Share

Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal
Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal
Author: Susan Satya

Bab 1

Author: Susan Satya
"Kamari, hatimu kejam dan licik. Kamu telah menyakiti orang yang tak bersalah. Mulai hari ini, gelar Istri Panglima Perangmu dicabut. Kamu akan dipenjara seumur hidup di Aula Hastina. Seterusnya, nasibmu hanya bergantung pada takdir. Kita tak akan pernah bertemu lagi selamanya."

Kepala Kamari berdengung.

Ucapan kejam pria itu bergema tanpa henti di telinganya, seperti suara dari kejauhan yang terus menghantui.

Menyakiti orang yang tak bersalah?

Istri Panglima Perang?

Omong kosong apa ini?

"Jangan pura-pura mati! Bangun!"

Tiba-tiba dia mendengar sebuah suara dingin dan tajam di dekat telinganya, membuat Kamari terkejut dan membuka matanya lebar-lebar.

Yang pertama kali dia lihat adalah sepasang mata tajam, seperti sebilah pisau.

"Bangun! Jika berani memfitnah orang, kamu harus berani minta maaf juga!"

Lengan Kamari ditarik paksa oleh pria itu hingga dia terangkat.

Saat melihat sekeliling, potongan-potongan ingatan berkelebat dalam benaknya.

Kamari telah mengalami perjalanan waktu.

Bahkan menjadi seorang Istri Panglima Perang yang menjadi gila karena cinta.

Dia terus menjadi orang bodoh karena cinta hingga akhirnya kehilangan segalanya. Gelar, kebebasan, bahkan kehilangan nyawanya karena depresi terkurung di Aula Hastina, kurang dari setahun setelah gelarnya dicabut.

Yang terjadi saat ini adalah tiga tahun sebelum kehancuran pemilik tubuh asli itu.

Kala itu, karena termakan fitnah, dia mendatangi kedai teh untuk menangkap basah suaminya dan menghina putri Adipati Rakai Mandalapati, Laksmi Mandalapati. Wanita itu dianggap menggoda suaminya, seorang Panglima Perang, Dhaksa Kertawijaya.

Laksmi yang sejak kecil lemah dan mudah sakit, langsung pingsan karena dihina di depan umum. Dia jatuh sakit parah dan hanya dalam beberapa hari, meninggal dunia.

Peristiwa itu membuat Dhaksa sangat kecewa pada Kamari.

Keluarga Mandalapati dan Keluarga Kertawijaya pun berubah menjadi musuh bebuyutan.

Tidak lama kemudian, Keluarga Kertawijaya difitnah. Rakai adalah yang pertama menyerang mereka dan menghapus jasa-jasa Keluarga Kertawijaya dalam membela negara.

Kata-kata kejam yang tadi menghantui kepala Kamari, adalah surat cerai yang diberikan oleh pria yang paling dia cintai, sesaat sebelum kematian pemilik tubuh itu.

"Huft."

Mengingat kembali setiap kata yang menusuk hati, Kamari merasakan tubuh ini masih menyimpan sisa rasa sakit dan keputusasaan.

"Huft."

Sebagai wanita modern abad ke-21 yang menganut anti-pernikahan, kenapa dia harus menempati tubuh seorang wanita bucin sih?

"Huft."

Terlalu menyedihkan. Bagaimana dia bisa menjalani kehidupan ini nantinya?

Tiga helaan napas Kamari itu membuat Dhaksa kehilangan kesabaran terakhirnya.

Tiba-tiba, sebuah kekuatan menghantam punggung Kamari dari belakang.

Kamari terjatuh dan berlutut hingga berbunyi “Gedebuk”.

Melihatnya tak kunjung bangkit, Dhaksa menendang lututnya dengan kuat.

"Kalau berbuat salah, kamu harus dihukum! Cepat minta maaf!"

Kamari menghela napas dalam-dalam sambil berlutut, menahan rasa sakit di kakinya.

