Share

4. Puaskan Aku dengan Benar

Author: Nousephemeral
last update Last Updated: 2025-09-19 00:21:14

Meskipun Pak Haris tidak mungkin berani melihat ke belakang barang sedikit saja, namun Elea tetap tidak menginginkan Rendra menjamahnya di mobil.

Elea tahu seberapa pun dia tidak menginginkan Rendra, sentuhan pria itu bisa buatnya mengeluarkan suara tidak senonoh yang pasti akan sangat memalukan jika didengar orang lain.

Sebabnya Elea terus merengek, memohon Rendra tidak melanjutkan. Namun, permintaannya sama sekali tidak didengar. Justru semakin Elea merengek dan memohon, Rendra justru kian menikmatinya.

Hasrat yang selama ini dia tahan-tahan selama sebulan sudah tidak bisa ditahan lagi.

Rendra menurunkan lengan baju Elea setelah berhasil membuka kancingnya. Dia menaburkan kecupan di sepanjang tulang selangkanya yang indah.

Elea menggigit bibir keras-keras, menahan desahannya agar tidak lolos, ketika Rendra memijat-mijat buah dadanya selagi menciumi bahu dan lehernya.

Memalukan. Sungguh memalukan.

Dilecehkan saat ada orang lain bersama mereka, buat Elea merasa semakin direndahkan. Pria itu tak lebih menganggapnya pemuas nafsunya yang bisa dipakai di mana pun pria itu menginginkannya.

Elea meloloskan air matanya yang sudah tidak dapat dibendung lagi. Dia merasakan rasa amis di mulutnya dari darah yang keluar karena terus menggigit bibirnya dengan keras.

Dia benci menangis di hadapan Rendra. Karena itu hanya akan semakin menunjukkan dirinya yang tak berdaya. Yang memantik keangkuhan Rendra semakin menjadi.

Namun, Rendra terlalu jahat, begitu kejam, begitu mendominasi hingga sulit baginya untuk bersikap seolah tidak terpengaruh. Menangis di depannya adalah hal terakhir yang ingin dia lakukan, tetapi pria itu membuatnya segalanya tak tertahankan.

Ditambah sekarang, dengan tidak berperasaannya, Rendra tak hanya membuat Elea merasa dilecehkan secara fisik, tapi buat batinnya pun kian terluka.

Karena di saat yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah bersama ibunya, Rendra malah membuatnya harus melayani hasratnya yang gila.

Ya, Elea mengerti ini adalah harga yang harus dibayar karena pria itu sudah menanggung semua biaya perawatan ibunya. Namun, bisakah pria itu memberinya belas kasih barang sedikit saja?

Jangan menjadikannya pelacur saat ibunya tengah berjuang dengan rasa sakitnya.

Bukankah itu terlalu kejam?

Elea yang benci menangis di hadapan Rendra itu kini justru terisak. Isakan yang buat Rendra sontak menghentikan segala bentuk jamahannya.

Rendra mengumpat pelan mendengar isakan yang jelas berbeda dengan isakan yang kerap kali Elea keluarkan ketika sedang digauli dengan liar.

Dia merasa tidak tega, padahal sebelumnya dia mencumbu Elea di dalam mobil dengan adanya Haris yang sedang menyetir karena untuk menghukumnya.

"Alright, alright. I won't touch you." Rendra membenarkan lengan blouse Elea yang melorot. Perempuan itu masih menutupi wajahnya dengan tangan ketika Rendra turut membenahi kancingnya. Tak lupa bra yang tadi dia naikkan ke atas, dia tarik turun untuk kembali menutupi buah dadanya yang sangat menggoda untuk dicicip.

Rendra hanya bisa menghela napas dengan berat. Menarik kepala Elea agar bersandar di antara perpotongan leher dan dadanya setelah selesai membenahi pakaiannya.

Dia memang tidak berniat memasuki Elea di dalam mobil. Dia tidak segila itu membiarkan orang lain mengetahui betapa nikmatnya Elea untuk disetubuhi. Dia hanya ingin sedikit memberi hukuman sekaligus melepaskan dahaganya sejenak yang selama sebulan ini begitu haus karena tidak menyicip tubuh favoritnya ini.

