Home / Romansa / Obsesi Cinta sang Mafia Kejam / Bab 3 - Permainan Dimulai

Share

Bab 3 - Permainan Dimulai

Author: Te_Ayu
last update Last Updated: 2024-12-19 01:14:11

William mengangguk.

“Kita hanya punya satu kesempatan. Setelah kamu berada di dalam, tak akan ada jalan keluar yang mudah. Bastian adalah tipe pria yang mengendus kelemahan dari jarak jauh. Kamu harus bermain sempurna.”

Deana tahu betul risiko yang dia ambil. Dunia Bastian adalah labirin penuh jebakan, dengan kejamnya para pembunuh dan pengkhianat berkeliaran di sekelilingnya.

Namun, di sisi lain dari labirin itu ada jawaban atas kematian tunangannya, dan dia tidak akan mundur sebelum menghancurkan Bastian dari dalam.

William telah memberinya semua informasi yang dia butuhkan, dan sekarang giliran dia untuk bertindak.

William melangkah maju, memberikan sebuah alat pelacak kecil yang akan disematkan di dalam gaun mewahnya.

“Ini satu-satunya cara aku bisa tetap memantau kamu dari jauh. Ingat, tidak ada emosi. Di depan Bastian, kamu hanya Lady Dee. Wanita yang menggoda, tak kenal takut, dan profesional.”

Deana tersenyum tipis, senyum yang dingin dan penuh dendam.

“Aku akan memainkan peran ini dengan sempurna.”

Malam itu akan menjadi malam pertama Deana memasuki kehidupan Bastian, dan dia tahu ini bukan hanya tentang balas dendam.

Ini adalah tentang menguji batas kemampuannya, tentang apakah dia bisa bertahan di hadapan pria yang paling ditakuti di kota ini.

Pintu keluar berderit saat mereka berdua melangkah keluar.

Pemandangan kota di depan mereka penuh dengan gemerlap lampu, namun Deana tahu betul bahwa di balik semua cahaya itu, ada kegelapan yang lebih dalam dari yang bisa dibayangkan.

"Selamat datang di dunia Bastian Alexanders,"

William berkata, dengan nada yang penuh peringatan. Dan Deana hanya bisa tersenyum tipis, siap menghadapi apa pun yang akan datang.

*

Suasana di luar gedung pesta terasa mencekam saat Deana, dalam penyamarannya sebagai Lady Dee, tiba dengan mobil hitam berlapis kaca.

Pemandangan yang megah namun suram, dengan penjagaan ketat dan pria-pria berbadan kekar berjas hitam di setiap sudut, membuat pesta ini tampak lebih seperti benteng yang tidak dapat ditembus.

Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk, dan malam ini, Deana adalah salah satunya.

Dia mengenakan gaun berpotongan tinggi berwarna merah darah, memeluk tubuhnya dengan sempurna, memberikan aura sensual namun penuh bahaya.

Sepatu hak tingginya mengetuk lantai marmer saat dia melangkah keluar dari mobil, diikuti dengan tatapan para penjaga yang tak henti-hentinya mengawasi setiap tamu.

Deana melangkah mantap menuju pintu utama, dimana dua penjaga besar menatapnya sejenak sebelum salah satunya mengangguk dan membuka pintu besar itu.

Di dalam, gemerlap lampu kristal dan lantai marmer putih berkilau menyambutnya. Musik jazz yang lembut mengalun di udara, sementara para tamu, berpakaian dengan mewah dan memancarkan kesombongan yang jelas, berbincang dan tertawa, namun tetap dengan aura tegang di balik mata mereka.

Dari seberang ruangan, Bastian Alexanders berdiri tegap di sudut, tubuhnya bersandar ringan di sofa kulit hitam, memandang ke arah pesta dengan mata dinginnya.

Tatapannya seperti elang, mengamati setiap tamu yang datang, membaca mereka seperti buku terbuka.

Di sampingnya, berdiri Raya, wanita cantik dengan rambut hitam panjang yang melingkar di pundaknya, gaunnya yang tipis memeluk tubuhnya dengan sempurna.

