Home / Romansa / OBSESI CINTA TUAN MUDA / Bab 4 Pernikahan

Share

Bab 4 Pernikahan

last update Last Updated: 2025-08-27 11:01:40

“Nah, ini dia putri kami, Ariana, calon istrimu!” seru ayah.

Apa?! Jadi … aku akan dijodohkan? Aku menatap ayahku penuh tanda tanya.

“Benar, Sayang. Kau akan dilamar, sebentar lagi kau akan dipersunting oleh calon suamimu,” ujar ayah, seakan mengerti dengan arti tatapanku.

Apakah pemuda itu yang akan menjadi calon suamiku? Tampak di samping pemuda tampan itu seorang pria paruh baya dan seorang kakek. Kemungkinan mereka adalah ayah dan kakeknya pemuda tersebut.

“Tapi kenapa aku baru dikasih tahu, Yah? Aku ….”

“Ehem … Sayang, sebaiknya kita duduk dulu. Tidak baik berdiri terus seperti ini,” ujar Susan.

Aku bergeming, masa iya aku akan dinikahkan secara mendadak begini? Tidak ada masa perkenalan secara pribadi antara aku dan pemuda itu, dan tidak ada masa penjajakan. Kacau, aku harus bagaimana?

“Perkenalkan, saya Hendro, ini ayahku Pak Harmani, dan ini anakku satu-satunya, Hengki. Senang bertemu denganmu, Ariana!” ucap pak Hendro.

Aku hanya menanggapinya dengan anggukan dan senyuman kecil.

“Jadi, bagaimana? Putri kami cantik, bukan?” tanya Susan kepada tamu.

“Ya … ya … ya, dia sangat cantik dan menarik!” sahut pak Harmani.

Susan dan ayah tampak tersenyum sumringah. Begitu pun dengan Maurin, senyuman tak lepas dari wajahnya. Sangat kontras dengan sikap mereka sehari-hari terhadapku. Penuh problematik yang tak berkesudahan.

“Johan, Susan, sesuai janjiku pada kalian, aku akan memberikan 5 hektar tanah untuk kalian, beserta hasil bumi di dalamnya. Kalian telah menepati janji kalian. Setelah pernikahan, aku akan membawa Ariana ke rumahku,” ucap pak Harmani.

Tunggu-tunggu, perasaanku mendadak menjadi tidak enak. Perkataan lelaki tua itu terdengar ambigu.

Aku melirik ke arah ayah dan Susan. Mereka tersenyum lebar mendengar apa yang akan diberikan pak Harmani terhadapnya. Namun, entah kenapa, ada yang mengganjal dalam diriku. Aku harus memastikan semuanya sebelum aku menyesal mengambil langkah terburu-buru.

“Maaf, Pak Harmani mau membawaku ke rumah Anda setelah pernikahan? Maaf, ini terlalu cepat. Aku dan cucumu belum mengenal lebih dekat. Aku … butuh waktu untuk berpikir,” ujarku.

Mereka semua kompak terdiam. Saling melirik satu sama lain.

“Kau pikir yang akan menikahimu itu aku? Yang benar saja!” celetuk Hengki. Nada bicaranya cukup merendahkanku.

Aku membeliak, jika bukan Hengki yang akan dijodohkan denganku, lalu ….

“Em … bu-bukan kamu? Jadi … siapa yang akan menikahiku?” tanyaku, perasaanku semakin tidak enak.

“Tentu saja bukan aku, tapi kakekku!” jawab Hengki.

Deg!

Jika ada cermin, mungkin saja aku bisa melihat wajahku yang tiba-tiba pucat. Apa? Jadi … ayahku dan Susan akan menjodohkan aku dengan kakek-kakek?

Tampak pak Harmani mengangguk-angguk kecil, memainkan dagunya dengan senyuman mengerikan di wajah tuanya. Aku meringis, membayangkannya saja … aku tidak sanggup.

“Kenapa aku dijodohkan dengan kakek-kakek?” tanyaku.

“Ariana, jaga bicaramu!” sergah Susan.