Di hadapan semua orang, Panglima Perang seakan hanya punya istri yang merepotkan.

Namun, hanya Kamari yang tahu bahwa pria itu benar-benar berharap dia mati.

Jika Kamari mati, Dhaksa bisa menikahi wanita yang dicintainya, Dyah Wasya.

Dia akan mengingat dendam ini.

"Nona Laksmi, aku sudah termakan hasutan orang jahat dan salah paham padamu. Aku minta maaf. Maafkan aku!"

Suaranya tegas dan tanpa keraguan. Dia menundukkan kepala hingga menyentuh tanah.

Semua orang terkejut.

Seorang Istri Panglima Perang bersujud di hadapan seorang putri bangsawan adalah hal yang sangat merendahkan martabat.

Namun, Kamari tidak peduli.

Kesempatan kedua ini tidak boleh membuat Keluarga Kertawijaya dan Mandalapati bermusuhan lagi.

Biar dia yang menanggung kesalahan pemilik tubuh asli itu.

Tatapan tak percaya muncul di mata Dhaksa.

"Kamu sedang merencanakan apa lagi? Kembali ke rumah sekarang!"

Kaki Kamari masih sakit dan sikap pria itu membuatnya muak.

"Yang harus minta maaf itu kamu, yang harus pergi juga kamu. Kalau bukan karena kamu, aku tidak akan salah paham pada Nona Laksmi sampai harus berlutut di sini! Kalau mau pergi, silakan pergi!"

Dhaksa terdiam.

Orang-orang di sekitar juga terdiam.

Astaga! Mereka pernah melihat sang Istri Panglima Perang memarahi banyak wanita, tetapi baru kali ini melihat dia memarahi Panglima Perang!

Saat melihat wajah pria itu, malah terlihat sedikit ... senang?

Permintaan maaf tulus dari pasangan suami istri itu meredakan kemarahan Laksmi. Setelah minum obat, napasnya pun mulai stabil.

Namun, melihat Kamari masih berlutut, Laksmi merasa tidak nyaman.

"Mohon segera berdiri. Kamu adalah Istri Panglima Perang, tidak pantas berlutut di depanku. Aku tidak layak menerimanya."

Kamari berdiri, menepuk-nepuk lututnya dengan santai.

"Tidak masalah. Yang penting kamu tidak marah lagi. Aku hanya sembarangan bicara tadi. Kamu sangat cantik, mana mungkin tertarik pada pria kaku seperti Dhaksa?"

Dhaksa seperti dipukul.

Perubahan ini terlalu tiba-tiba, bahkan Laksmi terlihat kaget.

Laksmi tahu reputasi buruk Kamari dan tak ingin terlibat dengan wanita itu.

"Kuharap lain kali, Istri Panglima Perang bisa mencari tahu lebih dulu sebelum menyerang seseorang."

Sambil melangkah maju, Kamari berbisik, "Entah kamu percaya atau tidak, tapi hati-hati dengan makananmu. Seseorang ingin mencelakaimu."

Jantung Laksmi seakan melompat.

"Apa kamu yang ...."

Kamari menggeleng cepat seperti mainan kepala goyang.

"Kalau aku yang ingin mencelakaimu, kenapa aku harus mengingatkanmu?"

Dengan ingatan dari kehidupan sebelumnya, Kamari tahu, Laksmi bukan mati karena dirinya.

Akan tetapi, diracun oleh Keluarga Wasya dan kesalahan itu ditimpakan pada dirinya.

Hingga akhir hayatnya, sang pemilik tubuh asli masih menanggung dosa itu.

Laksmi mengangguk pelan.

"Terima kasih atas peringatannya."

Setelah mengantar kepergian Laksmi, karena tidak ada lagi yang seru untuk ditonton, orang-orang pun segera bubar. Kamari baru saja menghela napas lega, tiba-tiba pandangannya tertutup oleh bayangan hitam yang berdiri di depannya.

