LOGINTangan pria suruhan Reynard nyaris mencapai lengan Vera.
"Nyonya Sterling yang baru. Hadiah Tuan Reynard," ujar pria itu sinis. Dalam sepersekian detik itu, naluri bertahan hidup Vera mengambil alih. Dia tidak berteriak; dia bertarung. Dia menginjak sepatu pria itu dengan tumitnya dan menyikut tulang rusuknya dengan gerakan cepat, memanfaatkan peluang untuk berlari menuju pintu belakang. Dia sadar, wanita sepertinya tidak cukup melawan secara fisik, tetapi itu memberinya waktu. Tepat ketika dia mencapai pintu, udara terkoyak oleh suara tembakan yang keras dan terarah. Pintu itu hancur. Itu bukan tembakan musuh. Kaelan muncul di pintu masuk, dikelilingi oleh pengawal, tetapi Kaelan sendiri yang terlihat paling brutal. Jasnya kusut, ekspresinya adalah kemarahan yang meluap-luap. Dia melihat pria Reynard hampir menyentuh Vera. "JANGAN SENTUH DIA!" raung Kaelan, suaranya dipenuhi amarah mentah yang mengguncang seluruh kafe. Kaelan menembak dengan presisi cepat. Dalam hitungan detik, kekacauan seketika berubah menjadi pembantaian brutal. Setelah ancaman dinetralisir, Kaelan mengabaikan semua orang dan berjalan cepat, matanya berat dan tidak teratur... ia benar-benar kehilangan kendali. Kaelan berbisik, suaranya serak,nyaris pecah dalam histeris. "Kau... kau berani. Jangan pernah berpikir kau bisa mati tanpa izinku, Vera! Jangan pernah! Kau milikku! Hanya aku yang punya hak untuk menyentuhmu!" Dia tidak mengancamnya dengan pukulan; dia mengancamnya dengan kehancuran emosionalnya sendiri, pengakuan bahwa nyawa Vera adalah pusat dunianya. Vera membalas pelukan itu, terkejut. Dia tidak hanya melawan seorang kriminal, dia melawan obsesi yang liar dan gila. Perjalanan kembali ke Sterling Manor sunyi. Kaelan memegang lengan Vera erat-erat, genggamannya tidak terlepaskan. Dia tidak berbicara, tetapi cengkramannya yang sekeras besi berkata segalanya. Sesampainya di Manor, Kaelan membawa Vera langsung ke kamar utama. Dia tidak memanggil dokter, dia melakukannya sendiri. Dia mendudukkan Vera di sofa beludru, memeriksa luka-luka kecil Vera... luka dari serpihan kaca di lengan dan memar di bahu yang Vera peroleh saat melawan. Tangannya yang bisanya kejam kini lembut saat mengoleskan antiseptik. Kontras antara kekejaman di luar dan kelembutan yang sungguh tidak wajar ini sangat menggangu Vera. Kaelan menatap luka itu dengan fokus, seolah memperbaiki aset yang rusak. "Kau sangat ceroboh," desis Kaelan, suaranya rendah, tetapi getaran di dalamnya menunjukkan rasa takut yang besar. "Kau hampir membuatku kehilangan sesuatu yang baru saja kudapatkan." Vera menatapnya. Dia tahu ini adalah momennya. Dia harus menguji Kaelan. "Anda tidak marah karena saya ceroboh, Kaelan. Anda marah karena Anda merasa kehilangan kendali. Anda takut Reynard akan menyentuh aset Anda," ucap Vera datar. Kaelan menghentikan gerakannya. Dia menyentuh alat P3K, menarik Vera berdiri hingga tubuh mereka bersentuhan. Matanya gelap, tetapi ada kepuasan yang brutal di sana. "Kau benar," akunya, suaranya kini dingin. "Aku takut kehilangan kendali atasmu. Tapi itu berarti kau telah memenangkan permainan ini. Kau membuatku takut,Vera. Dan sekarang, kau harus membayar harganya." Dia menciumnya. Ciuman kali ini tidak brutal; itu adalah ciuman klaim yang dalam, dipenuhi