Calon dan senior model saling memegang naskah masing-masing. Taylor fokus dengan isi naskah, sedangkan mata Sidney tidak pindah dari wajah Taylor.
"Aku membawa gunting di tas. Jangan sampai guntingku menancap di matamu," ancam Taylor, yang masih fokus pada naskah.
Sama seperti Dave, ancaman Taylor tidak ampuh pada Sidney. Reaksi yang sama, yaitu tertawa.
"Dengan perilakumu seperti itu, kamu tidak akan bisa menjadi model. Ekspresi kaku. Kenapa Pamanmu berniat sekali menjadikanmu model?" Dengan punggung menyandar pada sandaran kursi, serta kaki kanan yang dinaikkan pada paha kiri, membuat Sidney terlihat menawan. Bagi para penggemar.
Tidak dengan Taylor, yang sekarang sedang menatap tajam. "Sebagai rekan, harusnya kamu mengajari calon model yang berekspresi kaku ini. Mulutmu tidak ada bedanya dengan mulut Ibu-ibu."
Salah satu ujung bibir Sidney menaik, ketika berjalan mendekati Taylor. Bisikan Sidney terdengar tepat di telinga Taylor, ketika tubuh Si
Bersiap untuk masuk ke sekolah bersama Sally, Dave menghentikan Taylor untuk memberi pesan."Gadis dingin, aku sudah meminta ijin pada wali kelasmu. Ingat, saat istirahat, aku akan menjemputmu, lalu langsung menuju lokasi shooting.""Paman Jo kabari saja, kalau sudah sampai di sini," balas Taylor seakan sudah tahu. Padahal, Dave baru memberitahu sekarang.Dave hanya mengangguk, sambil memberi acungan jempol. "Aku pergi dulu. Fokus dalam pelajaran."Lagi dan lagi, Taylor menghela napas, kali ini dengan kasar. Tidak ada lagi mata genit dan kecupan jarak jauh. Apakah karena Dave akan menikah dengan Donna, atau Dave sudah tidak ingin melakukannya lagi karena Taylor tidak suka?"Tay, memangnya, kamu akan shooting apa? Sahabatku menjadi artis!" Sally yang sedari tadi berdiri di sebelah Taylor, berteriak gembira, membuat Taylor menutup mulut sang ketua kelas."Jangan berteriak. Aku tidak ingin ada yang mengerumuniku." Setelah Sally mengangguk, Tayl
"Taylor, ceritakan pada kami. Bagaimana kamu melakukan shooting iklan kemarin? Tanpamu di kelas, rasanya hampa sekali." Sally mengoceh sedari awal duduk di kelas."Semua berjalan lancar. Antara dua atau tiga hari, iklan akan terpampang di televisi kalian. Semoga saja wajahku diburamkan."Pernyataan Taylor membuat Sally dan teman-teman tertawa. Mereka menganggap itu sebagai candaan, tetapi tidak bagi Taylor. Taylor bahkan berharap wajahnya tidak terlihat ditelevisi. Pemikiran yang aneh."Kalau sudah resmi ada iklannya, aku akan membeli parfum itu." Judie, salah satu teman Sally berkomentar."Aku juga!" Diikuti teman-teman perempuan lain.Seperti yang Taylor katakan di pabrik. Parfum terbaru yang Dave resmikan pasti akan terjual laris. Belum diresmikan saja, sudah banyak yang bersiap, apalagi sudah diresmikan?"Berarti, kamu akan kehilangan banyak pelajaran sekolah? Karena kamu jadi model, pasti waktumu tidak cukup untuk belajar," imbuh Sally.
Tanpa aba-aba, Taylor sudah seperti orang kesurupan. Rambut Donna langsung dijambak, supaya menjauh dari Dave. Tidak peduli dengan Donna yang meronta-ronta kesakitan, Taylor tetap menarik Donna hampir ke pintu utama.Dave yang terkejut memilih untuk memakai baju yang sempat dilepas, lalu dengan cepat melepas jambakan Taylor. "Kasihan dia. Kenapa kamu menjambaknya?""Kenapa? Paman pikir saja sendiri! Ingin bercinta di tempat terbuka? Sekalian saja di tengah jalan! Katanya ingin mempersiapkan acara pernikahan." Taylor sungguh mengeluarkan amarahnya kali ini. Tidak peduli dengan asma."Dengar dulu, jangan emosi berlebihan, Taylor. Asmamu bisa kam-""Aku tidak peduli! Kali ini tidak peduli! Aku tidak suka lihat Paman dengannya yang asal bercinta! Kalian sudah seperti hewan! Menjijikan!""Hey! Dengar, ya, anak kecil! Asal kamu tahu saja. Aku dan Dave sudah lama berhubungan seperti ini, jadi kamu tidak punya hak untuk mengatur!" Donna melawan, setelah me
