Share

OSIS LYFE (INDONESIA)
OSIS LYFE (INDONESIA)
Penulis: Ananta

Chapter 1 : Monochrome

"Mah aku berangkat..."

"Iya hati hati..."

Hari biasa, senin pagi seperti orang normal lain nya, bersekolah dan belajar lalu mengulangnya kembali dikemudian hari. Membosankan memang. Tapi mau bagaimana lagi?

Sambil menenteng sepeda tua yang diberikan ayahku yang sekarang entah kemana, aku berangkat sekolah dengan roti dimulutku. Mungkin Jam enam terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah, tapi sebagai sekertaris osis yang harus mengumpulkan data semua kelas tiap minggu, ini mungkin hal yang biasa.

"ICHAAAA!!!..."

Suara bising yang menjadi menu sarapanku dipagi hari, tidak salah lagi...

"Hana?! Udahku bilang jangan teriak teriak pagi pagi gini, ganggu orang yang masih tidur".

"Yaelah, sejak kapan seorang Erika peduli dengan orang lain? Lagian manusia mana yang masih tidur jam segini? pengangguran?".

Erika, namaku Aizawa Erika. Dengan 'Aizawa' sebagai nama depanku, bukan berarti aku ini keturunan orang jepang. Ini hal yang konyol, orang tuaku menyukai animasi jepang, dan entah muncul ide dari mana mereka menamaiku seperti ini. 

"Tumben sarapan? biasanya jam segini udah tidur lagi aja di ruang osis" saut dia.

Dia Hana, bendahara osis. Nama lengkapnya Mashiro Hana. Tidak seperti Nama depanku yang merupakan ide konyol dari orang tuaku, Hana ini adalah blasteran. Ibunya yang merupakan orang jepang menikah dengan ayahnya yang orang indonesia. Mashiro sendiri memiliki arti 'Putih sekali' atau 'Sangat putih' dalam bahasa jepang. Bukan tanpa sebab. Ibu Hana yang bernama Mashiro Anna mengidap penyakit albinisme atau albino yang menyebabkan fisik seperti rambut, kulit dan matanya menjadi putih sejak lahir. Karna itulah penglihatan ibu hana sangat terbatas sehingga penyakit albinisme nya ini menurun ke hana sendiri. Tetapi anehnya, Hana memiliki penglihatan yang cukup baik dan kulit yang normal, kemungkinan menurun dari ayahnya sehingga hanya rambutnya saja yang putih.

Hana juga cukup populer dikalangan para cowok karna paras nya yang cantik, berbeda denganku yang dipandang seperti babu sekolah dengan kupluk dikepalanya. 

"Iya, kan ini hari senin. aku harus ngumpulin data agenda semua kelas" Jawabku.

"Iya juga, senin aku kebagian piket kelas. Yaudah ayo cepet pake sepedamu. Ga guna banget didorong mulu" keluhnya.

kami pun berboncengan kesekolah bersama sama.

***Sampai disekolah...***

"Haa... yaudah cha, aku ke kelas duluan, Nanti kususul ke ruang osis".

"Iya... sekalian bawa data anggaran eskul minggu ini".

Sementara Hana membersihkan kelasnya, aku mengelilingi semua kelas untuk mengecek kelengkapan peralatan kebersihan kelas. Karna ini baru minggu keempat ditahun ajaran baru kelas 12, Osis tahun ini masih beranggotakan tiga orang,  sehingga kami belum mempunyai seksi kebersihan. Dan tentunya aku yang harus melakukan tugas ini sembari mengumpulkan data absen minggu lalu. Setelah semua agenda terkumpul, aku pergi ke ruang osis.

***Menuju ruang osis...***

Pintunya sudah terbuka, Ketua sudah tiba lebih dahulu. Wajar saja, dia adalah ketua osis yang harus mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang terjadi disekolah. Tapi hari ini...

"Erin? kenapa?"

eh? dia... tidur? enggak enggak, dia... nangis? *Pikirku.

