Share

4. WHAT'S WRONG WITH ME

"Baiklah, kelas berakhir tugas kelompok dikumplukan minggu depan."

Kelas minggu ini berakhir, namun bagi mereka akhir pekan sama saja, tidak ada kata santai dalam hari mereka yang tetap saja harus melakukan pekerjaan diakhir pekannya. 

"Yiyi kita kehabisan makanan, apa kita ke supermarket dulu?" tanya Meng Qi bersemangat.

"Oke ayo!!"

Mereka berjalan dengan penuh semangat, langkah mereka terhenti melihat mobil merchandise yang familiar sedang terparkir tepat di pintu gerbang.

"Eh bukannya itu mobil direktur Wei?" tanya Xiyi sambil menunjuk kearah mobil tersebut. 

"Eh sepertinya iya, kenapa ia kesini?" gumam Meng Qi sambil berjalan kearah mobil tersebut.

Wei yang keluar dengan elegan sambil membawa sebuket bunga mawar berukuran besar berjalan kearah mereka, Xiyi dan Meng Qi yang nampak terpesona seketika terdiam melihat Wei yang tanpa sadar secara perlahan mendekat ke arah mereka.

"Wei? Kenapa kamu disini?" tanya Meng Qi tersenyum malu sambil menatap bunga tersebut.

Namun Wei mengabaikannya ia memalingkan pandangannya kearah Xiyi dan memberikan bunga tersebut dengan wajah datar. 

"Cheng Xiyi untukmu, besok aku akan menemuimu di kafe tempat kamu bekerja," ucap Wei singkat dan berjalan meninggalkan mereka.

Meng Qi menatap Wei dengan tatapan dengan penuh rasa kecewa, ia mengira bunga tersebut untuknya tapi semuanya hanya mimpi, ia menghela nafas dalam sambil memegang bagian dadanya yang terasa sesak.

"Meng-Meng ini, apa yang terjadi," gumam Xiyi kebingungan.

"Aku juga tidak tau," ucap Meng Qi sambil menahan perasaannya. 

Mereka berjalan menuju halte bus, Meng Qi masih memikirkan tingkah Wei yang sangat berbeda, begitu pula Xiyi yang bingung dengan apa yang terjadi. Sementara itu Wei yang terdiam dan memikirkan ekspresi Meng Qi tadi, dimulut kejam namun hatinya terhadap Meng Qi ia tanpa sadar perlahan melembut, Wei yang tidak menyadari sesuatu tentang Meng Qi dan masalalu yang terus membuat salah faham diantara mereka.

"Aneh, kenapa setiap melihatnya dadaku selalu saja terasa sesak," gumam Wei dalam hatinya.

"Direktur?" Jiasu cemas melihat Wei yang sempat termenung.

"Menurut mu apa yang aku lakukan benar?" tanya Wei.

"Maksudnya? mencoba mengencani teman Zhang Meng Qi?"

"Iya, hanya saja aku merasa sangat tidak nyaman."

Wei yang gelisah setelah mengajak Xiyi untuk bertemu tanpa memperhatikan keadaan Meng Qi. Tengah malam yang sangat sepi Meng Qi yang masih termenung membalikan badannya beberapa kali, namun ia tetap merasa gelisah memikirkan apa yang terjadi. begitu pula dengan Wei yang menderita insomnia terbaring menatap langit-langit dengan pikiran kosong.

"Wei, kamu sudah gila! Dia meninggalkanmu Wei sadarlah."

Wei terus berfikir tentang masa lalunya dengan Meng Qi yang tidak mungkin bisa ia lupakan begitu saja. Disisi lain Meng Qi membuka sebuah kotak kecil berisi peluit berwarna putih yang nampak usang.

5 tahun yang lalu

Selepas pulang sekolah Wei, Jiasu dan Meng Qi mengunjungi taman bermain, kala itu Jiasu sedang berulang tahun. Jiasu tumbuh di panti asuhan, ia menjadi dekat dengan Wei semenjak SMP tahun pertama, dengan sifat Wei yang dingin dan tidak mudah bergaul, hanya ia yang tahan dengannya dan mereka memutuskan untuk bersahabat, sejak itu mereka bertiga berteman baik.