kelegaan dan obsesi. Ciuman itu menyegel bahwa Cruel Romance mereka telah melewati batas dan menjadi hal yang tidak terhindarkan. Kaelan membawa Vera ke ranjang. "Kau adalah milikku. Disegel oleh trauma dan api. Kau selamat dari bahaya, Duri. Dan untuk keberanianmu, kau pantas mendapatkan hadiah," bisik Kaelan. Vera membalas ciuman Kaelan, menyambut gairah kejam itu. Dia menyadari bahwa dia tidak lagi berjuang untuk lari, tetapi berjuang untuk berkuasa. Pagi hari setelah penyegelan perjanjian yang intens, suasana di kamar utama telah berubah. Gairah telah mereda, di gantikan oleh kesepakatan diam-diam yang dingin. Kaelan berdiri di dekat jendela, wajahnya kembali ke topeng CEO yang kejam, tetapi matanya mengkhianati kewaspadaan yang baru. "Kau telah membuktikan nilai dan keberanianmu," ujar Kaelan, tanpa menoleh. "Dan itu berarti kau terlalu berharga untuk dipertaruhkan. Mulai sekarang, tidak ada lagi misi sendirian. Kau akan berada dalam radius pandanganku. Jika kau harus keluar dari Manor, aku akan ikut, atau setidaknya salah satu second-in-command terbaikku." Vera yang kini sudah sepenuhnya berpakaian, mengangguk. Dia tahu ini adalah konsekuensi dari obsesi Kaelan, bukan hukuman. Sebagai imbalan, Kaelan berbalik dan memberikan sebuah tablet baru. "Aku tidak akan memberimu akses ke kantor lama yang terinfeksi Reynard. Mulai hari ini, kau akan mengambil alih manajemen operasional harian kantor pusatku di lantai atas. Semua keputusan akan melewati mejamu." Ini adalah langkah besar. Kaelan tidak hanya memberikannya pekerjaan; dia memberikannya kekuasaan di jantung kerajaannya. Ini pertanda baik untuk Vera. Vera mengambil tablet itu, senyum kecilnya dingin dan strategis. Dia telah mencapai tujuannya. Dia tidak lagi terperangkap di kamar tidur; dia terikat pada kekuasaan Kaelan. Dia mulai bisa mengendalikannya. "Diterima. Batasannya telah ditetapkan, Tuan Sterling. Dan saya akan memastikan kita berdua mengikutinya." Kaelan tersenyum puas. Vera berjalan keluar kamar utama, menyadari bahwa ia gagal melarikan diri, tetapi berhasil menggenggam kekuasaan di sisi raja yang paling berbahaya. Kaelan tidak bergerak sampai pintu tertutup. Saat suara langkah kaki menghilang, topeng CEO yang dingin itu seketika runtuh. Mata Kaelan yang kejam melembut menjadi sesuatu yang gelap, liar, dan sangat puas. Di matanya, tidak ada lagi ketegasan; hanya kegilaan yang terkontrol. Kaelan berjalan ke dinding di balik rak buku... dinding yang tidak pernah disadari Vera... dan menyentuh panel tersembunyi. Dinding itu bergeser terbuka, memperlihatkan Ruangan Terlarang miliknya. Di dalamnya, ruangan itu gelap, diterangi oleh lampu spotlight yang redup. Seluruh dinding dipenuhi kolase foto Vera: Foto Vera di forum bisnis, di universitas, saat dia tertawa kecil di kafe, dan bahkan foto-foto yang diambil secara rahasia... saat dia tertidur lelap, terlihat rentan. Semuanya tertata rapi, satu dekade, dan menakutkan. Kaelan berjalan ke tengah ruangan, menyentuh foto Vera yang sedang tertidur dengan ujung jarinya. "Kau pikir kau memenangkan kursi kekuasaan, Vera? Kau salah. Kau hanya memasuki sangkar yang kubangun dengan tangan dan jiwaku selama sepuluh tahun," batin Kaelan. Kaelan menatap foto Vera yang sedang berapi-api di ruang rapat, dan seringai puas