“Tidak apa-apa, Susan. Jadi begini, biar aku jelaskan. Ariana, kedatangan kami ke sini memang ingin mencarikan jodoh untuk ayahku. Sudah puluhan tahun sejak ibuku meninggal, Ayah belum pernah menikah lagi. Hidupnya kesepian, hari-harinya selalu dilingkupi rasa sedih. Aku tidak tega melihatnya seperti ini. Kebetulan Susan memberitahuku jika dia memiliki anak yang sudah matang untuk menikah, yaitu kamu. Lihatlah, Ayahku sangat tertarik padamu. Aku jamin, kau akan bahagia jika menikah dengannya,” jelas Hendro.

Apa? Ini gila, memang sangat gila. Bisa-bisanya Susan dan ayahku sendiri, ayah kandungku, menjodohkanku dengan kakek-kakek? Di mana hati ayahku. Kenapa dia tega sekali padaku.

Aku menggelengkan kepala, berdiri dengan gerakan dada naik turun. Cukup, aku tidak mau lagi ditindas oleh keluarga toxic ini.

“Aku tidak mau, maaf!” ucapku menolak secara terang-terangan.

“Ariana!” Ayah menahanku untuk pergi, terpaksa aku duduk lagi.

“Tidak apa-apa, Johan. Pelan-pelan saja membujuknya. Aku akan ke sini lagi nanti di hari pernikahan. Kabari aku kalau Ariana sudah siap. Ayok, Hendro, Hengki, kita pulang sekarang!” pamit pak Harmani.

Setelah mereka tidak terlihat lagi dari pandangan, aku menangis sejadi-jadinya di depan ayahku. Berharap ada sedikit saja belas kasih darinya. Bagaimana pun, aku adalah anak kandungnya. Apakah ayah akan tega, melihatku menangis seperti ini?

Tampak ayah menerima sebuah pesan dari seseorang. Sebuah senyuman tersungging dari bibirnya.

“Ayah, aku tidak mau. Aku masih ingin bekerja,” ucapku.

“Dengar, Ariana. Ini kesempatan bagus buat kamu. Kalau kamu menerima lamaran pak Harmani, dia akan menambah hadiah yang dijanjikan pada kita. Sebuah mobil mewah dan salah satu rumahnya akan menjadi milik kita. Kurang apa dia, sudah kaya, dia juga royal. Kau jangan bersikap bodoh. Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya,” sahut ayah.

Tidak menyangka, ayah lebih memilih menjualku pada seorang aki-aki, demi harta yang ia inginkan. Cih, andai dulu aku ikut ibu saja. Mungkin hidupku tidak akan sengsara seperti ini.

“Kita? Kita atau ayah dan wanita perebut itu?!”

Plak!

Sebuah tamparan melayang bebas dan mendarat di pipiku. Seperti biasa, tidak sakit, cenderung seperti gelitikan kecil.

Susan dan Maurin tampak tersenyum puas melihatku. Seperti dua iblis berwujud manusia.

Hanya saja aku tidak habis pikir di mana hati ayah. Dia lebih mementingkan harta, wanita perebut itu dan Maurin, yang jelas-jelas bukan anak kandungnya. Sementara aku … entahlah, aku dianggap apa di rumah ini.

Aku terkekeh, mengusap sudut bibirku yang berdarah.

“Ayah senang? Lakukanlah apa yang kau inginkan. Bila perlu, jangan biarkan aku hidup. Mati mungkin lebih baik!”

Aku pergi dari hadapan mereka semua. Mengunci diri di dalam kamar. Menangis sejadi-jadinya meratapi nasibku yang selalu menjadi orang teraniaya di rumah ini.

Keesokan harinya, aku bersiap untuk pergi bekerja.

“Apa-apaan ini?” Setelah aku membuka kunci. Namun, pintu kamarku sama sekali tidak bisa dibuka.

“Ayah, buka pintunya. Aku terkurung!”

Susah payah aku membukanya. Namun, sama sekali tak berhasil. Hingga beberapa hari aku tidak bisa ke mana-mana. Ternyata Susan pelakunya. Beberapa kali Susan memberiku makan lewat jendela kecil kamarku. Aku seperti seorang tahanan.

Sekitar satu minggu, akhirnya pintu dibuka. Seseorang yang asing masuk ke dalam kamarku, lalu memaksaku dirias sedemikian rupa. Ya, aku baru tahu jika hari ini adalah hari pernikahanku dengan pak Harmani.

