Share

[ 23 ]

Dari semua benda tajam yang pernah melukaiku, kurasa tatapan Gugi salah satu yang paling menyakitkan. Melihatnya menatapku seperti sekarang, aku bisa melihat jutaan emosi dan kecewa di sana. Sedang yang bisa kulakukan hanyalah menambah kekesalannya. Tidak mengurangi. Tidak pula menenangkan.

“Nat,”

“Hm?”

Aku memperhatikan tiap geriknya saat mencoba meraih tangan kananku untuk kemudian dia genggam. “Kasih aku waktu ya,” bisiknya lirih nyaris nggak terdengar.

“Gi, ini nggak sesulit itu kok. Kita pernah lakuin ini sebelumyakan? Saling menjauh untuk ngehindarin apapun yang bisa merusak. Dan berhasil. Kita cuma perlu ngelakuin itu sekali lagi.”

“Ini yang kamu bilang berhasil?” tanyanya mengangkat tanganku yang entah sejak kapan sudah membalas genggamannya.

“Ini namanya sisa-sisa ego Gi. Bakal habis nggak bersisa. Cuma masalah waktu.”

Gugi melepaskan tanganku. Sedikit dengan kekuatan hingga terasa dilempar. Aku cuma bisa tersenyum kecut. Ada kecewa saat itu terjadi.

“Aku pikir perasaa
brokolying

Hey kamu. Kalau kamu baca ini di luar jam puasa, kapan terakhir kali kalian minum air putih hari ini? Minum lagi gih. Anyway, jadi gimana? Sejauh ini masih suka? Masih baca?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status