi.

"Itu dia. Namanya Citra," jawab Karina. Evelyn melihat ke arah wanita bernama Citra itu, dan Evelyn langsung bergumam kagum melihat wanita cantik tersebut.

"Cantik sekali. Seperti boneka barbie," ucap Evelyn. Karina tertawa pelan mendengar itu.

"Memang. Dia tak terlalu terkenal saat SMA. Namun dia jadi mahasiswi tercantik di angkatan kami saat kuliah," balas Karina. Kepala Evelyn bergerak manggut-manggut perlahan. Kemudian Evelyn mengingat sosok Alan, yang juga sangat tampan baginya. Mereka memang serasi dan cocok karena sama-sama good looking.

"Kenapa mereka bercerai?" tanya Evelyn penasaran.

"Citra memiliki pemahaman yang berbeda tentang memiliki anak. Dia juga selingkuh. Jadi ya, begitulah." Karina menjawab. Mata Evelyn melebar mendengar itu. Ah, ternyata perceraian mereka terjadi karena kesalahan dari pihak perempuan.

"Jika dia bertanya padamu, katakan saja padanya kalau kamu adalah tunangan Alan. Soalnya dia suka sekali mengganggu wanita-wanita yang dekat dengan Alan," ucap Karina. Evelyn terlihat kaget mendengar itu. Mana bisa dia mengaku seperti itu?

Karina berkata seperti itu juga bukan tanpa alasan. Karena dia, pernah jadi salah satu korbannya. Karina adalah salah satu wanita yang selalu dicemburui oleh Citra saat dia masih bersama Alan. Padahal sudah jelas kalau Karina menikah lebih dulu dari Alan, dan yang dia nikahi juga kakak kandung Alan. Tapi Citra sering saja menuduhnya mendekati dan merayu Alan.

"Semoga saja kami tak berpapasan. Aku tak mungkin berkata seperti itu padanya," gumam Evelyn. Dia kembali meneguk es jeruknya yang kini tinggal setengahnya saja.

"Bu, toilet di mana? Aku harus ke toilet sebentar," tanya Evelyn. Alis Karina bertaut karena panggilan Evelyn barusan.

"Rasanya aku lebih senang kamu panggil kakak saja. Dan toilet berada di sebelah sana. Kamu tinggal belok saja. Tak jauh kok," jawab Karina. Evelyn tersenyum kecil mendengar itu dan langsung pamit untuk segera ke toilet.

Sesampainya di toilet, Evelyn hanya diam berdiri menghadap cermin. Dia menatap pantulan wajahnya sendiri dan Evelyn masih tak menyangka kalau sekarang dia berada di sebuah acara reuni orang-orang kaya. Jujur saja, Evelyn tidak nyaman dengan suasana yang cukup ramai ini. Apalagi dia tak kenal siapa-siapa selain Karina di sana. Alan? Evelyn tak tahu di mana keberadaan pria itu. Pria itu hanya mengenalkannya pada beberapa temannya. Walau begitu, Alan juga tak memberitahu teman-temannya siapa Evelyn.

Evelyn memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dia menghembuskannya perlahan. Evelyn kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Dia berusaha meyakinkan diri sendiri kalau dia bisa melewati acara ini dengan baik tanpa melakukan kesalahan. Setelah semua ini usai, maka hidupnya akan seperti biasa lagi. Tambahan, hutangnya bisa segera lunas.

Evelyn membuka keran air dan mencuci tangannya. Lalu dia mengeringkan tangannya memakai handuk kecil yang tersedia. Saat Evelyn berbalik hendak keluar dari toilet, seseorang masuk. Tatapan mereka bertemu, dan tubuh Evelyn langsung membeku melihat orang yang masuk barusan.

Dia adalah Citra. Mantan istrinya Alan.

Evelyn tersenyum ramah pada Citra. Dia tak berniat untuk bertanya atau apa, karena itu Evelyn langsung berjalan hendak meninggalkan wanita itu.

"Kamu datang bersama Alan, kan?" Citra bertanya pada Evelyn yang sudah memegang gagang pintu. Evelyn meringis pelan dalam hati. Padahal dia sudah berdoa sejak tadi agar jangan berpapasan dengan Citra. Tapi ternyata dia malah bertemu dengan wanita itu di toilet yang sepi ini.

"Iya benar." Evelyn menjawab masih disertai dengan senyuman.

"Kamu punya hubungan apa dengan Alan?" Citra bertanya lagi, membuat Evelyn mau tak mau tetap diam di sana. Padahal dia ingin segera pergi dari sana. Lalu, dia harus memberikan jawaban apa untuk pertanyaan Citra barusan?