muncul di wajahnya. Kaelan berbisik. "Kau tidak mendapatkan akses ke kantor baruku. Kau adalah alasku. Setiap langkah yang kau ambil, setiap ide yang kau susun, adalah puncak dari obsesiku. Kau bukan bidak,kau adalah karya seni yang akhirnya kuperoleh." Dia mematikan lampu. Ruangan itu kembali tersembunyi. Kaelan berjalan keluar, kembali mengenakan topeng CEO-nya, tetapi kini dia membawa beban rahasia yang jauh lebih mengerikan. Vera berpikir dia menang, tetapi Kaelan tersenyum, tahu bahwa permainan sesungguhnya baru saja dimulai, dan dia telah merencanakannya sejak lama.Vera sepenuhnya mengambil alih ruang kerja utama Kaelan. Dia tidak duduk di sofa; dia duduk di kursi Kaelan, dikelilingi oleh tablet dan proyeksi holografik data keuangan Lysander yang ia analisis.Kaelan berdiri di sisi meja. Dia tidak sedang bekerja; dia mengamati Vera, sesekali menyentuh bahunya atau merapikan helai rambut Vera yang jatuh. Dia adalah asisten pribadi yang posesif.Vera,sambil mengetuk-ngetuk layar. "Kau tahu?Arus kas Lysander ini terlalu bersih. Menjijikkan. Dia menyembunyikan uang operasionalnya di tempat yang sangat terenkripsi. Berikan aku akses server lama Ayahmu. Aku butuh keyboard lama."Kaelan membungkuk, wajahnya mendekat ke leher Vera. Dia tidak bergerak untuk mengambil keyboard itu; dia mencium leher Vera terlebih dahulu."Aku tidak bisa menahan diri. Kau terlalu seksi saat berkuasa, Vera. Setiap kali kau memerintahku, aku ingat mengapa aku butuh kau. Ambisimu membuatku gila.""Astaga, Kaelan. Aku sedang menghitung arus kas, bukan berkencan. Ambil keyboard
Vera terbangun di ranjang Kaelan. Keheningan tebal menyelimutinya. Masih ada aroma samar mesiu di udara. Matahari pagi menyentuh tirai beludru. Ia bergerak sedikit, merasakan lengan Kaelan yang posesif melingkari pinggangnya. Semalam, mereka adalah prajurit yang brutal; pagi ini, Kaelan hanyalah seorang pria yang tidur lelap, kelelahan, dan sedikit memar di pelipisnya.Melihat memar itu, naluri keibuannya…atau lebih tepatnya,naluri bawelnya…langsung aktif.Vera dengan hati-hati melepaskan diri dan bangkit. Ia kembali ke kamar dengan nampan sederhana: bubur hangat, teh, dan dua butir vitamin yang ia ambil dari kotak P3K. Kaelan membuka mata, ekspresi bingungnya dengan cepat digantikan oleh senyum posesif.“Kau tidak seharusnya bangun. Seharusnya kau berbaring di sisiku, di sini.” Suara Kaelan serak.Vera meletakkan nampan dengan tegas di meja samping. "Aku tidak seharusnya? Tuan Sterling, aku adalah perawatmu hari ini. Dan perawatmu bilang kau terluka dan kekurangan gizi. Jadi, kau aka
Kaelan dan Vera bergerak dalam keheningan yang brutal, menembus lapisan keamanan markas Reynard. Vila mewah itu ternyata menyimpan gudang bawah tanah milik keluarga Sterling yang terlupakan. Mereka mengenakan pakaian tempur gelap, senjata di balik pinggang. Mereka adalah unit kematian.Mereka menyusup ke ruang penyimpanan yang luas. Di tengah ruangan, di atas alas kaca yang berdebu, tergeletak Ikon Supremasi Keluarga Sterling... artefak yang terlebih kuno dan berharga. Tetapi di sekeliling artefak itu, Reynard telah menyimpan jebakan secara psikologis.Di dinding, pencahayaan sengaja diatur: serangkaian foto Kania yang tersenyum. Dan di tengah ruangan, ada rekaman suara lama yang memutar tawa Kania.Kaelan seketika berhenti, membeku. Aura dominasinya runtuh. Dia melihat masa lalunya menatapnya. Trauma yang disembunyikan selama lima tahun muncul ke permukaan.Vera berbisik, dengan suara tajam. "Kaelan! Jangan biarkan dia masuk ke kepalamu! Tidak sekarang!”Kaelan tidak merespons. Dia h