Erina eri, ketua osis kami. Dia menjadi ketua osis dari tahun lalu saat kami kelas 11, dia satu kelas denganku tahun ini. Dengan prestasi yang cukup banyak, meyakinkan dia untuk bergabung dan menjadi ketua osis sampai sekarang dikarnakan tak ada pengganti baru yang mau menggantikan posisi Erin sebagai ketua.

"Ah... Icha, kalo udah di rangkum semua datanya, simpan aja disini" Sambil menghentakan meja dengan tangan nya.

"Aku hanya agak lelah, semua orang disekolah ini menganggap kita selalu melakukan hal negatif yang bahkan tak kita lakukan" Sambungnya...

Selagi aku menulis, Erin terus menceritakan semua keresahan nya, Tidak... Keresahan kami.

Dipandang sebagai babu sekolah...

Dituduh melakukan korupsi...

Tidak bertanggung jawab...

Semua itu telah menjadi tradisi dan beban yang harus kita tanggung selama dua semester.

"Jadi? apa yang harus kita lakukan? melapor pada guru?" Tanyaku.

"Kalo bisa, mungkin memang harus kita laporin kar-"

"Engga engga, erin... Kita ga punya cukup bukti buat bantah semua omongon mereka. Sekeras apapun kita bekerja, selalu aja ada celah buat mereka" Aku sedikit emosi...

*Tiba tiba Hana datang...

"Ya... Mau bagaimana lagi, kita harus menunggu seseorang buat gantiin posisi kita" Sambung Hana.

"Udah piketnya?" 

"Udah, tinggal anak lain. Bagianku dah beres".

"Yaudah Ca, Hana... Aku duluan ke kelas" Sambil Erin merapihkan tas nya.

Aku agak sedikit canggung dengan Erin gara gara perdebatan kecil tadi, jujur aku gak terlalu suka dengan sifatnya yang selalu mengeluh dan mudah menyerah. Walaupun aku tau tenaga yang dikeluarkan dia sebagai ketua tak sebanding denganku. 

"Dia kenapa?" Tanya Hana.

"Erin? Ntah, dia udah gitu dari pertama aku datang. Jadi sekarang kita ngapain disini? nunggu bell doang?"

"Iya... mau kuajak ke kantin pun, kamu gak mau terus" Jawab Hana.

"Ya, mau bagaimana lagi? orang sepertiku gak akan pernah cocok berada disana, mending aku nitip sama kamu"

Perkataanku bukan sekedar omong kosong belaka. Kantin yang berisi anak anak kelas satu tak akan pernah menyukai kehadiran kami, terkecuali Hana.

Terkadang selalu terfikir di pikiranku, jika aku secantik Hana... apa semua orang akan berhenti mengejekku? apa mereka akan berhenti berprasangka buruk juga kepada anggota osis? apakah hidupku akan seromantis yang ada dalam film dan novel? semua itu sering terbesit sejenak dalam otak kosongku ini.

"Icha? Hei... ayo ke kelas, napa ngelamun? ayo" Hana menyadarkanku dari lamunan.

Mungkin benar, hanya melamun dan tanpa melakukan apapun hanyalah hal yang sia sia. Mungkin ini agak sedikit melenceng dari kepribadianku. Tapi aku ingin mengubah itu, mengubah pandangan mereka. Aku yakin, suatu saat nanti... Mereka akan sadar bahwa anggapan mereka salah. Pasti.

Aku dan Hana berjalan keluar dari ruang hampa ini. Lorong yang awalnya terlihat monokrom hitam putih sekarang sedikit berwarna. Iya, aku tak boleh terus seperti ini...

Aku baru menyadari sesuatu, bukan fisik yang membedakan Hana denganku...

"Selamat pagi kak Hana..."

"Selamat pagi juga..."

Tetapi sifat dia yang membawa keceriaan pada orang lain lah yang membedakan dia denganku.

Pasti! aku bisa berubah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status