"Apalagi yang sedang kau rencanakan sekarang?" ucap Dhaksa sambil berdiri dengan raut wajah tegas.

Dia memang tampan, tetapi raut wajahnya sangat kaku.

Betapa bodohnya pemilik tubuh asli itu, kenapa dia bisa sampai kehilangan jati diri hanya demi pria seperti ini?

Ck ck, sebagai penganut anti-pernikahan, Kamari benar-benar tidak habis pikir!

"Aku ingin mengajukan perceraian. Mohon Anda mulai bersiap-siap," katanya datar.

Dyah baru melangkah masuk ke kedai teh dan langsung mendengar kalimat itu. Dia pun tertegun di tempat.

"Kamari, kamu tidak boleh bertengkar dengan Tuan Panglima lagi. Kamu itu perempuan, mana boleh membicarakan soal perceraian begitu saja?"

Awalnya tidak ada yang mendengar percakapan mereka. Namun, karena kata-kata Dyah, orang-orang yang tadi sudah bubar, kini kembali tertarik dan berkumpul lagi.

Istri Panglima Perang mau minta cerai?

Ini benar-benar tidak masuk akal!

Pernikahan ini dulunya Kamari dapatkan dengan mempertaruhkan nyawa. Bahkan memanfaatkan jasa dan prestasi keluarganya di medan perang. Dulu, dia bahkan bersumpah. Kalau mati, dia ingin mati sebagai Istri Panglima Perang.

Sekarang tiba-tiba bicara soal perceraian? Orang-orang mengira, pasti ini hanya drama baru darinya.

Bukan hanya orang lain yang berpikir begitu, bahkan Dhaksa pun menduga demikian.

Dia tertegun sesaat, lalu mengejek dengan senyuman dingin.

"Pura-pura ingin cerai untuk menarik perhatianku? Kamari, kamu pikir aku masih akan percaya padamu?"

Kamari memutar bola matanya dengan malas. Dia berkata, "Kalau kamu ingin menikahi Dyah, aku izinkan. Bukankah itu lebih baik untuk kalian berdua?"

Mendengar itu, alis Dhaksa langsung mengernyit. Wajah Dyah langsung memerah karena malu.

"Kamari, jangan sembarangan bicara. Aku dan Tuan Panglima tidak punya hubungan apa-apa."

Kamari mendengus sinis.

"Sudahlah. Bahkan ujung bibirmu saja tidak bisa menahan senyum. Apalagi gadis yang belum menikah sepertimu, datang dan pergi dari rumah Panglima Perang delapan kali dalam sehari. Mana mungkin tidak punya hubungan apa pun?"

Dyah pura-pura panik dan mengentakkan kaki. Dia berkata, "Kamari, aku datang ke kediaman Panglima Perang untuk menemuimu. Kamu boleh salah paham pada orang lain, tapi tidak seharusnya salah paham padaku!"

Kamari tersenyum tipis, lalu berkata dengan suara lembut tapi tajam, "Apa maksudmu aku salah paham pada orang lain? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau Laksmi dan Panglima berhubungan fisik diam-diam? Kamu juga yang bilang kalau Laksmi ada di kedai teh saat ini. Kalau bukan karena itu, mana mungkin aku bisa menemukannya dengan tepat seperti ini?"

Wajah Dyah langsung berubah, otaknya seakan meledak. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Kamari akan mengungkap hal itu di depan umum. Padahal sebelumnya, wanita itu tidak pernah seperti ini.

"Kamari, kamu... bagaimana bisa kamu memfitnahku begini? Kita sudah seperti kakak-adik. Aku selama ini tulus membantu hubunganmu dan Panglima. Aku tidak tahu apa salahku sampai kamu memperlakukanku begini?"

Sambil bicara, dia memasang wajah seperti gadis lugu yang ditindas. Kalau dulu, Kamari pasti akan buru-buru minta maaf.

Mengatakan segala macam kata baik, bahkan memberikan barang-barangnya sendiri pada Dyah.