Sudah tidak ada lagi kecupan manja dan mata genit, yang ada justru kecanggungan. Antara Dave dan Taylor. Mereka berdua sulit untuk mengatakan isi hati yang sebenarnya."Tay!" Sally berlari mendekati Taylor. "Aku dengar dari Sidney, kamu dan Paman Jo bertengkar di jalanan kemarin malam. Apa itu benar? Kamu menangis, dan Paman Jo menarikmu pulang," lanjutnya, sambil mengatur napas.Taylor menatap Dave yang juga menatap Taylor. Diam sementara untuk mempertimbangkan jawaban."Tidak ada masalah apa pun. Bukan begitu, gadis dingin?" Dave seakan menyuruh Taylor untuk menutup mulut."Ya, tidak ada masalah." Wajah tidak sama dengan ucapan, begitu juga dengan hati dan pikiran. Sulit untuk menutup rahasia pada Sally, jadi Taylor akan bercerita setelah Dave pergi.Sally hanya mengangguk percaya di depan Dave. Padahal, Sally tahu bahwa ada yang terjadi."Aku jemput atau-""Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri," tolak Taylor mentah-mentah. "Aku aka
Sama seperti apa yang Taylor lakukan pada Donna, menjambak rambut seperti orang kesurupan. Namun, Taylor tidak ingin sakit sendirian, Donna pun kembali dijambak."Kamu memang jalang! Sengaja merebut Dave dariku! Dengan gaun seperti itu, kamu tetap tidak bisa membuatnya tertarik!""Aku bukan sepertimu, yang suka memamerkan tubuh! Tanya sendiri padanya! Dia sendiri yang menyuruhku mencoba gaun ini!""Kalian berdua! Cukup!" Dave melepas jambakan Donna dan Taylor. Setelah terlepas, Dave langsung menarik Donna keluar kamar. "Kenapa kamu di sini?""Kenapa? Aku calon istrimu! Aku berhak datang ke sini untuk bertemu calon suami! Katakan padaku, apa dia menggodamu?" Donna tidak mendengar adanya jawaban dari Dave. "Dia menggodamu, 'kan?""Kamu memang pantas disakiti!" lanjut Donna yang masih belum puas.Tiba-tiba Dave menarik Donna, mengantar Donna pulang supaya tidak ada keributan di rumah."Nola, tolong urus Taylor di kamarku," pinta Dave pad
Menunggu tidaklah menyenangkan. Sama seperti Taylor yang sedang duduk di mobil, menunggu Dave yang mendadak melakukan rapat."Jangan keluar, sebelum aku keluar." Seperti itulah pesan terakhir yang Dave sampaikan.Betapa membosankan hanya duduk diam di mobil. Radio pun terdengar kurang mendukung. Tidur? Taylor sudah banyak tidur, setelah peristiwa tidak menyenangkan terjadi.Peristiwa di ruang makan teringat kembali. Taylor sampai memegang bibir dan tersenyum sendiri."Cukup, Taylor. Aku tidak ingin gila seperti Si Jo menyebalkan itu," gumam Taylor dengan menoleh ke ara gedung perusahaan Dave. "Baru kali ini menjadi orang ketiga. Kenapa tidak aku menolak tadi?" Helaan napas keluar.Melihat ada lelaki muda yang berdiri dengan pakaian trendi, membuat Taylor berpikir dua kali.Menjadi kekasih dari Dave Jo, bukankah terdengar menggelikan?Semua orang akan mengira mereka hanyalah papa dan anak. Umur mereka juga terpaut jauh.Seharusn
"Begitukah?"Taylor mengangguk, setelah bercerita tentang apa yang Taylor dengar.Dua buku menu ada di tangan mereka masing-masing. Selagi mata mereka ke arah gambar menu, bibir mereka tetap bergerak.Salah satu pelayan wanita datang dengan note dan pulpen. Seragamnya terlihat terlalu melekat pada tubuh. Tidak lupa dengan senyum nakal, serta pulpen yang sengaja digigit. Semua bertujuan supaya Dave terpikat.Gadis yang duduk di depan Dave menatap Dave dengan tajam, ketika Dave tersenyum pada pelayan."Makanan terenak apa saja?" tanya Dave yang ingin tahu. Dave berencana membayar makanan untuk sang kekasih. Murah ataupun mahal, Dave siap."Kami memiliki Wild King Salmon dan Yellowfin Tuna. Kedua makanan itu selalu digemari para pelanggan," jelas pelayan bernama Aline. "Dan, Wild King Salmon adalah makanan kesukaanku."Dave sempat melirik kembali ke buku menu, sebelum matanya kembali menatap Aline. "Kesukaanmu? Sepertinya patut dicoba. B
Gaun seksi yang sempat dilempar, terpasang kembali di tubuh Taylor. Gaun berwarna hijau gelap, ditambah dengan tas kecil hitam, sepatu hak tinggi hitam, serta rambut yang diikat tinggi. Terlihat sangat seksi, menurut Dave. Berdiri sendiri di tengah keramaian membuat Taylor sedikit kebingungan. Taylor datang demi Dave. Akan tetapi, tidal ada yang dikenal. Walaupun tidak ada yang Taylor kenal, kaki jenjangnya tetap berjalan ke tengah acara. Namun, langkahnya terhenti, karena ada beberapa model wanita yang sedang membicarakan Donna. "Aku kasihan dengan Tuan Dave. Seharusnya, Tuan Dave tidak menikahi Donna. Aku saja ragu, Donna hamil atau tidak." Wanita dengan rambut merah berbicara. "Dia bilang, dia hamil anak Tuan Dave. Tapi, menurutku, Donna berbohong. Entah dia berbohong atau tidak. Yang aku tahu, dia bermain tidak hanya dengan Tuan Dave." Giliran wanita berkacamata berbicara. Wajah terkejut terlihat dari wanita rambut merah. "Donna bermain de