"Dugaanku sepertinya benar ya. Alan masih belum bisa melupakan aku. Dia mengajakmu hanya untuk memanasiku," ucap Citra. Senyum puas terbit di bibirnya setelah mengatakan itu. Alis Evelyn bertaut bingung mendengar itu. Dia tidak tahu apa-apa, jadi dia bingung harus membalas apa.

Pintu di belakang Evelyn terbuka, membuat Evelyn terperanjat kaget. Matanya melebar, melihat Alan yang kini berdiri di ambang pintu. Pria itu menatap sekilas pada Citra, lalu beralih menatapnya.

"Sudah selesai?" Alan bertanya. Evelyn mengerjap pelan kemudian mengangguk kecil.

"Sudah." Evelyn menjawab. Tanpa bicara lagi, Alan langsung meraih tangan Evelyn dan menariknya untuk keluar dari sana. Alan tak menghiraukan keberadaan Citra, menganggap wanita itu tak ada di depannya. Saat Citra memanggilnya pun, Alan tak berhenti dan tetap berjalan menjauh dari toilet.

"Aku sudah bilang jangan bicara dengan siapa-siapa." Alan berkata, memperingati. Evelyn kesusahan mensejajarkan langkah frmgan Alan karena langkah Alan yang lebar dan cepat.

"Aku tak bicara padanya." Evelyn berkata, berusaha melakukan pembelaan. Dia memang tak bicara apa-apa pada Citra. Hanya menjawab pertanyaan pertama Citra. Itupun hanya dua kata saja.

Mendenhar jawaban Evelyn, Alan langsung berhenti melangkah. Matanya langsung menatap tajam pada Evelyn yang tingginya hanya sampai telinga Alan saja.

"Kami tak sengaja bertemu di toilet. Bukan sengaja ingin bertemu," ucap Evelyn memberikan penjelasan. Suara pelan Evelyn masih bisa terdengar oleh Alan di antara suasana yang ramai dan berisik.

"Kita pulang sekarang." Alan berkata, dan lagi-lagi dia menarik Evelyn sesuka hatinya, tanpa memikirkan bagaimana susahnya Evelyn menyamakan langkah dengannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • (Not) One Night   Extra Part 2

    Tiana sebagai wanita paham sekali kalau pendidikan bagi wanita itu penting. Walau Evelyn berstatus adik iparnya, tapi Tiana menganggap Evelyn seperti anak sendiri. Karena itu, Tiana memberikan nasehat pada Evelyn agar melanjutkan pendidikannya. Evelyn awalnya ragu untuk kuliah, minder karena teman-teman seumurannya sudah lulus S1, sedangkan dia baru mau masuk kuliah. Namun, semua keluarga Alan, termasuk Alan sendiri mendukung saran dari Tiana. "Kuliah itu untuk kalangan umum, Eve. Hanya karena kamu sudah menikah dan melahirkan, bukan berarti kamu tak boleh kuliah. Justru harus, karena kamu sudah menjadi ibu, dan kamu akan menjadi guru pertama untuk anak-anak kamu nanti." Itu adalah kata-kata yang diungkapkan oleh Karina, dan Evelyn jadi lumayan pede setelah mendengarnya. Akhirnya, setelah membuat keputusan yang lumayan berat, Evelyn mendaftar kuliah di universitas tempat Alan menjadi donatur. Tentu Evelyn tak sendirian, karena dia ditemani oleh Zara yang mendaftar S2. Masalah an

  • (Not) One Night   Extra Part 1

    Evelyn berdiri di depan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya. Evelyn kini memakai sebuah gaun pengantin yang cantik dan indah berwarna rose gold. Rambutnya di gelung dengan cantik, dan diberi hiasan berupa sebuah mahkota kecil di atas kepala. Penampilannya sekarang sudah mirip seperti putri dalam film kerajaan. Bukan tanpa alasan Evelyn berpenampilan seperti itu hari ini. Karena hari ini, adalah hari resepsi pernikahannya dengan Alan. Ya, setelah satu tahun lebih sejak akad pernikahan, resepsi pernikahan mereka baru diadakan sekarang. Tentu saja menunggu Evelyn pulih dulu setelah melahirkan tiga bayinya. "Tubuh kamu mungil dan cocok sekali dengan gaun ini. Walau sudah melewati fase hamil dan melahirkan, tubuhmu tetap terbentuk seperti awal. Orang-orang tak akan menyangka kamu sudah melahirkan tiga bayi loh." Karina yang menemani Evelyn di ruang ganti tersenyum melihat kecantikan Evelyn sekarang. Karina tidak menganggur, karena sekarang dia sedang menggendong salah satu bayi E

