Share

Sembuh

Satu minggu Sarah di rawat di rumah sakit dengan fasilitas terbaik dan dengan menjalani beberapa hari terapi. Akhirnya Sarah sudah bisa berjalan dan berbicara layaknya orang normal lagi.

Hari ini Anwar dan Dian datang ke rumah sakit untuk menjemputnya. Kata dokter, Sarah sudah boleh pulang dengan keadaannya sudah sangat baik.

Melihat kedatangan keduanya, Sarah pun langsung menghambur ke pelukan Dian, "Mbak Dian, aku sangat berterimakasih sama Mbak. Kalau tuhan tidak memberi pertolongannya melalui mbak Dian, aku nggak tahu sekarang aku masih hidup atau nggak."

"Iya Sarah, yang penting sekarang kamu sudah baik-baik saja. Mbak juga tidak pernah menyangka kalau Fandi setega itu sama kamu, ternyata selama ini mbak juga tertipu akan sikap dan mulut manisnya itu."

*

"Apakah kamu masih mau kembali ke rumah itu, Sarah?" tanya Anwar saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Iya Om."

"Sarah! Otak mu memang sudah benar-benar di racuni oleh pria brengsek itu. Kamu sudah dibuat lumpuh dan kamu masih mau kembali ke sana?"

"Iya Om. Aku tetap akan kembali ke sana, tapi tidak untuk kembali lagi pada mas Fandi. karena walau bagaimanapun itu adalah rumahku, satu-satunya peninggalan papa yang aku punya. Tidak akan kubiarkan lagi mereka bersenang-senang di atas penderitaanku. Aku benci padanya!"

"Kamu serius dengan ucapanmu ini, Sarah?" tanya Anwar tak yakin.

"Aku sangat serius, Om. Aku minta maaf atas kebodohanku selama ini lebih mempercayai mas Fandi dari pada Om. Maafkan aku." Sarah mulai menangis kala mengingat dulu dirinya pernah berpikir kalau Anwar ingin menguasai harta almarhum ayahnya.

"Syukurlah kalau kamu telah sadar sekarang. Lupakan saja semua itu, Om tidak pernah ambil hati karena sedari kecil Om sudah sangat mengenal sikapmu."

"Terimakasih Om." Sarah memeluk Anwar.

"Sekarang katakan dimana Fandi. Dia harus mendapatkan balasan setimpal atas apa yang telah dia lakukan padamu."

"Tidak Om. Aku tidak mau Fandi masuk penjara."

"Apa maksudmu, Sarah?" tanya Anwar tak mengerti cara berpikir Sarah. Wanita itu benar-benar susah ditebak,baru saja tadi dia mengatakan kalau dia benci tetapi sekarang dia tidak ingin Fandi dipenjara.

"Aku ingin membalaskan semuanya dengan caraku sendiri Om. Aku juga ingin membuatnya menderita."

"Om tidak yakin kamu bisa melakukan itu, Sarah. Karena kamu itu terlalu polos dan lemah. Bisa saja nantinya kamu kembali terlena dengan bujuk rayunya."

"Tidak mungkin Om, apa yang dia lakukan padaku itu telah menunjukkan bahwa dirinya tidak pantas untuk dipertahankan. Untung saja aku masih belum terlambat untuk menyadari semua itu. Percayalah Om, sekarang aku bukanlah Sarah yang dulu. Sangat mudah untuk orang lain kelabui," jawab Sarah untuk menyakinkan Anwar.

"Wow, sejak kapan seorang Sarah menjadi bijak seperti ini?" tanya Anwar masih kurang yakin. Sarah adalah anak dari kakak kandungnya, tentunya dia sudah sangat memahami semua karakter Sarah yang yang lemah lembut, polos dan sangat mudah terpengaruh.

"Sejak semua orang yang aku percayai menjadi pengkhianat!"

"Ya sudah, terserah kamu. Om percayakan semuanya padamu, seandainya kamu perlu bantuan tinggal bilang saja."

"Terimakasih Om." Sarah memeluk Anwar, dirinya sangat menyesal telah menyakiti perasaan orang yang sangat menyayanginya itu.

"Kamu juga harus waspada Sarah, jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi." Dian menyambung obrolan dari belakang.

"Iya Mbak. Aku akan jaga diri."

"Nah, sekarang kita ke rumah om terlebih dahulu. Karena ada sesuatu yang harus kamu ketahui."

"Apa itu, Om?" tanya Sarah melihat wajah serius Anwar.

"Nanti kamu pasti akan tahu sendiri," kata Anwar kemudian tersenyum. Membuat Sarah semakin penasaran.

Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang, sehingga sekitar satu jam kemudian mobil Pajero sport itu pun berhenti tepat di halaman rumah besar. Rumah yang dulunya juga tempat bermain Sarah.

Sayangnya, rumah besar itu hanya sangatlah sunyi. Karena yang tinggal di sana hanya Anwar dan mbok Suri.

Anwar sudah menikah beberapa tahun yang lalu, menikahi wanita yang sangat cantik membuat hidupnya sangat berwarna dikala itu. Tetapi kebahagiaan itu hanya sesaat. Orang yang sangat berarti dalam kehidupannya harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. di saat akan melahirkan buah hati untuk mereka, dengan bayi yang juga turut ikut pergi bersama ibundanya.

Baru saja Anwar bangkit dari keterpurukannya, ia juga harus kehilangan sosok yang tangguh. Seorang kakak beserta istrinya tewas karena kecelakaan maut sepulang dari rumahnya.

Sehingga ia berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga Sarah dengan baik. Dia tidak mau harus kehilangan segalanya.

"Apakah Om sungguh-sungguh? Terus Om Erik?" tanya Sarah saat mendengar semua penjelasan dari Anwar.

"Sungguh Sarah. Semua perusahaan masih tetap milikmu. Ayahmu seorang pengusaha sukses, tidak mungkin ia mempunyai banyak hutang. Masalah Erik, itu semua hanya rencana Om. Karena Om tahu bagaimana busuknya suamimu. Baru satu bulan menjabat sebagai direktur, kita sudah mengalami kerugian ratusan juta."

Sarah terdiam, memikirkan kembali betapa bodohnya dirinya selama ini. Tidak percaya dengan omongan om Anwar tentang suaminya.

"Maafkan Om telah membohongimu. Karena itu satu-satunya cara agar kamu bisa percaya. Semua ku lakukan untuk melindungimu, Sarah."

"Sarah yang minta maaf, Om."

"Sudahlah, lupakan semua itu. Om tahu liciknya suamimu, kamu pasti akan dicampakkan saat sudah tidak punya apa-apa."

"Tapi sekarang dia tidak bisa menyalahkanku. Jika aku berbuat lebih kejam darinya! Akan ku pastikan dia bersama gundik-gundiknya, menjerit, menangis, di bawah kakiku!" ucap Sarah dengan tatapan sinis, luka di hatinya benar-benar membuat sikapnya berubah drastis.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
g usah soj2an mau balas dendam. bisa apa kamu yg dungu itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status