Tatapannya penuh provokasi, tetapi juga penuh kebanggaan karena dia berada di sisi penguasa malam itu.

Deana tahu bahwa langkah pertamanya harus hati-hati.

Dia tidak boleh menampakkan sedikit pun ketegangan atau keraguan.

Lady Dee harus memikat Bastian, membangkitkan rasa penasaran pria itu.

Dengan senyum tipis yang mematikan, Deana melangkah ke tengah pesta, berbaur dengan para tamu yang memancarkan aura kekuasaan dan kejahatan.

Dia bergerak anggun, tatapan mata setiap pria tertuju padanya, termasuk milik Bastian.

Ketika mata mereka bertemu, dunia seolah berhenti sejenak. Ada sesuatu di mata Bastian yang membuat Deana merasakan hawa dingin menusuk di punggungnya.

Tidak ada emosi di sana, hanya tatapan yang penuh evaluasi dan kehati-hatian. Dia adalah pria yang tidak pernah menerima siapapun begitu saja.

Bastian tidak mengatakan apa-apa, hanya menatapnya dengan minat yang nyaris tak terlihat.

Tapi bagi Deana, tatapan itu sudah cukup. Dia telah menarik perhatiannya. Sekarang permainan sebenarnya dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 44 - Bukan Sekutu yang Bisa Diandalkan

    Di sudut lain kota, Deana berjalan pelan di jalanan yang gelap. Langkah-langkahnya terasa ringan meski pikirannya berat. Ia tahu bahwa bermain-main dengan Bastian adalah tarian berbahaya, tapi ia tak punya pilihan lain. Jika dia ingin membalas dendam dan menyelesaikan misi yang diembannya, Bastian adalah kunci dari semuanya.Namun, tatapan penuh kebencian Raya tadi masih terbayang jelas di benaknya. Deana tahu betul bahwa wanita itu tidak akan tinggal diam. Raya memiliki pengaruh, uang, dan—yang paling penting—akses langsung ke kehidupan Bastian. Jika Raya merasa terancam, dia akan melakukan apa saja untuk menjatuhkan Deana.Tapi aku tidak akan gentar, pikir Deana, matanya memandang jauh ke depan, seolah mencari kepastian di tengah kegelapan. Jika Raya ingin bermain, aku siap meladeninya. Tapi ini adalah permainanku, dan aku tidak akan kalah.Malam itu, di bawah langit kota yang gelap dan sunyi, Deana berjanji pada dirinya sendiri bahwa apa pun rencana Raya, dia akan selalu selangkah

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 43 - Menghancurkan Deana

    Deana berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Bastian yang memandangnya dengan tatapan membara. Deana tahu bahwa obsesi Bastian bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Pria itu akan terus mengejarnya, menghantui setiap langkahnya, tetapi Deana tidak akan menyerah. Ia memiliki misinya sendiri, dan itu jauh lebih penting daripada sekadar menjadi milik seseorang.Saat Deana keluar dari ruangan, ia bisa merasakan udara malam yang dingin menyentuh kulitnya. Malam ini mungkin baru permulaan, tetapi Deana berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, inilah saat di mana ia akan mulai benar-benar memainkan permainannya.Bastian berpikir dia memegang kendali. Tapi Deana tahu, dalam diam, dialah yang akan menulis akhir cerita ini.Raya menatap punggung Deana yang semakin menjauh, rahangnya mengeras dengan perasaan iri dan cemburu yang tak bisa ia sembunyikan. Selama ini, Bastian memang dikenal sebagai pria yang tidak pernah setia pada satu wanita, bahka

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 42 - Tidak Mudah Ditaklukkan

