Beranda / Romansa / Obsesi Cinta sang Mafia Kejam / Bab 4 - Strategi yang Hati-Hati

Share

Bab 4 - Strategi yang Hati-Hati

Penulis: Te_Ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 01:15:26

Deana memutuskan untuk tidak terburu-buru.

Dia berjalan ke arah bar, duduk di kursi tinggi, dan memesan minuman dengan nada santai.

Matanya menyapu ruangan, mengamati siapa saja yang mungkin menjadi kawan atau lawan.

Namun di balik ekspresi tenangnya, hatinya berdegup cepat.

Dia tahu setiap langkah yang diambil di sini penuh risiko. Satu kesalahan kecil, dan hidupnya bisa berakhir malam ini juga.

“Minuman yang menarik untuk wanita sepertimu,” sebuah suara rendah dan dalam tiba-tiba terdengar di sebelahnya.

Deana menoleh, menemukan Bastian telah berdiri di sana. Tak ada yang mendengar langkahnya, dia bergerak seolah udara sendiri tidak menyadari kehadirannya. Dingin, namun penuh kendali.

Deana menyeringai tipis, memainkan gelas anggurnya dengan jari-jari lentiknya.

"Aku selalu memilih sesuatu yang kuat," jawabnya dengan nada yang menantang, namun tetap terjaga.

Bastian menyipitkan matanya, jelas tertarik dengan jawaban Deana.

"Kuat, tapi berbahaya. Kombinasi yang jarang ditemui."

Deana memutar tubuhnya sedikit, menghadapkan dirinya ke Bastian.

“Terkadang, kita harus mengambil risiko untuk menikmati permainan, bukan?” Dia mengangkat gelasnya sedikit, memberikan tatapan penuh teka-teki kepada Bastian.

Bastian menatapnya beberapa detik lebih lama, lalu menyeringai kecil—sebuah pemandangan yang sangat langka.

“Lady Dee, bukan?”

Suaranya seakan menusuk ke dalam jiwa Deana.

Bastian telah mendengar tentang wanita itu dari reputasi yang telah William bangun untuknya.

Seorang pelacur elit yang hanya bermain di lingkaran orang-orang paling berkuasa, tetapi belum pernah bertemu sebelumnya.

Deana mengangguk ringan.

"Benar. Dan aku mendengar kamu adalah orang yang paling menguasai permainan di sini."

Bastian tertawa pendek, suara tawanya dingin seperti logam.

“Permainan ini bukan untuk mereka yang lemah hati. Tapi kamu tidak tampak seperti tipe yang mudah gentar.”

Deana menahan napas sejenak, merasakan kehadiran Bastian yang begitu mendominasi.

Namun, dia harus tetap tenang. Ini adalah kesempatan pertamanya untuk masuk ke dalam lingkaran Bastian, dan dia harus memanfaatkannya.

“Aku hanya percaya pada satu aturan: orang yang paling berani, dialah yang bertahan paling lama.”

Bastian mengangkat gelasnya, menatap Deana dengan minat yang mulai tumbuh.

“Kita lihat seberapa lama kamu bisa bertahan, Lady Dee.”

Mereka bersulang, dan saat gelas mereka bersentuhan, Deana merasakan kegetiran yang mengalir di sekujur tubuhnya.

Permainan sudah dimulai, dan ini adalah langkah pertamanya menuju Bastian.

Tapi di balik setiap senyuman yang dia lemparkan, ada rasa ketegangan yang tak terbendung.

Dia tahu, semakin dalam dia masuk ke dunia ini, semakin sulit untuk keluar.

Sementara itu, dari jarak jauh, William mengamati dengan cermat lewat kamera tersembunyi yang dia pasang.

Pikirannya dipenuhi rencana, tetapi ada sesuatu di balik matanya yang menyimpan rahasia kelam—rahasia yang belum siap dia ungkapkan pada Deana.

Pesta sudah semakin ramai saat malam beranjak, namun ketegangan di udara terasa makin tebal.

Orang-orang yang tertawa dan menari seakan lupa bahwa di balik kemewahan ini, ada kekuasaan yang selalu diawasi oleh mata-mata Bastian.