Suasana yang sangat ramai Meng Qi yang buta arah ia terpisah dari teman-temannya, seharian mereka mencari Meng Qi namun belum bertemu dan hari pun mulai gelap, orang2 mulai bepergian mereka menemukan Meng Qi yang duduk di bawah pohon rindang dengan kaki telanjang sebelah. Sejak saat itu Wei memberikan sebuah peluit untuknya, dengan maksud jika ia tersesat lagi ia hanya meniup peluit tersebut agar Wei dengan mudah untuk menemukannya. 

"Meng-Meng apa yang terjadi?" tanya Wei kesal sambil menepis kakinya yang nampak kotor ia pun meletakan kaki Meng Qi diatas kaki miliknya. 

"Oh, tadi aku berlari karena banyak orang dan sepatuku terlepas," jawab Meng Qi menunduk dan terlihat melas. 

"Kamu," ucap Wei terhenti melihat Meng Qi yang terlihat ketakutan, karena hari sudah larut Wei menggendongnya dan mereka bergegas pulang. 

Kenangan manis tersebut membuat Meng Qi merasa sedih, mengingat kejadian tadi siang ketika Wei mengabaikannya dan mengajak Xiyi bertemu. 

"Sebenarnya ada apa denganku, Meng-Meng kamu jangan mikir yang macem-macem," gumamnya. 

Suara gertakan ranjang membuat Xiyi terbangun dan melihat Meng Qi yang masih terlihat gelisah. 

"Meng-Meng, kamu baik-baik saja?" tanya Xiyi. 

"Oh, iya aku baik-baik saja." Meng Qi menghindar dengan cepat membalikan badannya. 

Xiyi belum mengetahui mengenai perasaan Meng Qi yang sebenarnya akan Wei, ia hanya tau Wei merupakan teman sekolahnya. Malam itu berakhir dengan cepat menyambut pagi yang masih diselimuti kabut tebal.

Nada dering itzy "Not shy" Milik Xiyi membangunkan mereka dari tidurnya, Jiasu menghubunginya tentang rencana pertemuan dengan Wei. 

"Em, siapa ini?" tanya Xiyi yang masih setengah sadar. 

"Oh ini asisten direktur Wei, jam istirahat nanti bertemu ditempat kerjamu saja," Ucap Jiasu singkat. 

"Oh? Ba-baiklah," Ucap Xiyi terbata. sambil menatap Meng Qi yang sedang memperhatikannya. 

Tepat pukul 10.00 mereka bertemu di kafe tempat ia bekerja.

kring!

Bel pintu berdering, dengan hembusan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan seseorang masuk dengan kharisma yang membuat mereka terpana. Wei duduk menyilangkan kakinya sambil menatap keluar jendela, sementara Meng Qi hanya terdiam melihat sosok Wei dari kejauhan dan Xiyi pun berjalan pelan kearah Wei. 

"Duduklah!"

Wei yang bersikap dingin tanpa memalingkan pandangannya dari arah jendela, dengan canggung Xiyi beranjak duduk. 

"Direktur Wei, ada yang bisa aku bantu?" tanya Xiyi gugup. 

Wei memalingkan wajahnya namun secara tak sengaja ia melihat Meng Qi yang tersenyum manis kepada pelanggannya dan membuat Wei teralihkan. 

"Direktur?" tanya Xiyi berulangkali memanggil Wei yang kehilangan fokus. 

"Tidak bisa begini, Cheng Xiyi nanti sepulang kerja aku jemput, sekarang aku ada urusan mendadak," ucap Wei beranjak pergi sambil melonggarkan dasinya.

Begitu ia berbalik ia terkejut melihat Meng Qi yang berjalan melewatinya tanpa menoleh sedikitpun, Wei hanya menatapnya begitu pula Meng Qi yang berusaha menahan perhatiannya terhadap Wei. Meng Qi yang kala itu terlihat kehilangan fokus, ia tersiram kopi panas dan membuat tangannya melepuh. Namun ia berusaha menahannya karena melihat mereka masih berdiri dan saling memindai wechat. Wei pun pergi, Xiyi bergegas cepat menghampiri Meng Qi yang menatap pintu dengan tatapan kosong.