    Bastian tersentak dengan pernyataan itu. Untuk pertama kalinya, Deana bisa melihat sedikit keraguan di mata pria itu. Tapi sebelum Bastian sempat menjawab, Raya tiba-tiba muncul di ambang pintu, memecah ketegangan yang menggantung di udara."Apa yang terjadi di sini?" suara Raya terdengar ceria, meski ada rasa curiga yang tersirat dalam tatapannya. Ia mendekati mereka berdua dengan senyuman lebar, seolah tidak menyadari intensitas yang baru saja terjadi.Deana melirik ke arah Raya dengan tenang, kemudian kembali menatap Bastian, yang tampaknya sedang berusaha menenangkan diri dari badai emosinya."Aku hanya memastikan bahwa Bastian tahu apa yang ia inginkan," jawab Deana dengan senyum penuh arti.Raya memandang Bastian dengan tatapan penuh harapan, seolah mencari kepastian. "Bastian? Apa maksudnya ini?"Bastian berdiri tegap, mengalihkan pandangannya dari Deana ke Raya. Ada ketegangan di sana, namun Deana tahu bahwa pria itu tidak akan memperlihatkan kelemahannya di depan Raya.“Kau t

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 41 - Aku yang Akan Membuat Pilihan

    "Aku bukan milik siapa pun, Bastian. Bahkan kau," ucap Deana dengan suara yang lebih kuat daripada yang ia rasakan. Kata-kata itu adalah tantangan yang tak bisa ia tarik kembali.Bastian membalas dengan cengkeraman yang lebih kuat di bahunya, matanya menyala dengan amarah yang membara."Kau salah besar jika berpikir bisa lari dariku. Aku akan memastikan kau tetap di sisiku, bahkan jika itu berarti menghancurkan semua yang kau miliki."Deana merasa ada yang berubah dalam sikap Bastian. Ada sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang memberinya sedikit celah. Apakah mungkin ia mulai terperangkap dalam permainan Lady Dee? Deana tidak ingin kehilangan momentum ini. Jika Bastian mulai goyah, maka ia harus memanfaatkannya."Kau selalu ingin memiliki segalanya,"Deana mendekatkan wajahnya ke Bastian, suara lembut namun penuh tipu muslihat."Tapi aku akan memberimu pilihan. Jika aku memang milikmu, maka kau harus memilih antara aku… atau Raya."Bastian terdiam sejenak, jelas terkejut dengan pernya

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 40 - Kau Milikku

    Raven berbalik, meninggalkan Deana dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Pria itu jelas berbahaya, dan sekarang dia telah menjadi bagian dari lingkaran yang semakin menjeratnya ke dalam permainan penuh intrik ini. Pertemuan mereka malam ini hanyalah permulaan, dan Deana tahu bahwa dia harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang.Deana berdiri sejenak di ruangan itu, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Bastian mungkin berkuasa di permukaan, tetapi Raven adalah bayangan di balik semua itu, mengamati dan menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Pertemuan ini bukanlah kebetulan; Raven sengaja mengujinya, mencoba melihat seberapa kuat ia mampu bertahan dalam permainan yang lebih besar daripada dirinya.Dan Deana, meski terjebak di tengah-tengahnya, harus memastikan bahwa dia tetap memegang kendali atas dirinya sendiri. Tidak ada ruang untuk kesalahan.*Bastian berjalan kembali ke kamar dengan langkah berat dan tatapan yang dingin, amarahnya belum mereda. Ia merasa dipermainkan, tida

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 39 - Sejauh Mana Bisa Bertahan

    Deana menatap Bastian dengan mata yang tak sedikitpun goyah, meski di dalam hatinya, ia tahu bahwa situasi ini jauh dari aman. Kehadiran Bastian yang mendadak dan nada suaranya yang dingin seperti es memberi tanda jelas bahwa pria itu tidak senang. Raven, di sisi lain, berdiri dengan senyum licik yang seolah menikmati ketegangan di antara mereka."Aku tidak sedang melakukan sesuatu yang salah, Bastian," Deana berbicara dengan nada rendah namun tegas. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam memilih kata-kata, karena satu kesalahan kecil bisa membuat situasi ini meledak dalam sekejap.Bastian melangkah lebih dekat, tatapannya tajam menembus Deana. "Tidak ada yang berada di ruangan ini tanpa seizinku. Dan kau tahu itu."Deana tidak mundur. "Aku hanya memenuhi undangan Raven," jawabnya, sambil melirik ke arah Raven yang masih tersenyum penuh tipu muslihat.Raven, yang sejak tadi hanya menyaksikan, kini melangkah maju, menempatkan dirinya di tengah-tengah ketega