Sejak Elea memutuskan kontak dengannya, Rendra sudah tahu ke mana perempuan itu pergi. Tahu apa yang dilakukan perempuan itu selama melarikan diri.

Dia hanya ingin bermain-main sedikit saja. Membiarkan Elea merasa sudah bebas. Memberikan perempuan itu sedikit rasa kemenangan. Meskipun selama satu bulan itu, Rendra menjalani hari-hari dengan begitu tersiksa karena tidak bisa menghirup tubuh Elea, tidak bisa merasakan kelembutan kulitnya di atas bibir dan tangannya.

Ketika sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk kembali menyentuhnya, perempuan di atas pangkuannya ini malah menangis tidak mau disentuh.

Rendra menyandarkan tubuhnya ke sandaran jok. Menutupi matanya dengan sebelah lengan. Sudut bibirnya membentuk seringai lebar. Terkesan pada dirinya sendiri yang mau mengalah.

Menundukkan kepala untuk melihat Elea yang masih tersedu-sedu pelan, Rendra menyibak rambutnya agar bisa melihat sedikit wajahnya meskipun sejurus kemudian Elea menyembunyikan keseluruhan wajahnya di dadanya — menunjukkan tidak mau memperlihatkan wajahnya barang sedikit saja.

Rendra sontak tersenyum geli. Hebat sekali perempuan itu bisa membuatnya seperti ini.

Menghela napas pelan, dia meninggalkan kecupan cukup lama di puncak kepala Elea, lalu bergumam. "Yah, enjoy your victory." Sebelum dia akan kembali menjadi Rendra yang biasanya. Rendra yang tak kenal kata mengalah.

***

Karena apartemen masih terlalu jauh, jadi Rendra memutuskan untuk membawa Elea ke hotel.

Dia sudah tidak bisa menahan diri terlalu lama lagi. Setelah sebulan ini dia sudah cukup bersabar.

"You still want to cry?" Rendra bertanya sambil membuka kancing kemejanya satu persatu.

Yang ditanya hanya diam. Menunduk, entah terbawa aturan jika pelayan tidak boleh menatap tuannya jika tidak diminta atau enggan untuk melihat wajahnya saja.

Dan Rendra yakin, dugaan kedua adalah hal paling masuk akal alasan Elea menundukkan kepalanya.

"Yah, just cry before crying under me."

Elea ingin mendelik tajam, namun dia menahannya dengan mengeratkan tangan yang tertaut di depan tubuhnya. Itu adalah kali terakhir dia akan menangis di hadapan pria itu. Elea tidak akan mau lagi menunjukkan ketidakberdayaannya.

Ya... semoga.

Elea melihat kaki Rendra tepat berada di hadapannya yang sejurus kemudian sebuah tangan besar merangkum dagunya, memaksa wajahnya terangkat.

Tatapan Rendra jatuh tepat pada wajah Elea. Sepasang mata gelapnya yang tenang dan dalam menyapu wajah Elea dengan tatapan... seperti seorang kolektor yang menatap harta karun terlangka di dunia, seperti seorang pelukis yang mengagumi hasil karyanya sendiri.

Ada kekaguman yang begitu jelas terhadap kecantikan sang perempuan. Meskipun dihiasi jejak lelah dan sisa air mata, Elea tetap memancarkan kecantikan alami yang sulit — tidak mungkin dia abaikan.

Rendra terus memandang Elea dengan perhatian yang intens, seolah tengah meneliti setiap detail parasnya. Sorot matanya menyisir dari lengkungan alis, menelusuri garis hidungnya hingga pada bibirnya yang sedikit terluka akibat gigitan keras tadi.

Rendra tanpa sadar berdecak. Tidak suka melihat luka sekecil apa pun pada diri perempuan itu. Meskipun begitu Elea — Elea-nya, tetap memikat.

Bagi Rendra, Elea adalah sebuah karya seni hidup. Dia tidak hanya memuji kecantikan perempuan itu dalam pikirannya, dia juga memuji dengan obsesi yang dingin, sebuah kebutuhan yang terkesan menyeramkan karena ingin mendominasi segala hal yang ada pada diri perempuan itu.

Ada api posesif yang membara. Tak hanya memuja, tapi juga menuntut, seperti seorang penguasa yang yakin bahwa yang dia kagumi adalah miliknya seorang. Rendra menganggap hanya dialah yang berhak menyaksikan kecantikan Elea, memilikinya, menyembunyikannya dari dunia untuk dia nikmati seorang diri.