"Meng-Meng? Kamu baik-baik saja? Kamu," ucap Xiyi terhenti dan refleks meniup tangannya yang semakin memerah. Namun Meng Qi hanya terdiam menatap bayangan Wei yang semakin lama semakin menghilang. Wei yang berjalan pelan sambil menghela nafas dalam, ia merasa kesal ketika ia melihat Meng Qi yang sama sekali tidak memperhatikannya, ia pun kembali merasa sangat tidak nyaman. 

"Ada apa denganku astaga." Wei yang menghela nafas sambil menatap kearah jendela mobil melihat bayangan dirinya yang nampak terlihat bodoh. 

Tepat pukul 17.00 sebuah mobil mewah terparkir dihalaman kafe tempat mereka bekerja, Wei menjemput Xiyi namun ia tidak sengaja melihat sosok pria tinggi berkulit putih berdiri sambil menatap kearah mereka berdua, pria tersebut dengan cepat melambaikan tangan disertai senyuman yang membuatnya terlihat lebih mempesona dengan lesung pipinya yang dalam. Wei penasaran ia pun membuka jendela mobilnya, ia terkejut melihat pria tersebut tampak akrab dengan Meng Qi dan membuat hal itu memicu debar jantungnya yang tak menentu.

"Yiyi, jangan pulang terlalu malam," ucap Meng Qi sambil memeluk Xiyi dengan erat.

"Baiklah, eh David jaga Meng-Meng baik-baik," tegas Xiyi sambil berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Baiklah!" teriak David sambil mengusap pelan rambut Meng Qi dengan lembut. Wei yang melihat dari dalam mobil merasa kesal dan membuat ia merasa penasaran dengan pria tersebut.

"Direkur, pria itu siapa?" tanya Jiasu.

"Aku tidak peduli siapa pria itu!" jawab Wei kesal. 

Jiasu tersenyum bodoh melihat tingkah Wei, Xiyi membuka pintu mobil dengan pelan dan duduk di sebelah Wei, namun saat itu Wei sedang kesal. Dengan cepat Jiasu menanyakan hal tersebut kepada Xiyi.

"Pria tadi siapa? Pacar temanmu?" tanya Jiasu.

"Oh tentu saja bukan," jawab Yiyi dengan cepat. Mendengar jawaban tersebut Wei dengan refleks tersenyum tipis dan Jiasu menyadarinya.

"Direktur mereka hanya teman," ucap Jiasu sambil tertawa pelan.

"Membosankan!" Wei yang bersikap dingin namun ia tersenyum sendiri mendengar hal tersebut.

Di sisi lain Meng Qi pergi ke rumah sakit untuk mengobati tangannya bersama David, dan tak sengaja David menyinggung tentang Xiyi. 

"Ahh tidak menyangka Yiyi sekarang sudah pandai berkencan," ucap David dengan senyum bahagia. 

"Kencan? Tidak mungkin mereka berkencan." Meng Qi terlihat sangat khawatir. 

"David aku lelah, bangunkan aku jika sudah sampai."

Meng Qi mencoba memejamkan mata menghindari pertanyaan dari David. 

"Oh, baiklah."

David yang mempunyai kebiasaan membelai rambut Meng Qi membuatnya tampak romantis bak sepasang kekasih.

1 jam berlalu namun pertemuan mereka menjadi sunyi, Wei yang terus terbayang akan Meng Qi membuatnya tak tahan lagi. Di tengah pertemuan ia mencoba menjalin interaksi yang lebih intim dengan Xiyi mengikuti saran temannya, Ia tanpa ragu mendekatkan dirinya kepada Xiyi, sontak Yiyi terkejut melihat Wei yang berantusias.

"Direktur! Apa yang kamu lakukan?" Xiyi refleks menghindar dari Wei.

"Maafkan aku, biarkan aku mencobanya." Wei menarik Xiyi dengan sepenuh tenaga, Xiyi yang ringan membuatnya tertarik kearah Wei.

Wei dengan cepat menciumnya dengan nafas berat, Xiyi yang terdiam tak merespon namun tetap saja Wei masih saja terbayang akan Meng Qi ia sontak mendorong Xiyi dan menjauh darinya. 

"Maafkan aku," ucap Wei sambil beranjak pergi meninggalkan Xiyi.

Ia pun terdiam sambil memmbersihkan bibirnya yang belepotan. 

" Wei Zilian, sebenarnya apa yang terjadi denganmu," gumamnya dalam hati.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status