Rumah telah dihias sedemikian rupa, saat aku selesai dirias. Banyak tamu undangan yang berdatangan. Damn! Aku bingung harus menghentikan semua ini bagaimana.

“Selamat menempuh hidup baru, Nyonya Harmani. Selamat, ya … kau sebentar lagi akan menjadi seorang nenek,” celetuk Maurin.

Ingin rasanya aku melempar asbak ke arah wajahnya. Apalagi sekarang, di samping Maurin berdiri sosok Andra. Ya, menambah sakit hatiku saja.

“Ayok, Ariana. Calon suamimu sudah datang!” seru ayah.

Ayah menuntunku untuk mendekat ke arah aki-aki itu. Namun, tiba-tiba perutku melilit.

“Ayah, kamar mandiku mampet. Aku sedang diare!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 44 Ciuman Maut

    Aku mengerucutkan bibir beberapa centi. Sementara Galang diam memejamkan mata menunggu aku melakukan apa yang dia inginkan.“Nih udah!” seruku, hanya menempelkan tanganku ke pipinya.“Aku bisa membedakan mana bibir dan mana tangan. Ciumnya bukan di situ, tapi di sini!” tunjuk Galang ke arah bibirnya.Rasa gugup menghampiri, permintaan Galang cukup membuatku malu-malu. Beberapa kali aku pun mendesis. Kenapa Galang harus memberikan syarat seperti itu?“Mana? Kok diam?” tanya Galang.Aku menghembuskan napas kasar. Aku sangat penasaran dengan pembicaraan Galang dengan ayah, aku pun mendekatkan wajahku ke arah Galang.Kini bibir kami saling menempel. Namun, lama kelamaan Galang malah memegangi kepalaku, menekan wajahku semakin kuat, seakan tidak ingin aku lepas darinya.Aku kesulitan bernapas. Namun, aku sangat sulit untuk bergerak. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku memukul dadanya, hingga Galang akhirnya menyerah dan melepaskanku.Aku meraup oksigen dalam-dalam, berusaha menetralkan pernapas

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 43 Menggoda

    Aku tersenyum getir, mendengar ucapan ayah yang tiba-tiba tidak merestui pernikahanku dengan Galang. Secepat itu?“Tapi kenapa, Yah? Aku dan Galang saling mencintai. Kami berdua sudah sama-sama merasa cocok, kenapa ayah tiba-tiba menolak pernikahan kami? Apa maksudnya ini?” tanyaku tak habis pikir dengan sikap ayah.Ayah tampak menghembuskan napas kasar.“Tidak apa-apa, cuma feeling ayah, Galang tidak cocok buat kamu,” jawab ayah.Pendapat ayah terdengar ambigu. Aku merasa ada faktor yang menyebabkan ayah seperti itu.Aku melirik sekilas ke arah Galang. Selera makanku seketika hilang.“Aku akan tetap menikahi Ariana!” seru Galang, tampak percaya diri. Aku suka itu.Ayah menatap tajam ke arah Galang.“Dan saya tetap menolak!” sahut ayah masih bersikukuh dengan keinginannya.Tak ada rasa kecewa yang ditunjukkan Galang. Hanya ukiran senyum yang ia perlihatkan pada ayah.“Tidak apa-apa, itu hak Anda. Tapi saya tidak akan pernah melepaskan Ariana begitu saja!” Galang masih bersikukuh. Namu

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 42 Meminta Restu

    Maurin berdiri mematung di ambang pintu, menatapku secara bergantian dengan Galang. Gerah rasanya saat Maurin menatap Galang begitu lama. Senyuman kecil tersungging di bibirnya. Tak heran, aku menduga Maurin tergoda oleh Galang. Jelas, kekasihku sangat tampan, jauh sekali jika disandingkan dengan Andra.“Oh my God, ganteng banget!” gumam Maurin. Namun, aku masih bisa mendengarnya.“Kelamaan!”Aku menerobos masuk ke dalam sambil menarik tangan Galang. Mulut Maurin menganga, mungkin juga terkejut atas kedatangan kami yang sangat tiba-tiba.“Tunggu-tunggu, kau … Ariana, kah?” tanya Maurin, dia berjalan mengekor di belakangku dan Galang.Aku menghentikan langkahku, menoleh kasar ke arahnya.“So, kau pikir aku siapa? Mana ayah?” Maurin membekap mulutnya sendiri. Bukannya menjawab, dia malah terpaku padaku.Aku mendelikkan mata ke atas. Ekspresi yang menyebalkan, sehingga aku tidak ingin berlama-lama menatapnya.Aku dan Galang lanjut melangkah, mencari ayah di ruangan lain.“Ayah!” panggil

