“Jangan khawatir,” ucap Ashley.Louis kembali dan membawakan handuk untuk Ashley juga untuk George. George pun dengan cepat melingkarkan selimut itu di tubuh Ashley karena baju Ashley yang cukup transparan setelah terkena air. Pria itu juga langsung menggendong Ashley masuk.“George, aku bisa jalan sendiri!” ujar Ashley sembari memberontak.“Diamlah,” ucap George sembari terus melangkahkan kakinya menuju kamarnya.“Tuan! Kau membawa Nona kemana?” seru Alfredo yang mengejar dari belakang karena takut nona nya berada dalam bahaya.“Aku akan membawanya berganti pakaian. Louis, minta pelayan membawakan pakaian untuknya!” ujar George.“B-baik Tuan!” sahut Louis kebingungan.Setibanya dikamar George, Pria itu menurunkan Ashley di kamar mandi miliknya.“Basuhlah tubuhmu agar tidak sakit. Aku akan menunggu diluar,” ucap George.“T-terimakasih. T-tapi kau tidak perlu melakukan hal ini,” lirih Ashley.George pun kembali membalikkan tubuhnya. Ia kemudian menghimpit tubuh Ashley hingga tubuhnya
“Tuan, anda harus makan walau sedikit,” bujuk Louis. George tak menggubris. Pria itu tetap termenung menatap keluar sembari menghirup udara segar di balkon kamarnya. Sudah 2 hari sejak perbincangan terakhirnya dengan Ashley, ia benar-benar terpuruk. Semangat hidupnya seolah hilang. “Tuan?” panggil Louis lagi saat bosnya itu tak menyahut. “Aku tidak selera. Pergilah,” ucap George. Louis pun menyerah. Ia membiarkan George menenangkan dirinya terlebih dahulu. Tapi ia memutar otak. Ia menghubungi Alfredo dan meminta mereka untuk datang kemari. Louis juga menjelaskan semua detail tentang keseharian George dua hari ini setelah ia bertemu dengan Ashley. Ashley dan Alfredo pun segera menuju Mansion milik George. Sementara Glen, ia tengah berada di luar kota untuk mengurus proyeknya bersama Brave. “Sebenarnya ada apa dengan kalian Nona?” tanya Alfredo pada Ashley. Ashley menghela nafasnya. Gadis itu kemudian memijit pelan dahinya karena frustasi. “Kau tahu kan, George seperti apa?” tan
“Melihatmu tumbuh seperti ini, itu sudah sangat cukup bagiku, Ashley,” ucap GeorgeMereka kemudian berhadap hadapan dan saling menatap mata satu sama lain. Ashley pun menghela nafasnya. Ia merasa sangat bersalah pada George. Pria itu sudah banyak membantunya selama ini. Tapi ia tidak bisa memberikan feedback lebih padanya.“Kau juga harus bahagia George,” ucap Ashley.“Apa maksudmu?” tanya George sembari mengernyitkan dahinya.“Kau harus bahagia dengan wanita yang kau cintai. Kau tidak bisa terus menerus seperti ini,” ucap Ashley.“Kau adalah wanita yang aku cintai,” batin George.Pria itu kemudian memalingkan wajahnya ke sembarang arah karena tak mampu menatap gadis kecil dihadapannya itu. “Lebih baik aku sendiri Ashley,” ucap George sembari mulai melangkahkan kakinya.Ashley pun ikut menyusul George dan menghadang tubuh Pria itu. “Tidak bisa. Manusia diciptakan untuk hidup berpasang-pasangan. Kau tidak boleh terus menerus seperti ini. Kau juga berhak bahagia George!”“Lalu kau ingi
“Bisa kau cari tahu soal dia?” tanya Glen. Brave pun mengerutkan dahinya. Pria itu kemudiaj menyingkirkan laptop dihadapannya dan mendekat kearah telinga Glen dan membisikinya sesuatu. “Kau tidak berniat untuk berselingkuh dari Istrimu kan?” tanya Brave. “Pertanyaan tak masuk akal. Apakah menurutmu aku orang yang seperti itu?” kesal Glen. “Iya,” jawab Brave cepat. “Semakin tua semakin menyebalkan ya?” celetuk Glen. Brave pun terkekeh. “Baiklah aku akan membantumu. Tapi katakan, untuk apa kau mencari tahu soal dia?” tanya Brave penasaran. “Kudengar, Kakakku sedang dekat dengannya. Aku hanya ingin melakukan sedikit pertunjukan,” ucap Glen. “Yang mana?” “Kakak keduaku. William,” ujar Glen. “Bukankah dia masih memiliki Istri?” tanya Brave. “Justru karena itu makanya aku ingin membongkarnya,” ujar Glen.“Calvin, kau mendengarnya kan?” ucap Brave pada Asistennya.“Saya akan segera mencari tau Tuan,” ujar Calvin.Sore pun tiba. Kini, George dan Ashley masih memutari mall untuk be
“Apa Glen tidak menjemput?” tanya Ashley pada Alfredo saat hendak turun dari pesawat. “Tidak Nona. Tuan Glen sedang sibuk. Tapi, Tuan George menjemput,” ucap Alfredo. “Huh. Sebenarnya suamiku ini Glen apa George sih!” kesal Ashley. Mereka pun turun dari pesawat dengan perlahan dan langsung disambut oleh Louis. “Tuan sudah menunggu dimobil Nona,” ucap Louis sembari memberi jalan untuk Ashley. Mereka pun berjalan kearah mobil mewah yang sudah terpakir sempurna. Louis pun langsung membukakan pintu untuk Ashley. “Terimakasih Louis. Aduh London panas sekali,” eluh Ashley sembari mengipas wajahnya. “Ada apa hm?” tanya George saat melihat Ashley. “Panas,” ucap Ashley. “Kenapa tiba-tiba kau menjemputku? Apa Glen menyuruhmu?” tanya Ashley. “Tidak. Apa tidak boleh?” tanya George. “Hanya bertanya saja Tuan,” ucap Ashley cepat. Mobil pun melaju kearah restaurant ternama di London. Mereka akan mampir sebentar untuk makan siang karena Ashley sudah cukup lapar. “Bagaimana?
“Benarkah? Terimakasih,” ucap Ashley. Gadis itu kemudian meminta Alfredo untuk mengambil proposal yang diberi oleh George dan memberikannya pada Yi Ze. “Aku sudah menyiapkan proposal untuk proyek George. Berilah pada Ayahmu agar ia tahu rencana George dalam proyek ini,” ucap Ashley. “Baik lah Nona CEO. Kau terlihat sangat keren saat kau sedang bekerja. Aku sangat iri padamu,” ucap Yi Ze. “Kenapa kau harus iri? Kehidupanmu jauh lebih baik daripada aku Yi Ze. Kau masih memiliki kedua orang tua yang sehat, suami yang sayang padamu, serta anak-anak yang lucu dan pintar. Kau harus bersyukur,” ucap Ashley. “Baiklah. Kau sangat pandai berkata manis,” ucap Yi Ze. Mereka pun berbincang hingga lupa waktu. Sekitar pukul 9 malam, setelah makan malam, Ashley pun memilih untuk istirahat di kamar tamu yang sudah disiapkan oleh Yi Ze. Ia kemudian membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur karena cukup lelah dengan hari yang ia lalui. “Glen merindukanku tidak ya?” gumam Ashley sembari menyisi