Deana tahu bahwa setiap gerakan kecil yang ia lakukan akan selalu berada di bawah pengawasan, termasuk oleh Raya, yang sejak awal tampak tidak menyukai kehadirannya.

Deana tetap menjaga sikap tenang dan bermain dalam peranannya sebagai Lady Dee, wanita yang tak tertaklukkan oleh siapa pun.

Bastian mungkin tertarik padanya, tetapi dia belum sepenuhnya mendapatkan kepercayaannya. Semua ini baru permulaan, dan Deana sadar bahwa jalan di depannya akan lebih sulit dari yang dibayangkannya.

William terus memantau dari kejauhan, sesekali memberikan instruksi melalui earpiece kecil yang tersembunyi di balik anting-anting Deana.

“Jangan terlalu cepat mendekat padanya,” kata William dengan nada tegas namun terukur. “Dia licik. Dia akan mengujimu lebih dulu.”

Deana menahan diri dari menggigit bibirnya karena kegelisahan yang menyeruak.

Dia tahu Bastian adalah orang yang berbahaya, tapi sekarang, saat berhadapan langsung dengan pria itu, semuanya terasa jauh lebih nyata.

Setiap kali mata mereka bertemu, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar ketertarikan; ada kecurigaan, dan juga permainan kekuasaan.

Bastian memerhatikan setiap gerak-geriknya, seakan sedang mengevaluasi apakah Deana akan menjadi ancaman atau sekadar pion kecil yang bisa dia kendalikan.

Raya, yang sejak awal pesta selalu berdiri dekat dengan Bastian, tampak tak bisa menyembunyikan rasa tidak suka pada Deana.

Wanita itu mengamati setiap gerakan Deana dengan tajam, seolah menunggu momen yang tepat untuk menyerangnya.

Meski penuh pesona dan menggoda, Raya adalah seseorang yang terbiasa memiliki kendali, dan kehadiran Deana adalah ancaman bagi dominasinya di sisi Bastian.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 44 - Bukan Sekutu yang Bisa Diandalkan

    Di sudut lain kota, Deana berjalan pelan di jalanan yang gelap. Langkah-langkahnya terasa ringan meski pikirannya berat. Ia tahu bahwa bermain-main dengan Bastian adalah tarian berbahaya, tapi ia tak punya pilihan lain. Jika dia ingin membalas dendam dan menyelesaikan misi yang diembannya, Bastian adalah kunci dari semuanya.Namun, tatapan penuh kebencian Raya tadi masih terbayang jelas di benaknya. Deana tahu betul bahwa wanita itu tidak akan tinggal diam. Raya memiliki pengaruh, uang, dan—yang paling penting—akses langsung ke kehidupan Bastian. Jika Raya merasa terancam, dia akan melakukan apa saja untuk menjatuhkan Deana.Tapi aku tidak akan gentar, pikir Deana, matanya memandang jauh ke depan, seolah mencari kepastian di tengah kegelapan. Jika Raya ingin bermain, aku siap meladeninya. Tapi ini adalah permainanku, dan aku tidak akan kalah.Malam itu, di bawah langit kota yang gelap dan sunyi, Deana berjanji pada dirinya sendiri bahwa apa pun rencana Raya, dia akan selalu selangkah

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 43 - Menghancurkan Deana

    Deana berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Bastian yang memandangnya dengan tatapan membara. Deana tahu bahwa obsesi Bastian bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Pria itu akan terus mengejarnya, menghantui setiap langkahnya, tetapi Deana tidak akan menyerah. Ia memiliki misinya sendiri, dan itu jauh lebih penting daripada sekadar menjadi milik seseorang.Saat Deana keluar dari ruangan, ia bisa merasakan udara malam yang dingin menyentuh kulitnya. Malam ini mungkin baru permulaan, tetapi Deana berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, inilah saat di mana ia akan mulai benar-benar memainkan permainannya.Bastian berpikir dia memegang kendali. Tapi Deana tahu, dalam diam, dialah yang akan menulis akhir cerita ini.Raya menatap punggung Deana yang semakin menjauh, rahangnya mengeras dengan perasaan iri dan cemburu yang tak bisa ia sembunyikan. Selama ini, Bastian memang dikenal sebagai pria yang tidak pernah setia pada satu wanita, bahka