  • (Not) One Night   Bab 76. End

    Hari sudah malam, dan Evelyn kini sudah berbaring di atas ranjang. Dia sudah berganti pakaian, dan tentu saja Alan lah yang membantunya. "Kak Tiana menginap di sini?" Evelyn bertanya pada Alan yang duduk di pinggir ranjang. Tangannya berada dalam genggaman tangan Alan yang besar dan hangat. "Iya. Kak Tiana dan Kak Reno akan menempati kamar samping," jawab Alan. "Kalau Karina, dia hanya akan di sini saat pagi sampai sore saja. Mungkin, setelah agak besar Karina bisa saja membawa salah satu dari mereka untuk menginap di rumahnya," ucap Alan. Evelyn tertawa pelan mendengar itu. Dia tak masalah sebenarnya. Justru Evelyn senang karena banyak yang membantunya merawat tiga bayi kembarnya. Jangankan tiga, merawat satu bayi pun kadang kewalahan. Jadi Evelyn sangat berterima kasih pada Tiana dan Karina yang mau membantunya. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka. Alan dan Evelyn menengok secara bersamaan ke arah pintu, dan ternyata Karina lah yang membuka pin

  • (Not) One Night   Bab 75

    Setelah menjalani perawatan selama beberapa hari di rumah sakit pasca operasi, akhirnya hari ini Evelyn sudah diperbolehkan pulang. Tidak sendirian, karena ketiga bayinya pun sudah boleh di bawa pulang setelah menjalani serangkaian pemeriksaan untuk memastikan mereka baik-baik saja. Zara, Reno, dan Vino yang ada di rumah sudah berkumpul, siap menyambut kepulangan Evelyn dan baby triplets. Sementara Tiana dan Karina ikut Alan ke rumah sakit, untuk membantu Alan dan Evelyn membawa pulang baby triplets mereka. Kelahiran anak-anak Alan dan Evelyn bukan hanya membuat mereka saja yang bahagia. Tapi seluruh keluarga Alan bahagia dengan kehadiran tiga bayi mereka. Apalagi Karina dan Vino yang tidak memiliki anak. Mereka merasa diberi kesempatan untuk jadi orang tua lewat anak-anak Alan. Mobil Alan masuk ke halaman rumah dan terparkir rapi di samping rumah. Tiana dan Karina langsung keluar dengan masing-masing menggendong seorang bayi. Zara pun berinisiatif mendekati mobil Alan dan mengambi

  • (Not) One Night   Bab 74

    Evelyn berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan Alan yang berada di sampingnya. Tangan Alan setia menggenggam tangannya dengan erat. Tatapan mata Alan tak bisa berbohong tentang yang dia rasakan sekarang. "Tenang, Mas. Semuanya pasti baik-baik saja." Evelyn berucap dengan tenang. Dia sudah berganti baju dan kini menggunakan pakaian khusus pasien. Karena sebentar lagi, Evelyn akan melakukan operasi caesar, untuk mengeluarkan ketiga bayinya. Awalnya, Evelyn berkeinginan untuk melahirkan secara normal. Namun dengan keadaan dia yang hamil tiga bayi sekaligus, terlalu besar resikonya. Akhirnya operasi caesar lah yang dipilih oleh Evelyn untuk persalinannya. "Aku benar-benar khawatir," ucap Alan dengan suara pelan. Berkali-kali dia mencium punggung tangan Evelyn dengan tatapan penuh rasa khawatir. "Aku tahu. Tapi Mas harus percaya kalau aku bisa melalui ini dengan baik," ucap Evelyn berusaha menenangkan Alan yang sangat khawatir tentang dirinya sekarang. Evelyn tersenyum pada Alan b

  • (Not) One Night   Bab 73

    Waktu terus berjalan, hingga tak terasa kalau sekarang usia kehamilan Evelyn sudah menginjak minggu ke 24. Perutnya sudah membesar, memperlihatkan dirinya yang memang sedang hamil. Ukuran perut Evelyn lebih besar dari ibu-ibu lain di usia kehamilan segitu karena memang dia mengandung bayi kembar.Siang ini, Evelyn baru pulang dari rumah sakit bersama dengan Alan setelah melakukan pemeriksaan rutin. Saat berjalan masuk ke dalam rumah, Alan terus merangkul pinggang Evelyn karena khawatir istrinya akan jatuh atau tersandung."Hai! Bagaimana pemeriksaannya?" Saat sampai di ruang keluarga, Zara langsung bertanya pada paman dan tantenya tersebut."Baik. Selalu baik," jawab Alan. Dia membantu Evelyn untuk duduk di atas sofa dengan nyaman. Lalu Alan menaikkan kaki Evelyn ke atas sofa agar Evelyn selonjoran saja."Kamu gak pergi keluar, Zara? Bukannya hari ini kamu gak kuliah?" Evelyn bertanya pada Zara yang baru saja menyimpan ponselnya di atas meja."Gak sih. Lebih asyik di rumah saja," jawa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status