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 38 - Tidak Terbiasa dengan Hal-hal di Luar Kendalinya

    "Baik," ucap Deana sambil berdiri. "Aku akan mencari tahu. Tapi ingat, jika ini jebakan, aku tidak akan segan-segan menghancurkan permainanmu juga."Raven tersenyum samar, tak tergoyahkan oleh ancaman halus itu. "Aku tidak bermain dengan cara yang mudah, Lady Dee. Tapi aku juga bukan musuh yang mudah dikalahkan."Deana meninggalkan ruangan dengan perasaan campur aduk. Ada ketegangan dan rasa waspada, tapi di balik itu semua, ada rasa penasaran yang tumbuh. Siapa sebenarnya Raven? Apa rencana besarnya? Dan bagaimana dia bisa menggunakan informasi ini untuk keuntungannya sendiri?Satu hal yang pasti—permainan ini semakin berbahaya. Deana harus memainkan setiap kartu dengan hati-hati, karena kesalahan sekecil apa pun bisa menghancurkan semuanya.*Malam semakin larut ketika Bastian berjalan menuju kamar Deana, langkah kakinya tegas, penuh dengan dominasi yang biasa ia tunjukkan. Setelah menjalani pertemuan dengan beberapa rekan bisnis, pikiranny

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 37 - Tugas yang Berat

    Raven tertawa kecil, nada gelinya terdengar tajam. "Aku mengundangmu karena aku penasaran. Sejauh mana kau akan melangkah untuk mencapai tujuanmu? Seberapa dalam kau bisa tenggelam dalam peranmu sebagai Lady Dee?"Deana menahan diri untuk tidak merespons terlalu cepat. Pria ini sedang mengujinya. Bukan sekadar untuk mengetahui seberapa profesional dirinya sebagai pelacur elit, tetapi lebih dari itu, Raven ingin mengetahui apakah Deana benar-benar sanggup bermain dalam permainan yang jauh lebih berbahaya."Kau ingin menguji aku?" tanya Deana, angkat alisnya. "Lalu apa hadiahnya jika aku lulus ujiannya?"Raven mendekatkan wajahnya ke arah Deana, hampir seolah-olah sedang membisikkan rahasia. "Hadiahku adalah informasi yang kau cari. Aku tahu apa yang kau inginkan dari Bastian. Dan aku bisa membantumu."Deana terdiam. Jebakan atau peluang? Bagaimanapun, Raven tahu lebih dari yang dia perkirakan. Jika dia bisa memanfaatkannya, mungkin ini akan menjadi langkah

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 36 - Keluar Dari Bayangan

    Nama itu muncul di antara bisikan-bisikan samar dari beberapa orang dalam lingkaran Bastian. Dia bukan orang yang sering muncul di permukaan, tetapi kehadirannya terasa kuat. Beberapa kali Deana menangkap percakapan yang menyebutnya sebagai "bayangan di balik layar," seorang pria yang memiliki pengaruh besar, meski jarang terlihat. Hingga kini, Deana belum pernah bertemu langsung dengannya, namun firasatnya mengatakan bahwa dia adalah kunci untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang Bastian.Malam itu, Deana sedang memutar-mutar gelas anggur di tangannya, mencoba merenungkan langkah selanjutnya. Pikirannya terus memikirkan cara untuk lebih mendekati pusat kekuasaan, ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.Pesan itu singkat, namun jelas."Aku ingin bertemu denganmu. Malam ini, jam 9. Di ruang rahasia di lantai bawah. —Raven."Deana menatap pesan itu dengan kerutan di dahinya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Raven. Akhirnya, pria itu memutuskan untuk keluar d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status