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 42 - Tidak Mudah Ditaklukkan

    Bastian tersentak dengan pernyataan itu. Untuk pertama kalinya, Deana bisa melihat sedikit keraguan di mata pria itu. Tapi sebelum Bastian sempat menjawab, Raya tiba-tiba muncul di ambang pintu, memecah ketegangan yang menggantung di udara."Apa yang terjadi di sini?" suara Raya terdengar ceria, meski ada rasa curiga yang tersirat dalam tatapannya. Ia mendekati mereka berdua dengan senyuman lebar, seolah tidak menyadari intensitas yang baru saja terjadi.Deana melirik ke arah Raya dengan tenang, kemudian kembali menatap Bastian, yang tampaknya sedang berusaha menenangkan diri dari badai emosinya."Aku hanya memastikan bahwa Bastian tahu apa yang ia inginkan," jawab Deana dengan senyum penuh arti.Raya memandang Bastian dengan tatapan penuh harapan, seolah mencari kepastian. "Bastian? Apa maksudnya ini?"Bastian berdiri tegap, mengalihkan pandangannya dari Deana ke Raya. Ada ketegangan di sana, namun Deana tahu bahwa pria itu tidak akan memperlihatkan kelemahannya di depan Raya.“Kau t

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 41 - Aku yang Akan Membuat Pilihan

    "Aku bukan milik siapa pun, Bastian. Bahkan kau," ucap Deana dengan suara yang lebih kuat daripada yang ia rasakan. Kata-kata itu adalah tantangan yang tak bisa ia tarik kembali.Bastian membalas dengan cengkeraman yang lebih kuat di bahunya, matanya menyala dengan amarah yang membara."Kau salah besar jika berpikir bisa lari dariku. Aku akan memastikan kau tetap di sisiku, bahkan jika itu berarti menghancurkan semua yang kau miliki."Deana merasa ada yang berubah dalam sikap Bastian. Ada sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang memberinya sedikit celah. Apakah mungkin ia mulai terperangkap dalam permainan Lady Dee? Deana tidak ingin kehilangan momentum ini. Jika Bastian mulai goyah, maka ia harus memanfaatkannya."Kau selalu ingin memiliki segalanya,"Deana mendekatkan wajahnya ke Bastian, suara lembut namun penuh tipu muslihat."Tapi aku akan memberimu pilihan. Jika aku memang milikmu, maka kau harus memilih antara aku… atau Raya."Bastian terdiam sejenak, jelas terkejut dengan pernya

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 40 - Kau Milikku

    Raven berbalik, meninggalkan Deana dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Pria itu jelas berbahaya, dan sekarang dia telah menjadi bagian dari lingkaran yang semakin menjeratnya ke dalam permainan penuh intrik ini. Pertemuan mereka malam ini hanyalah permulaan, dan Deana tahu bahwa dia harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang.Deana berdiri sejenak di ruangan itu, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Bastian mungkin berkuasa di permukaan, tetapi Raven adalah bayangan di balik semua itu, mengamati dan menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Pertemuan ini bukanlah kebetulan; Raven sengaja mengujinya, mencoba melihat seberapa kuat ia mampu bertahan dalam permainan yang lebih besar daripada dirinya.Dan Deana, meski terjebak di tengah-tengahnya, harus memastikan bahwa dia tetap memegang kendali atas dirinya sendiri. Tidak ada ruang untuk kesalahan.*Bastian berjalan kembali ke kamar dengan langkah berat dan tatapan yang dingin, amarahnya belum mereda. Ia merasa dipermainkan, tida

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 39 - Sejauh Mana Bisa Bertahan