Namun, Kamari yang sekarang hanya ingin satu hal. Bercerai dan menjauh dari dua manusia yang tidak tahu malu ini.

"Margaku Pradikta, margamu Wasya. Aku adalah Istri Panglima Perang, cucu, dan anak dari pahlawan negara. Sedangkan kamu, hanya anak pedagang biasa. Kakak-adik dari mana?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal   Bab 100

    "Kamu sanggup menghabiskannya?"Kamari mencari meja kosong dan duduk."Masih ada kamu. Melihat perjuanganmu kemarin, jadi ini hadiah dariku."Dhaksa terdiam.Setelah bertahun-tahun menikah, ini pertama kalinya mereka keluar bersama, juga pertama kalinya makan di tempat seperti ini.Dhaksa tidak mengeluarkan uang, hanya menunggu untuk makan.Melihat Kamari begitu akrab memberi instruksi ke pemilik kedai, lebih banyak sup, kurang garam, satu mangkuk jangan diberi daun bawang.Dhaksa yang tidak makan daun bawang merasa diperhatikan, muncul rasa seperti dipelihara dari sikap Kamari.Setelah instruksi selesai, begitu mereka duduk berhadapan, Kamari mulai menyuruhnya lagi."Waktu lewat tadi, di persimpangan ada yang jual roti, belikan satu untukku."Dhaksa duduk diam."Dua mangkuk untukmu, aku cukup satu mangkuk."Kamari menggeleng. "Awalnya memang tidak berniat memberi dua mangkuk. Aku sendiri belum cukup kenyang."Dhaksa kembali menatap tubuh kecilnya, mengangkat alis."Kamu sudah capek be

  • Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal   Bab 99

    Seseorang segera mengenali mereka.Ini adalah istri Panglima Perang yang tadi malam di depan umum menghamburkan lima ratus tahil untuk memanggil pria penghibur.Bersama Panglima Perang yang kabarnya tidak bisa.Kini melihat keduanya turun dari kapal bersama-sama, bahkan masih berpegangan tangan.Panglima Perang jelas bukan datang untuk menangkap perselingkuhan.Orang-orang yang berdiri dekat memperhatikan lebih teliti.Astaga, di leher keduanya ada bekas merah memalukan yang sama.Ini pria penghibur yang dipanggil istri Panglima Perang? Jangan-jangan… itu Panglima Perang sendiri?Di belakang kapal, sebuah jendela kamar terbuka sedikit.Laksmi menatap punggung keduanya turun dari kapal, mendapat kabar pertama secara langsung."Kak Rangga… Kak Rangga, Panglima Perang sebenarnya bisa atau tidak?"Rangga menundukkan kepala, sibuk memainkan benda baru yang baru saja dikirim Dhaksa.Sebuah belati besi misterius yang bisa menembus besi seperti tanah liat.Bahan pembuatnya sangat langka. Di du

  • Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal   Bab 98

    Kamari menopang dagu, menatap siluet di sudut ruangan, matanya tersenyum penuh arti."Tapi, aku suka. Siapa suruh kamu tampan. Orang tampan bisa dimaafkan segalanya. Malam panjang ini, bagaimana kalau kamu mainkan sebuah pertunjukan untuk membuatku senang?"Uang sebanyak itu sayang kalau terbuang, menampilkan dua pertunjukan juga tidak masalah.Setelah Kamari berbicara, dia merasakan aura dari arah lawan menjadi lebih dingin.Orang di seberang tetap tidak berkata apa-apa.Dia menghela napas tipis, aroma familier ambergris perlahan menyebar di udara.Hati Kamari langsung terasa sesak. Bahkan orang yang lambat sekalipun pasti bisa merasakan ada yang tak beres."Siapa kamu?"Udara tiba-tiba hening, suasana seolah membeku."Nyonya Kamari ingin melihat pertunjukan apa, biar aku menampilkannya untukmu,"Suara yang familier tiba-tiba terdengar, membuat hati Kamari serasa naik ke tenggorokan.Tiba-tiba, cahaya melintas di depan mata, sebuah wajah hitam yang familier muncul di pandangan.Dia ti

  • Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal   Bab 97

    Kamari menjawab dengan samar, sementara wajah Laksmi penuh dengan semangat seperti baru saja mendapatkan gosip paling segar."Berarti kamu terlalu bernafsu, dong."Ucapan Laksmi selalu mengejutkan dan tak pernah biasa.Kamari tidak menduganya sama sekali, sampai rahangnya hampir jatuh.Seorang gadis yang bahkan belum menikah, kenapa bisa tahu sejauh ini?Laksmi mengira dirinya benar, lalu mulai dengan wajah serius memberi nasihat."Kakak iparku yang kedua pernah bilang, wanita tidak boleh mengorbankan diri demi pria. Coba lihat yang nomor 37, pendek dan hitam, lebih baik yang nomor 38, tinggi dan gagah. Bagaimana kalau kita tukar saja, dijamin kamu tidak akan sia-sia datang hari ini."Kamari…Dia menduga, seluruh Keluarga Mandalapati pasti berasal dari dunia lain.Kalau tidak, kenapa pemikiran mereka begitu maju?Laksmi benar-benar total dalam menjalankan rencananya. Jauh-jauh hari dia sudah menyewa sebuah kapal pesiar mewah di parit kota.Kapal itu panjangnya belasan meter, dua lantai

  • Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal   Bab 96

    Dia ternyata juga ikut serta, jangan-jangan Panglima Perang tidak bisa!Kamari sedang berpuas diri dengan kepintaran kecilnya, tiba-tiba merasa punggungnya dingin, seolah ada seseorang yang sedang menatapnya.Namun, di tempat yang penuh sesak ini, dia tidak menaruh perhatian, hanya mengira itu hembusan angin dingin.Tidak jauh dari sana, di lantai atas sebuah paviliun restoran yang tertutup tirai.Orang-orang yang menonton ramai berdiskusi."Panglima Perang terlihat gagah perkasa, tidak seperti orang yang tidak bisa.""Ah, itu karena kamu tidak mengerti. Urusan pria tidak ada hubungannya dengan penampilan, itu bisa jadi penyakit dalam, mungkin juga akibat luka di medan perang.""Pantas saja temperamen Nyonya Kamari kurang bagus, pasti karena urusan ranjang tidak terpenuhi. Itu salah Panglima Perang.""Benar sekali, wanita yang puas biasanya lembut bagai air. Kalau terus menahan diri siapa yang bisa tetap bahagia?""Kalau memang akibat luka di medan perang, kita tidak boleh mendiskrimin

  • Nyonya, Sang Panglima Perang Menyesal   Bab 95

    Tak heran orang-orang senang mengambil jalan pintas, karena godaan jalan pintas tak ada yang bisa menandingi.Sedang mengagumi itu, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak."Laksmi, putri sah Kediaman Adipati Rakai, taruhan nomor 38, seratus emas."Kamari terkejut, pupil matanya seakan bergetar, lalu dengan cepat menoleh ke arah suara.Di lantai dua restoran di samping, Laksmi dengan anggun bersandar pada pagar, menatap ke bawah.Dia mengenakan pakaian merah yang sengaja menonjolkan pesonanya, berkilau di bawah cahaya yang bergoyang dari lampu Fendra, sangat memikat mata.Tiba-tiba, ketegangan bukan hanya mencapai titik mendidih, tetapi seluruh situasi seolah siap meledak.Sebagian besar orang di tempat itu hanyalah penonton. Ada beberapa pemuda bangsawan dengan selera aneh, ada juga wanita kaya dari keluarga terpandang.Meskipun masyarakat Kerajaan Paramarta cukup terbuka, seorang gadis dari keluarga terhormat tetap harus memikirkan reputasinya saat menikah.Paling-paling mereka datan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status