Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 1 Kencan Buta

Share

ONE DAY IN MY LIFE
ONE DAY IN MY LIFE
Author: Idry2ni

Bab 1 Kencan Buta

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-05-26 12:10:12

Aku, Shella Yolanda seorang wanita yang saat ini berumur 25 tahun. Di usia yang tidak tergolong muda tersebut aku terus-menerus didesak pihak keluargaku untuk mengakhiri masa-masa karier beralih menjadi seorang istri. Keluargaku yang cukup keras kepala berusaha dengan sangat keras mendatangkan pria-pria pilihan mereka ke rumah. Namun sayangnya tidak ada satu pun di antara pria-pria itu menggugah seleraku untuk melepaskan karier. Baik tinggi badan, penampilan dan sifat, tidak satu pun memenuhi kriteriaku.

Karena desakan pihak keluargaku yang semakin membara, akhirnya aku memutuskan untuk menjalani kencan buta. Benar, kencan buta lewat sebuah situs daring yang di rekomendasikan oleh seorang temanku. Walaupun peluang keberhasilan dari sistem kencan seperti ini hanya 20-30%. Aku tetap harus mengundi keberuntunganku bukan?

Restoran Ayam Miny

Aku telah berada di Restoran lebih dari 30 menit dan beberapa orang yang yang ingin aku ajak kencan telah tiba satu per satu. Selama 30 menit itu lagi dan lagi aku tidak mendapatkan seseorang yang sesuai ekspektasi ku. Tiga orang, aku telah menolak tiga orang pria.

"Ya ampun. Bagaimana ini, apa peluangku dalam kencan hanya 5% untuk mencapai keberhasilan?" Kedua tanganku menyanggah wajah. Tatapanku beralih pada seorang pria di meja keempat yang tidak jauh dari mejaku. Aku sempat memperhatikan pria itu sebelumnya. Aku merasa situasi di antara kami terbilang cukup memiliki kemiripan. Mengapa aku bisa berpikir seperti itu? Karena sejak tadi, ketika aku melakukan kencan pria itu pun berkali-kali di hampiri beberapa wanita. Dengan percaya diri aku perlahan-lahan pergi ke meja pria itu untuk mengundi keberuntungan yang kedua kalinya.

Sebuah bayang-bayang menutupi penglihatan Max yang tengah membaca buku. Seingat Max kencan hari ini hanya ada empat wanita. Tetapi mengapa tiba-tiba bertambah? Ia benar-benar terganggu. "Hanya ada empat Wanita yang berjanji kencan hari. Jadi... Siapa kau?" ucap Max sembari mendongak.

"Ah... Maaf... Aku mungkin mengganggumu. tetapi boleh aku duduk di sini?" Aku mencoba tersenyum meminta izin dari pria itu.

"Tidak," jawab Max. Buku yang terbuka sebelumnya tertutup begitu saja. "Pergilah." Max hendak pergi namun wanita itu tiba-tiba menghalangi langkahnya.

"Aku mohon sebentar saja. Aku benar-benar meminta tolong kepadamu." Jika aku membiarkan pria itu pergi, kemungkinan besar aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Walaupun aku harus menghadangnya seperti ini.

Max terpaksa kembali duduk. "Baiklah cepat katakan apa maumu?"

Mendengar itu mataku berbinar. Aku pun duduk dan mengatur napas. "Menikahlah denganku!"

"Apa?" Max tidak menyangka wanita itu akan mengatakan hal menakutkan seperti ini. Ia memajukan diri dan menurunkan tangan wanita itu yang seolah berharap ia menyetujui perkataannya dengan menjabat tangannya.

Mataku yang semula tertutup untuk meminimalisir rasa malu, akhirnya terbuka ketika tangan pria itu menurunkan tanganku bukan menjabatnya. "Kau menolak?" ucapku yang tidak menyangka akan di tolak.

"Wanita gila mana yang mengatakan hal mengerikan seperti itu? Aku harap kita tidak pernah bertemu lagi." Max pun pergi dengan cepat dari Restoran meninggalkan wanita itu.

Kedua tanganku terkepal. Wajah serta telingaku memerah menahan malu. Aku tahu jika aku cukup gila mengajak pria yang baru aku temui untuk menikah. Bahkan kami pun tidak bertukar nama? Aku menutup wajahku dan pergi dari Restoran.

Parkiran Mobil

Aku menendang dengan perlahan mobilku untuk meluapkan sedikit emosi dan rasa malu. Setelah tiga kali menendang mobilku dengan tenaga stabil, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Akan tetapi pendengaranku menangkap suara ricuh antara pria dan wanita. "Pasti itu sepasang kekasih. Ah... Andai aku tidak mengatakan hal memalukan seperti itu di depan Pria itu, apa kami bisa menjalin hubungan... Seperti kekasih... Lalu menikah. Entahlah sepertinya terdengar tidak mungkin." Aku yang sudah berniat pulang tiba-tiba terdiam di tempat.

Langkah kakiku mengikuti arah suara ricuh sepasang kekasih itu. Entah mengapa aku tiba-tiba penasaran. Tetapi ketika aku menemukan keberadaan mereka aku tidak menyangka melihat pria yang tadi aku temui di Restoran sedang bersama seorang wanita. "Jadi dia menolak ku karena dia punya seorang kekasih? Sayang sekali... "

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status