Share

Bab 4

Liora sudah tidak bisa berdiri lagi dan serangan Arion mulai melemah, sekarang bukan waktunya untuk mempelajari sihir, situasi sudah semakin mendesak. 

Raymond memasukan mana hitam pada batang pohon yang menyerang Liora dan meledakan nya.

Walau pun Raymond tidak bisa mengendalikan sepenuhnya tapi dia bisa membenturkan mana yang akan mengakibatkan ledakan, ini adalah hasil kegagalan sebelumnya. 

"Cih.... pohon itu tumbuh lagi, setidak nya itu tidak akan menyerang untuk sementara waktu." 

Liora mencengram celana Raymond dan menariknya, membuat Raymond mengalihkan perhatiannya pada Liora yang terbaring ditanah.

"Batu...terang.. dicabang utama.... lapar..." Walau kata- katanya tidak terlalu jelas tapi Raymond berhasil menangkap beberapa kata penting.

"Batu terang dicabang utama? Begitu kah, aku mengerti terima kasih liora istirahatlah." Setelah menjauhkan Liora dari medan perang Raymond berlari menuju Arion.

"Kata Liora ada batu terang dicabang utama kemungkinan itu jantung pohon jika kita bisa menghancurkannya atau memisahkannya kita menang, apa kau masih bisa bertarung arion?" 

"Ya tentu saja." Walau tubuhnya sedikit gemetaran tapi Arion mencengram erat pedangnya, mereka tersenyum dan pertarungan terakhir dimulai. 

Suara ledakan mana terdengar begitu keras, disekeliling banyak pohon mati oleh irisan pedang.

Bau darah kental tercium diudara, perang yang berantakan dan mengerikan tengah terjadi, raymond dan Arion mencoba mendekati cabang utama dipaksa menjauh.

Walaupun sudah berkali kali gagal, mereka terus menyerang tapi akhirnya Arion pingsan karena kekurangan darah. 

"Ugh... hah.. hah.. sial." darah mengalir dimulut Raymond.

Mana ditubuhnya sudah mulai habis, rasa sakit yang sempat menghilang kini terasa lagi, Raymond hanya bisa menggunakan mana sekali lagi.

Raymond berlari menerobos kecabang utama sembari menghindari cabang- cabang kecil, tapi tidak semua cabang bisa dia hindari sesekali ada cabang yang berhasil menyerangnya.

Membuat Raymond jatuh berkali kali, tapi untung lah dia masih bisa berdiri.

Akhirnya Raymond sampai didepan cabang utama, dia mengumpulkan semua mana 

Terakhirnya, meledakan cabang utama dan mengambil jantung pohon.

Belum sempat berbahagia setelah berhasil mengalahkan Monster Pohon, cabang kecil pohon menusuk perutnya, kesadaran raymond perlahan menghilang sebelum akhirnya pingsan.

****

Raymond bisa merasakan Seseorang dengan lembut menyentuh dahinya, tangan kasar penuh kepalan namun terasa hangat.

Alih- alih hutan berantakan atau dewa kematian, yang dilihatnya seorang Pria tua dengan pakaian kepala pelayan.

Raymond menatap waspada dan bingung pada Pria tua di depannya.

"Kau sudah bangun? Kau beruntung masih hidup dengan lubang di perutmu." 

Raymond tidak menghiraukan perkataan Pria tua itu, setelah memastikan bahwa Dia benar- benar masih hidup.

Raymond mulai memperhatikan sekeliling kamar megah dan elegan bergaya eropa dengan perabotan berlapis emas.

Setelah di ingat- ingat Raymond tidak sekalipun melihat Liora maupun Arion, Dia mulai melihat sekeliling lagi dengan gelisah.

Tapi tidak seujung rambut pun Ia temukan, entah kenapa sejak pertama kali Raymond bertemu dengan mereka Dia selalu merasa akrab namun asing.

Sejak melihat mereka berdua Raymond ingin memeluk dan menceritakan semua yang di alami sepanjang malam dengan Mereka berdua.

Perasaan aneh yang tidak pernah Dia rasa, membuatnya penasaran perasaan apa ini.

Apakah Dia akan merasakan perasaan ini lagi saat bersama mereka atau kah Dia akan merasakan perasaan yang lain, ini menjadi menarik.

"Apa kamu mencari teman mu?"

Pertanyaan Pria tua itu membuat Raymond tersadar dari lamunan nya, Raymond menatap Pria tua yang sempat Ia lupakan tadi.

Jika di pikir- pikir Dia tidak tau siapa Pria tua didepan nya, atau pun tentang mengapa Dia ada disini alih- alih dihutan kematian.

Menyadari Raymond yang kebingungan Pria tua itu membuka suara nya kembali.

"Nama saya Sian, saya seorang kepala pelayan dirumah ini." 

Raymond mengangguk sedikit atas perkenalan Sian.

"Dimana mereka?"  

"Sepertinya teman wanita mu berada didapur setelah siuman dia berlari kearah dapur, ini aneh mengapa dia bisa dengan tepat menemukan lokasi dapur, sedangkan teman pria mu sedang ada dihalaman." 

Raymond menghela nafas entah kenapa Dia merasa lega mendengar bahwa mereka baik- baik saja.

Raymond mengalihkan pandangan nya menuju pintu kamar di lihatnya Liora dan Arion yang tengah terjalan kearahnya.

"Dari mana saja kalian?" 

"Dapur, aku sangat lapar rasanya seperti akan mati." 

"Halaman, tadi aku mencari pedang pemberian L tapi pedang itu sudah rusak." 

Raymond menatap Liora di sampingnya yang tengah memakan daging dan Arion yang duduk dikursi samping tempat tidur.

"Jangan mendorongku Liora, aku seorang pasien yang terluka parah dan membutuhkan banyak istirahat."

"Apa maksudmu aku juga seorang pasien dan aku sangat mengantuk ingin tidur jadi geser sedikit."

"Sedikit? Omong kosong kau hampir menguasai seluruh tempat tidurku, pergi!" 

"Aku tidak mau kau saja yang pergi." 

Arion menghela nafas melihat tingah kekanak- kanakan mereka, kemudian menyadari ada orang lain disekitar selain mereka.

Arion meneloh kesamping menatap Wanita tua yang entah sejak kapan berada di sampingnya.

Wanita tua itu tertawa kecil menatap pertengkaran Raymond dan Liora, sadar akan Arion yang menatapnya Wanita itu berdehem merasa sedikit malu.

Suara itu menarik perhatian Raymond dan Liora, mereka menatap Wanita tua itu penasaran.

"Siapa kamu?"

"Panggil aku Madam Sami aku menemukan kalian dihalaman belakang rumahku." 

"Halaman belakang? Tidak kami jelas ada dihutan kematian." 

"Benar kata Rion, kami ada dihutan kematian bertarung dengan monster Pohon." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status