Rendra tidak hanya melihat Elea sebagai perempuan cantik, tapi dia juga melihatnya sebagai takdir, milik, dan sebuah pencapaian atau penaklukan yang tidak boleh terlepas dari genggamannya.

Dengan satu gerakan lembut namun penuh kontrol, Rendra menangkup sisi wajah Elea. Merundukkan kepala, menipiskan jarak ketika pandangannya kembali jatuh pada bibir Elea yang terluka. Darah kering samar-samar masih terlihat di sana.

Niat hati ingin mencium bibir perempuan itu habis-habisan akibat ledakan gairah yang selama sebulan ini dia tahan-tahan jadi sedikit urung melihat luka di bibir itu.

Rendra mengumpat tertahan. "Aku sudah bilang, jangan pernah gigit bibir sampai kayak gini, Lea. Jangan melukai sesuatu yang jadi milikku, okay."

Elea sontak mendengus. Ingin melepaskan wajahnya dari rangkuman tangan besar Rendra, namun tangkupan tangan lelaki itu terlalu kuat. Menekan, namun tidak sampai membuatnya kesakitan.

"Lakukan dengan cepat," ketus perempuan itu.

"Lakukan apa?"

Elea mendengus. Pria ini pura-pura bodoh. "Whatever you want to do to me."

"Banyak sekali, Lea. Banyak hal ingin aku lakukan pada kamu."

"Aku mau liat ibu." Ekspresi Elea berubah. Yang sebelumnya menatap Rendra dengan segenap emosi yang menumpuk, kali ini dia menatap sang pria memohon, tampak lelah dengan segalanya. "So please do it quickly," sambungnya pelan dan lemah.

Untuk sesaat, Rendra tidak merespons apa pun. Pancaran matanya yang dalam itu selalu sulit untuk dimengerti.

Permintaan Elea begitu sederhana. Namun diucapkan dengan nada penuh kelelahan dan putus asa buat perasaan Rendra cukup terusik. Entah itu amarah, empati atau malah ingin memanfaatkan itu untuk mendominasinya lebih kuat lagi.

"Puaskan aku dengan benar kalau begitu."

Pilihan ingin mendominasi lebih kuat yang Rendra ambil.

[]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya   5. Obsesi

    Elea tergolek pasrah ketika Rendra melepaskan kain yang menempel di tubuhnya satu persatu hingga tubuh telanjangnya menjadi sasaran mata penuh nafsu Rendra berlabuh.Sejak Rendra membaringkannya di tempat tidur, Elea tidak sekalipun menatap ke arah pria itu. Sekarang pun, dia masih mempertahankan wajahnya menoleh ke samping. Sorot matanya yang tampak kosong dan lelah buat Rendra terusik. Elea memang seringkali mengabaikannya. Bukan sering lagi, selalu. Perempuan itu selalu mengabaikannya.Jika biasanya Rendra mengatasi pengabaian itu dengan ancaman. Dan menganggap pengabaian Elea adalah hal yang menawan dan justru menganggapnya hiburan, karena sekeras apa pun Elea mengabaikannya, dia tidak akan benar-benar lepas dari genggamannya.Namun kali ini, Rendra lebih terusik dari biasanya.Dia merasa marah. Di saat yang sama ada emosi lain yang dia rasakan. Namun, Rendra meragukan yang dia rasakan sekarang tidaklah hanya marah. Tepatnya menyangkal jika ada emosi yang lebih utama akibat diab

  • Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya   4. Puaskan Aku dengan Benar

    Meskipun Pak Haris tidak mungkin berani melihat ke belakang barang sedikit saja, namun Elea tetap tidak menginginkan Rendra menjamahnya di mobil. Elea tahu seberapa pun dia tidak menginginkan Rendra, sentuhan pria itu bisa buatnya mengeluarkan suara tidak senonoh yang pasti akan sangat memalukan jika didengar orang lain. Sebabnya Elea terus merengek, memohon Rendra tidak melanjutkan. Namun, permintaannya sama sekali tidak didengar. Justru semakin Elea merengek dan memohon, Rendra justru kian menikmatinya. Hasrat yang selama ini dia tahan-tahan selama sebulan sudah tidak bisa ditahan lagi. Rendra menurunkan lengan baju Elea setelah berhasil membuka kancingnya. Dia menaburkan kecupan di sepanjang tulang selangkanya yang indah. Elea menggigit bibir keras-keras, menahan desahannya agar tidak lolos, ketika Rendra memijat-mijat buah dadanya selagi menciumi bahu dan lehernya. Memalukan. Sungguh memalukan. Dilecehkan saat ada orang lain bersama mereka, buat Elea merasa semakin di

  • Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya   3. Jangan Di sini

    Saat itu, empat tahun yang lalu, di umurnya yang baru 16 tahun, Elea menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di mansion keluarga Kartanegara. Hal pertama yang melintas di pikiran Elea ketika melihat mansion itu untuk pertama kalinya adalah... betapa tidak adilnya dunia. Saat dirinya kehilangan rumah, saat banyak orang yang harus bertahan hidup di bawah jembatan atau tidur beralas kardus di jalanan, di sini ada sebuah keluarga yang memiliki rumah sebesar ini. Bukan sekadar rumah, tapi mansion raksasa yang berdiri anggun dan megah di atas tanah beribu-ribu hektar luasnya. Dikelilingi pohon-pohon rindang, tumbuh-tumbuhan hijau, bunga-bunga yang cantik. Sangat indah, sangat memanjakan mata, di saat yang sama ada keluarga yang harus tinggal berdesakkan di pinggiran kumuh kota. Elea pikir, mansion seperti milik keluarga Kartanegara hanya terdapat di drama-drama, film-film atau cerita-cerita fiksi saja. Cara pandang Elea mungkin terlalu sempit atau mungkin dia hanya menolak percaya saj

  • Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya   2. Tidak Ada Jalan

    Setelah diancam akan digauli di meja makan, Elea akhirnya menyantap sarapannya juga. Setelah sebelumnya izin terlebih dahulu ke kamar mandi untuk membasuh muka dan dia menemukan banyak bekas ciuman yang pria itu tinggalkan di tubuhnya.Tak heran. Semalam pria itu menggaulinya seperti binatang liar. Seolah menumpahkan seluruh hasratnya yang selama sebulan ini tidak bisa tersalur akibat yang menjadi tumpahan hasratnya nekat melarikan diri. Meskipun hanya sebulan saja Elea bisa menjauh dari pria itu. Elea berusaha fokus pada hidangan di hadapannya. Meskipun begitu, dia bisa merasakan tatapan Rendra terus tertuju ke arahnya. Menatapnya yang tengah makan dengan ogah-ogahan. Yang sebelumnya merasa lapar, berubah langsung kenyang hanya dengan duduk sarapan bersama pria itu."Makan dengan benar, Elea," titah Rendra dingin.Ucapan itu bagaimana angin lalu. Karena Elea tetap menunjukkan sikap yang sangat tidak sopan. Dia mengunyah sambil memasang ekpresi seolah begitu muak berada di sana."Mak

  • Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya   1. Pelarian yang Sia-sia

    Elea terkapar lemas tidak berdaya.Napasnya terengah. Wajahnya banjir oleh keringat yang bercampur dengan jejak air mata yang sudah mengering.Elea memejamkan mata. Samar-samar, dia mendengar suara air yang mengalir dari kamar mandi. Berpikir pria yang baru saja menggaulinya tengah mandi, Elea ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi. Sayangnya tubuhnya terlalu lemas untuk digerakkan. Kakinya bahkan masih terasa bergetar. Pun di dalam tubuhnya masih terasa mengganjal seperti ereksi pria itu masih tertanam di dalam dirinya. Padahal satu-satunya yang ingin Elea lakukan adalah pergi, bergelung di bawah selimutnya sendiri. Berharap pria itu tidak menemukannya lagi.Saat Elea pikir pria itu tengah mandi, suara samar air yang mengalir tidak lagi terdengar. Disusul suara langkah kaki yang mendekat dan kasur yang ditempatinya bergerak pelan, pertanda ada seseorang yang mendudukinya.Elea masih betah memejamkan mata. Tidak ingin tahu apa yang kemungkinan sedang Rendra lakukan sekarang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status