Share

3. NIGHTMARE AND YOU

Wei yang sama sekali tidak tidur semalam, dipagi hari ia terlihat sangat pucat dari biasanya. Ia berkaca sambil merapikan dasinya dan masih merasakan sesak di bagian dadanya. 

"Sebenarnya apa yang terjadi denganku," gumamnya sambil menghela nafas dalam. 

"Direktur, apa yang terjadi? kamu terlihat pucat." ucap Jiasu panik

"Tidak apa-apa, oh iya siang ini buatkan janji dengan Feng Xi!" ucapnya sambil bergegas pergi. 

"Baik."

Feng Xi merupakan teman kuliahnya dan sekaligus dokter yang bertanggung jawab memantau kondisi psikologis Wei, karena ia merasa aman dengan Feng Xi mengingat hubungan pertemanan dengannya ia percaya hanya Feng Xi yang bisa ia percayakan. 

Sementara itu disisi lain David membatu Meng Qi berkemas, sebenarnya Meng Qi memiliki banyak sekali kekhawatiran, namun ia memutuskan untuk serius melakukan pemulihan. Dengan adanya bantuan David ia merasa tenang, David yang begitu tulus terhadap Meng Qi membuat Xiyi kembali merasa resah melihat perlakuan berbeda David terhadap temannya.

"Tidak, tidak mungkin," gumamnya dalam hati.

Susana yang begitu sunyi, tangannya gemetar ketika ia membuka pintu dan melihat David sedang memperhatikan Meng Qi diam-diam, suara gertakan pintu membuat mereka tersadar dengan keberadaan Xiyi yang tengah berdiri di depan pintu. 

"Eh Yiyi, Sini!" Ajak Meng Qi yang masih merapihkan pakaiannya. 

Xiyi berusaha tenang dan menghampiri mereka dengan perlahan, dengan bantuannya mereka selesai lebih cepat dan segera meninggalkan rumah sakit. Sementara di sisi lain Wei mengunjungi tempat praktik temannya yang merupakan seorang dokter psikiater. 

Begitu tiba Wei langsung meminum minuman milik Feng Xi yang terasa asam. 

"Aish, apa ini?" Wei terlihat marah-marah tidak jelas. 

"Kenapa? ada sesuatu yang menggangumu?" tanya Feng Xi. 

"Akhir-akhir ini aku bermimpi buruk lagi dan mulai berhalusinasi," ucap wei termenung sambil memegang dadanya yang masih saja terasa sesak.

"Beberapa tahun ini aku kira mulai membaik, apa ada hal yang sangat menggangumu belakangan ini?" tanya Feng Xi penasaran. 

"Dia kembali," jawab Wei perlahan dengan gugup. 

"Dia? Maksudmu gadis yang waktu itu membuatmu jadi seperti ini?" tanya Feng Xi. 

Dia kaget mendengar pernyataan Wei, ia berfikir memang benar trauma Wei mungkin saja berhubungan dengan Meng Qi. 

"Iya dia."

Wei menghela nafas dalam, perasaanya yang campur aduk membuatnya merasa tak nyaman, dan tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian kepala.

"Wei, kamu Baik-baik saja?"

Ia panik dan langsung menopang Wei dengan cepat keatas sofa, Wei yang terbaring lemah dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Setelah menganalisis Feng Xi menemukan solusi untuk mengobati traumanya, diantara membangun hubungan dekat dengan Meng Qi atau membangun hubungan dekat dengan wanita lain dan menghidari Meng Qi. 

Mendengar saran tersebut Wei sempat menolak keduanya, namun akibat mimpi buruk yang selalu ia alami, ia lebih memilih memulai hubungan baru karena tidak mungkin baginya untuk bersama dengan Meng Qi. Jiasu mengatur beberapa kencan buta Wei dengan beberapa gadis cantik namun dengan sikap Wei yang dingin sama sekali tidak ada yang bertahan lama.

Kemudian mereka mengunjungi bar tempat dimana terakhir kali ia mengalami kecelakaan.

"Wei, aku bertanya bukan sebagai seorang asisten melainkan temanmu," ucap Jiasu.

"ada apa?" tanya Wei singkat.

"Kamu sama sekali tidak menjalani hubungan romantis semenjak putus darinya, apa kamu masih menunggunya?" tanya Jiasu penasaran.

"tidak, hanya saja terlalu melelahkan," jawabnya sambil beranjak pergi menuju tolilet.

Tiba-tiba saja Wei merasa pusing ia terjatuh dan tak sadarkan diri, dari arah sebrang Meng Qi melihat Wei dan ia dengan cepat menghampiri nya. Karena keadaan genting Jiasu sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Meng Qi, mereka membawa Wei ke sebuah ruangan VIP. Melihat Wei terbaring lemah membuat Meng Qi merasa cemas, namun Jiasu baru menyadari akan Meng Qi yang duduk di sebelah Wei dan terlihat panik. 

"A-apa yang terjadi," gumamnya panik.

"Kamu, kenapa kamu disini?" Jiasu yang panik segera menarik Meng Qi menjauh. 

"Kamu jiasu? Oh iya, Wei dia kenapa?" tanya Meng Qi sambil menatap kearah pintu dengan cemas. 

"Bukan urusanmu, aku sarankan supaya kamu menjauh darinya, dia sudah cukup menderita selama ini, Aku mohon jika kamu masih menganggapku teman kumohon jauhi dia." Jiasu dengan dingin berjalan pergi meninggalkan Meng Qi. 

"Ta-tapi dia.."