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 41 Menemui

    Aku terbelalak, menelan saliva dengan susah payah. Aku merasa ragu dengan ajakan Galang yang sangat tiba-tiba itu. Mungkinkah ayah akan menerima jika aku dan Galang menemuinya?“Kenapa? Apakah kau keberatan?” tanya Galang, saat melihat ekspresiku yang sama sekali tidak antusias ini.Aku menghembuskan napas panjang. Menggelengkan kepala pelan, aku pun menjawab, “Bukan begitu, tapi … aku takut ketemu ayahku!”“Kenapa harus takut? Pria tua yang dijodohkan ayahmu padamu sudah mati. Lantas … apa yang membuatmu takut menemuinya?”Aku membuang wajahku ke arah lain.“Aku takut melihat sikap ayahku yang selalu pilih kasih. Aku takut aku merasa sakit hati lagi. Dia lebih condong pada Maurin, anak tirinya. Padahal aku adalah putri tunggalnya. Tapi kenapa aku yang seolah menjadi anak tiri?” Aku menundukkan kepala. Tak terasa air mata menitik di kedua pipi, aku merasa sedih mengingat perlakuan ayahku.“Ssst! Aku tidak suka kau berbicara seperti itu, Ariana. Ada aku … jika ayahmu tidak menginginkan

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 40 Gagal Unboxing

    Aku terhenyak, aku baru tersadar dari buaian mematikan Galang, spontan aku mendorong tubuhnya dari atasku. Aku meraih selimut demi menutupi tubuhku yang polos. Kami nyaris melakukannya.Galang mengangkat sebelah alisnya, tersirat tanda tanya dari wajahnya.“Kenapa?” tanya Galang.Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Tidak, seharusnya aku tidak boleh melakukan ini. Sebelum terlanjur, aku harus bisa mempertahankan diriku. Aku dan Galang belum menikah. Aku tidak ingin kebanggaanku satu-satunya direnggut olehnya. Walaupun aku mencintainya.“Jangan lakukan ini lagi, kita belum menikah,” jawabku. Aku semakin mempererat cengkraman pada selimut.Galang meraih tanganku. Namun, aku tetap mempertahankan diri supaya Galang tidak sampai bisa membuka selimut ini dan melihat tubuhku yang tanpa menggunakan apa pun lagi.“Kau takut aku menyentuhmu?” tanya Galang.Tubuhku bergetar hebat, ini kali pertama ada lelaki yang melihat tubuhku. Sumpah demi apa pun aku sangat malu. Bahkan aku merasa tak memiliki

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 39 Surga Dunia

    Sebuah video diputar, memperlihatkan adegan mesra yang dilakukan Galang dan juga Sonia. Apa maksudnya? Apakah dia sengaja melakukan ini, demi menyakitiku?Aku segera memalingkan wajah, tak sanggup melihat apa yang dilakukan oleh mereka berdua.“Lihat, Ariana!” paksa Galang.Aku menghembuskan napas kasar. Terpaksa aku menyaksikan video tersebut. Rasa sakit kian membara, saat Galang mencium Sonia. Tak sadar air mataku meluncur bebas membentuk miniatur anak sungai di pipi ini.Hingga di akhir video, aku tidak melihat Galang melakukan hal di luar batas. Dia hanya mencumbu Sonia, dan aku melihat di akhir video tersebut, Sonia tampak kecewa, karena Galang tak kunjung melakukan apa yang ditawarkan oleh Sonia.Galang mengusir Sonia, saat wanita itu tidak berdaya, berharap Galang melakukan hal lebih padanya.“Kau–”“Ya!” potong Galang.Aku menghembuskan napas berat, menatap Galang dengan kesal.“Kau menyakitinya,” lanjutku.“Siapa? Aku? Ada cermin di kamar ini. Kenapa kau menuduhku seperti itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status