    Deana menatap Bastian dengan mata yang tak sedikitpun goyah, meski di dalam hatinya, ia tahu bahwa situasi ini jauh dari aman. Kehadiran Bastian yang mendadak dan nada suaranya yang dingin seperti es memberi tanda jelas bahwa pria itu tidak senang. Raven, di sisi lain, berdiri dengan senyum licik yang seolah menikmati ketegangan di antara mereka."Aku tidak sedang melakukan sesuatu yang salah, Bastian," Deana berbicara dengan nada rendah namun tegas. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam memilih kata-kata, karena satu kesalahan kecil bisa membuat situasi ini meledak dalam sekejap.Bastian melangkah lebih dekat, tatapannya tajam menembus Deana. "Tidak ada yang berada di ruangan ini tanpa seizinku. Dan kau tahu itu."Deana tidak mundur. "Aku hanya memenuhi undangan Raven," jawabnya, sambil melirik ke arah Raven yang masih tersenyum penuh tipu muslihat.Raven, yang sejak tadi hanya menyaksikan, kini melangkah maju, menempatkan dirinya di tengah-tengah ketega

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 38 - Tidak Terbiasa dengan Hal-hal di Luar Kendalinya

    "Baik," ucap Deana sambil berdiri. "Aku akan mencari tahu. Tapi ingat, jika ini jebakan, aku tidak akan segan-segan menghancurkan permainanmu juga."Raven tersenyum samar, tak tergoyahkan oleh ancaman halus itu. "Aku tidak bermain dengan cara yang mudah, Lady Dee. Tapi aku juga bukan musuh yang mudah dikalahkan."Deana meninggalkan ruangan dengan perasaan campur aduk. Ada ketegangan dan rasa waspada, tapi di balik itu semua, ada rasa penasaran yang tumbuh. Siapa sebenarnya Raven? Apa rencana besarnya? Dan bagaimana dia bisa menggunakan informasi ini untuk keuntungannya sendiri?Satu hal yang pasti—permainan ini semakin berbahaya. Deana harus memainkan setiap kartu dengan hati-hati, karena kesalahan sekecil apa pun bisa menghancurkan semuanya.*Malam semakin larut ketika Bastian berjalan menuju kamar Deana, langkah kakinya tegas, penuh dengan dominasi yang biasa ia tunjukkan. Setelah menjalani pertemuan dengan beberapa rekan bisnis, pikiranny

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 37 - Tugas yang Berat

    Raven tertawa kecil, nada gelinya terdengar tajam. "Aku mengundangmu karena aku penasaran. Sejauh mana kau akan melangkah untuk mencapai tujuanmu? Seberapa dalam kau bisa tenggelam dalam peranmu sebagai Lady Dee?"Deana menahan diri untuk tidak merespons terlalu cepat. Pria ini sedang mengujinya. Bukan sekadar untuk mengetahui seberapa profesional dirinya sebagai pelacur elit, tetapi lebih dari itu, Raven ingin mengetahui apakah Deana benar-benar sanggup bermain dalam permainan yang jauh lebih berbahaya."Kau ingin menguji aku?" tanya Deana, angkat alisnya. "Lalu apa hadiahnya jika aku lulus ujiannya?"Raven mendekatkan wajahnya ke arah Deana, hampir seolah-olah sedang membisikkan rahasia. "Hadiahku adalah informasi yang kau cari. Aku tahu apa yang kau inginkan dari Bastian. Dan aku bisa membantumu."Deana terdiam. Jebakan atau peluang? Bagaimanapun, Raven tahu lebih dari yang dia perkirakan. Jika dia bisa memanfaatkannya, mungkin ini akan menjadi langkah

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 36 - Keluar Dari Bayangan

    Nama itu muncul di antara bisikan-bisikan samar dari beberapa orang dalam lingkaran Bastian. Dia bukan orang yang sering muncul di permukaan, tetapi kehadirannya terasa kuat. Beberapa kali Deana menangkap percakapan yang menyebutnya sebagai "bayangan di balik layar," seorang pria yang memiliki pengaruh besar, meski jarang terlihat. Hingga kini, Deana belum pernah bertemu langsung dengannya, namun firasatnya mengatakan bahwa dia adalah kunci untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang Bastian.Malam itu, Deana sedang memutar-mutar gelas anggur di tangannya, mencoba merenungkan langkah selanjutnya. Pikirannya terus memikirkan cara untuk lebih mendekati pusat kekuasaan, ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.Pesan itu singkat, namun jelas."Aku ingin bertemu denganmu. Malam ini, jam 9. Di ruang rahasia di lantai bawah. —Raven."Deana menatap pesan itu dengan kerutan di dahinya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Raven. Akhirnya, pria itu memutuskan untuk keluar d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status