Meng Qi perlahan pergi dengan perasaan gelisah, ia mencoba mencari kesempatan untuk menemui Wei. Ketika Jiasu lengah ia berhasil menyelinap masuk menemui Wei, namun ia masih saja dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu."

Ia menatap Wei dengan lirih sambil mengelus rambutnya dengan lembut. Malam semakin larut, ketika ia beranjak  meninggalkan ruangan, Wei menarik tangannya dengan erat. Sepertinya mimpi buruk itu kembali menghampiri nya namun Meng Qi dengan cepat menyadari nya kemudian ia duduk perlahan di samping Wei. Ia menjaganya dengan penuh kasih sayang dan membuat Wei menikmati tidur yang sangat pulas dimalam itu.

Sekitar jam 3 dini hari, Meng Qi yang meninggalkan ruangan tersebut dengan tergesa-gesa, tanpa sadar handphone miliknya tertinggal. Ketika ia mencoba masuk namun sayangnya Wei dalam pengawasan Jiasu, dengan terpaksa ia meminta pertolongan Xiyi. 

"Yiyi, kamu tolong aku." bujuk Meng Qi dengan nada manja.

"Kenapa? Jangan bilang kamu terlibat masalah lagi?" tanya Xiyi mencoba menghiraukan godaan Meng Qi. 

"Tidak, handphoneku tertinggal di ruangan VIP 002 Yiyi please," bujuknya sambil memeluk Xiyi dengan manja. 

"Hemm, baiklah kamu tunggu disini."

Xiyi berjalan kearah ruangan tersebut tanpa mengetahui Wei. ia mencoba mengendap masuk namun ia bertemu dengan Jiasu.

"Kenapa kamu disini? Ini kamar pribadi tolong keluar!" Jiasu yang tampak dingin menghalangi pintu tersebut.

"Oh, barangku tertinggal didalam," ucap Xiyi gugup.

"Barang apa? Kenapa bisa disini?" tanya Jiasu.

Xiyi terdiam sejenak memikirkan alasan yang menurutnya tampak masuk akal.

"Emm tadi saya tidak sengaja masuk, setelah mendengar suara dari dalam," jawab Xiyi dengan terbata.

"Tunggu biar saya ambilkan."

Jiasu berjalan kearah ranjang dan benar terdapat handphone yang tergeletak di samping Wei, ia dengan cepat memberikannya kepada Xiyi.

"Terimakasih." Xiyi tersenyum tipis meninggalkan Jiasu dengan tergesa-gesa.

Dipagi hari yang cukup cerah, Wei terbangun dan ia merasakan ada yang berbeda dari biasanya.

"Aneh, sepertinya aku tertidur pulas," gumamnya dalam hati.

"Wei, kamu baik-baik saja?" Jiasu yang terlihat cemas melihat Wei yang kebingungan.

"Apa yang terjadi semalam?" tanya Wei penasaran.

"Kamu tiba-tiba pingsan, aku tau kamu tidak suka dengan rumah sakit jadi terpaksa bermalam disini," Jawab Jiasu.

"Bukan, setelah pingsan ada hal yang aneh?" tanya Wei yang sangat  penasaran mengapa ia bisa tertidur sangat pulas.

"Tidak, memang kenapa? Apa kamu merasa kesakitan?" Jiasu dengan panik meraba bagian tubuh Wei. 

"Bukan, lepaskan! Aneh saja baru kali ini aku merasa tidur pulas," ucapnya sambil beranjak bangun meninggalkan ruangan tersebut. Jiasu terdiam sejenak ia mengingat semalam ia bertemu dengan Xiyi. 

"Oh, aku ingat semalam Cheng Xiyi meninggalkan handphone miliknya  disini, mungkinkah karena dia?" ucap Jiasu merasa bersemangat. 

"Cheng Xiyi, teman Zhang Meng Qi? mustahil!" tegas Wei berjalan pergi meninggalkan bar. 

"Ehh, memang benar Cheng Xiyi, aku gak mungkin salah lihat."

Jiasu sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, ia mengklaim bahwa Xiyi mungkin orang yang mereka cari dan hanya ia yang bisa menyembuhkan trauma Wei selama ini.Wei pun terdiam, ia berfikir jernih mungkin karena Xiyi ada hubungannya  dengan Meng Qi, dan tanpa ragu ia mencari solusi menemui Feng Xi dan menceritakan apa yang terjadi.

Setelah mendengar apa yang terjadi, Feng Xi menyarankan Wei agar menjalin hubungan dengan Cheng Xiyi, mungkin dengan menjalin hubungan dengan orang terdekat Meng Qi ia baru bisa mengatasi sebagian traumannya, namun Wei sempat menolak usulan tersebut.

"Cheng Xiyi," gumamnya sambil menghela nafas dalam.

Tiba-tiba saja ia tanpa sadar membayangkan sosok Meng Qi dan mengingat kembali tentang ciumannya dibar malam itu. Ia terkejut dan tiba-tiba saja merasa gerah kemudian dengan cepat Wei menyetujui rencana untuk membangun hubungan dengan Xiyi. 

"Jiasu, besok kamu atur kencan dengan Cheng Xiyi" ucapnya dengan yakin.

"baik."

Bagaimana jadinya jika Meng Qi  mengetahui Wei bermaksud mengejar Xiyi, sementara ia masih menyukai Wei tanpa berkurang sedikit pun, meski waktu berlalu dan banyak yang berubah seiring waktu tetapi perasaan tidak bisa dihapus dengan mudah, semoga Meng Qi baik-baik saja. 

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status