Kaelan dan Vera kembali ke Manor. Alih-alih merayakan kemenangan atau menyusun strategi, Kaelan membawa Vera langsung ke kamar mandi. Mereka berdua sama-sama kotor dan kelelahan, tetapi ada keheningan yang hadir di antara mereka.Kaelan duduk di tepi bak mandi. Dia mengambil kain basah dan mulai membersihkan bekas darah dan debu di wajah Vera. Gerakannya sangat lembut, sangat berbeda dari pria yang baru saja menembak musuhnya di pesta elit."Damai. Ya Tuhan,damai sekali. Aku seharusnya merasa takut, tetapi sentuhan Kaelan...sentuhan ini membuatku merasa aman. Keamananku bukan karena dia menjatuhkan bahaya, tetapi karena dia menyambut bahaya. Tapi karena dia menyambut bahaya itu bersamaku. Di tangannya, tidak ada lagi pengkhianatan, tidak ada lagi Reynard," batin Vera."Kau seharusnya membiarkan pengawalmu yang melakukan ini. Kau terluka juga." ucap Vera.Kaelan tidak menatap Vera, matanya fokus pada luka Vera. "Mereka tidak punya hak menyentuhmu. Tidak ada. Aku harus memastikan sendi
Lampu kristal megah di aula Grand Ballroom memantulkan kilau. Kilauan itu jatuh pada gaun Vera yang sederhana, yang kini kontras dengan perhiasan berlian hitam Kaelan yang mencolok. Rambut Vera disanggul tinggi, memperlihatkan tanda kepemilikan yang samar di bawah rahangnya... tanda yang kini terasa seperti lencana aliansi mereka. Kaelan, mengenakan tuksedo hitam pekat, tidak pernah melepaskan tangannya dari punggung Vera. Mereka adakah pusat perhatian. Pasangan yang paling berkuasa di ruangan itu. Mereka memproyeksikan persatuan yang brutal.Kaelan membimbing Vera melintasi ruangan. Di dekat bar, Reynard berdiri. Ekspresi Reynard yang semula sinis, seketika berubah menjadi terkejut dan marah saat melihat Vera. Reynard tidak menyangka Vera, yang ia rencanakan untuk dihancurkan, kini berada di sisi Kaelan sebagai aset yang di pamerkan.Reynard mendekat, senyum palsu terlihat tegang. "Kaelan. Aku tak menyangka kau berani membawa aset barumu ke tempat umum. Terutama setelah apa yang terj
Udara di gudang tua pinggiran kota terasa dingin,tajam, berbau karat dan debu. Lampu tunggal yang tergantung di atas kepala menciptakan bayangan panjang yang bergerak, menambah ketegangan. Ini adalah panggung yang Vera dan Kaelan siapkan untuk Lucas.Vera berdiri di tengah ruangan, mengerjakan pakaian sederhana yang menonjolkan tanda berlian hitam di lehernya... tanda kepemilikan Kaelan.Kaelan mendekat dari belakang, tangannya melingkari pinggang Vera. Dia mencium tengkuknya, sebuah klaim posesif yang didorong oleh rasa takut."Aku sungguh tidak suka kau berada di posisi ini. Aku tidak suka kau menjadi umpan. Kau adalah aset terpentingku, dan aku menempatkanmu dalam bahaya. Ini bodoh," bisik Kaelan."Obsesimu adalah kelemahanku, Kaelan, tetapi juga perisaiku. Aku tahu kau akan mengawasiku. Aku tahu kau tidak akan membiarkan Lucas menyentuhku. Dan itu membuatku jauh lebih aman daripada bersembunyi di kamarmu."Kaelan membalikkan tubuh Vera, matanya yang gelap mengunci pandangan Vera.







