MasukHari mulai petang saat BMW hitam melaju dengan santai menuju gedung apartemen mewah di pusat kota.Di dalam mobil, Alex sedang mengemudi. Ia tampak gusar, dengan sekali-kali mencengkeram kendali di depannya.Tahun demi tahun terus berganti, namun ternyata semua itu tidak dapat merubah masa lalu. Buktinya sampai hari ini Landon masih saja menyimpan dendam kepadanya.Dan, Elsa ... apa salah gadis malang itu? Dia hanya korban dari depresi masa kecil Landon. Namun ini bukan kesalahan Elsa, jelas bukan!Lagi, Alex mencengkeram kemudi mobil. Kemarahan bergemuruh di dadanya. Ucapan menohok Landon membuatnya amat gelisah.'Daddy boleh pelihara dia kalau mau.'Entah mengapa ia kesulitan menghapus teks itu dari otaknya. Ini tidak mungkin! Ini mustahil! Kenapa dia sangat marah kepada Landon?Belum sempat Alex mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan itu, matanya tiba-tiba saja menangkap sosok seorang gadis yang sedang menikmati Matahari sore di taman gedung apartemen.Elsa?Mobil Alex melamban.
Kabut putih masih menyelimuti hutan pinus. Kawanan gelatik berterbangan di sekitar dahan Jacaranda. Butiran bening meluncur dari kaca-kaca jendela yang berembun.Griya Tawang pukul enam pagi.Elsa terjaga setelah mencium aroma roti tortela yang dipanggang dengan lelehan mentega. Juga susu sapi segar khas Salvador Barat.Oh, tidak! Semua itu menu sarapan kesukaannya!Tubuh mungil gadis itu mengeliat di antara gulungan selimut tebal warna putih. Elsa menguap lebar seraya bangkit dan mengambil posisi duduk di tengah ranjang. Tangannya mengucak-ngucak mata yang terasa lengket. Rambutnya yang panjang dan lebat terlihat acak-acakan."Selamat pagi, Nona Elsa!"Gadis itu sangat terkejut saat mendengar suara seorang pria. Samar-samar Elsa melihat Ernes yang sedang berdiri di depannya bersama seorang wanita.Tangannya meraba-raba mencari kacamatanya. Ernes segera maju dan mengambilkan kacamata Elsa dari meja di dekat ranjang, lantas menyodorkannya pada gadis itu dengan sopan."Ah, terima kasih
Pintu mobil ditutup dari dalam. Elsa cukup terkejut dibuatnya. Diam-diam matanya melirik ke arah pria yang kini duduk di sampingnya.Dia Alex Parker, pria dingin yang memberikan sapu tangan di dalam lift, juga orang yang menolongnya dari ambang kematian. Elsa sungguh tak percaya, jika benang takdir mempertemukan dia dengan ayah mertua sebegitu uniknya.Kendati demikian, Elsa sangat bersyukur karena dipertemukan dengan Alex. Hanya saja dia sangat malu karena ayah mertua harus melihatnya dalam kondisi amat menyedihkan begini.Alex sungguh sangat baik mesti terlihat dingin dan kaku. Pria itu sudah mengirim Xavier untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai sembuh, juga memberikan banyak uang pada Deborah dan Tracy, meski sebenarnya mereka tak pantas dikasihani.Kini Elsa sangat lega meski harus meninggalkan desa dan Paman Xavier. Dia berharap sang paman segera pulih dari sakitnya."Kau pasti sangat terkejut. Aku minta maaf karena tidak mengenalmu sebelumnya," ujar Alex. Bau mint da
Mercedes Benz C-Class warna hitam legam keluaran terbaru, edisi terbatas di musim panas tahun ini tampak melaju dengan santai menyusuri jalan menuju pegunungan. Provinsi Salvador Barat berada di balik bukit, dengan daratan yang tandus, dan perairan Alexandria Baru sebagai pemisah antara dua pulau kecil yang menjadi daya tarik kota itu. Aroma rumput kering tercium oleh Alex saat ia menurunkan kaca mobil mewahnya. Hamparan ladang kering dan hewan ternak kepanasan menjadi pemandangan yang tampak asing baginya, namun begitu eksotik untuk dipandang. Jalan yang mereka lintasi berada di antara perbukitan. Tebing-tebing kapur yang menjulang putih berjajar di sepanjang jalan, dengan panorama laut yang terbentang luas berada di seberang. Gelap melingkupi untuk sementara waktu saat mobil memasuki terowongan tua. Sekitar tiga puluh meter panjang terowongan itu. Alex tampak menikmati perjalanan, meski hatinya amat gusar. Dari kaca di atasnya, Ernes melihat siluet Alex. Ia lantas berdehem. "H
Malam itu di sebuah bar elit tempat para pejabat membuang uang mereka di meja kasino. Di sudut ruangan dengan pencahaan yang remang, tampak Landon yang sedang minum-minum ditemani oleh seorang wanita berpakaian seksi. Wanita tidak tahu malu itu duduk di pangkuannya dengan bangga. Sesekali ia tersenyum saat Landon menyentuh pipinya dengan ciuman. Sementara permainan kasino masih terus berlangsung. "Tuan Muda!" Ernes datang dengan tergopoh-gopoh. Dia membawa dua orang boduguard untuk menyeret Landon dari meja judi. Pria itu memakinya habis-habisan, karena telah mengganggu kesenangannya malam ini. "Bos memanggil Anda sekarang juga," bisik Ernes. Tangannya memegangi lengan Landon yang terus berontak. Seketika Landon terdiam. Mereka pun segera membawa pria itu keluar dari bar. Orang-orang memandangi kepergian mereka. "Kau sudah menikah, benar begitu?" Sambil berdiri di tepi garis jendela yang menampilkan situasi kota di malam hari, Alex bicara kepada Landon. Sekitar lima belas meni
"Ada tiga tulang rusuk yang patah, juga pendarahan hebat. Kami sudah atasi semuanya. Namun, dia sudah kehilangan bayinya." Mendengar penuturan dokter, Alex cuma mengangguk. Matanya tidak luput dari pasien wanita yang sedang terbaring di ruang ICU. Sambil berdiri di tepi kaca jendela ruangan itu, ia memantau kondisi Elsa. Alex menemukan gadis itu di antara rerumputan dan tanah berdebu yang tak jauh dari Hotel California. Ceceran kertas berserakan di sekitarnya. Entah siapa gadis itu. Alex cuma ingat, bahwa ia pernah bertemu dengan Elsa di dalam lift. "Apa sudah hubungi keluarganya?" tanya Alex. Pandangan pria itu tidak berpaling sedetik pun dari Elsa. Dokter agak sungkan. "Selain berkas laporan medis kandungannya, kami tidak menemukan kartu identitas apapun yang dibawa olehnya." Alex terdiam. Matanya masih menatap ke arah Elsa. Siapa sebenarnya gadis malang itu? Apa yang terjadi padanya sampai ditemukan dengan kondisi yang parah dan kehilangan bayinya. Apa dia korban perampokan?







