Home / Romansa / Obsesi Cinta sang Mafia Kejam / Bab 7 - Ketika Batas Mulai Kabur

Share

Bab 7 - Ketika Batas Mulai Kabur

Author: Te_Ayu
last update Last Updated: 2025-02-05 13:50:46

Bastian akhirnya menoleh padanya, wajahnya tanpa ekspresi.

“Kau cemas?” tanyanya dengan nada dingin, seolah menantang Raya untuk menjawab dengan jujur.

Raya menundukkan kepalanya sedikit, menunjukkan sikap tunduk yang biasa dia lakukan saat berhadapan dengan Bastian.

“Aku hanya ingin melindungimu,” jawabnya dengan manis. “Siapa pun yang berani masuk ke lingkaranmu tanpa alasan yang jelas, adalah ancaman.”

Bastian menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum tipis.

“Kau benar,” ucapnya pelan. “Tapi jangan khawatir. Aku akan tahu siapa dia sebenarnya.”

Deana kembali dari balkon, memasuki ruangan pesta dengan senyuman tipis di wajahnya.

Dia tahu bahwa sorotan mata Bastian dan Raya terarah padanya.

Permainan baru saja dimulai. Tapi meski langkahnya terlihat percaya diri, benaknya masih berusaha merancang langkah berikutnya.

Dengan anggukan singkat ke arah para tamu, Deana berjalan menuju bar, tepat di mana Bastian berdiri.

Di tengah keramaian, dia menghampiri bartender dan meminta minuman, sambil memastikan untuk menangkap perhatian Bastian.

Saat minumannya tiba, dia mengangkat gelasnya sedikit, sebagai salam tak langsung, dan tersenyum sekilas ke arah Bastian.

Bastian hanya menatap dingin, ekspresinya tidak berubah. Meski begitu, Deana tahu dia sedang memperhatikan, menganalisis setiap gerak-geriknya. Tanpa ragu, dia melangkah mendekat, memasuki zona intim pria itu.

"Ini pesta yang menarik," ucap Deana santai, suaranya terdengar genit, tetapi dengan lapisan kecerdasan yang tersembunyi. "Tuan rumahnya... tampaknya seorang pria yang sulit ditebak."

Bastian menatapnya dalam-dalam, tatapannya tajam seperti pisau.

"Dan kau tampaknya seseorang yang tidak takut pada pria seperti itu."

Deana terkekeh, senyuman samar masih menghiasi bibirnya.

"Takut tidak pernah membawa seseorang lebih jauh, bukan begitu?"

Ada sejenak keheningan, di mana Bastian terlihat menilai setiap kata yang keluar dari mulut Deana.

Tanpa berkata apa pun, dia mengangkat gelasnya, mengisyaratkan bahwa pembicaraan mereka belum selesai.

Saat Bastian hendak menjawab, Raya tiba-tiba muncul dari belakang, menyela dengan senyuman posesif.

"Sayang, aku pikir kau ingin berbicara dengan para tamu di sana," ujarnya dengan lembut namun penuh maksud, merujuk ke arah sekumpulan pria berjas mahal di sisi lain ruangan.

Bastian menoleh sekilas ke arah Raya, lalu kembali menatap Deana.

“Mungkin lain kali kita bisa melanjutkan percakapan ini,” ucapnya, sebelum akhirnya berjalan pergi, membiarkan Raya dan Deana berdiri berhadapan.

Begitu Bastian menjauh, Raya tak lagi menahan dirinya. Senyuman yang tadi tersungging di wajahnya kini berubah menjadi tatapan dingin.

“Aku tidak tahu siapa kau, atau dari mana kau datang,” bisik Raya dengan nada yang hampir mengancam, “tapi jangan terlalu yakin bahwa kau bisa bermain di wilayah ini.”

Deana menatapnya tanpa gentar, matanya menyiratkan ketenangan yang palsu.

“Aku hanya di sini untuk bekerja, tidak lebih,” jawabnya ringan. “Dan pekerjaan ini membawa ku ke banyak tempat yang mungkin tidak kau bayangkan.”

Raya menyipitkan matanya, penuh ketidakpercayaan.

"Kau tidak tahu dengan siapa kau berurusan."

Deana tersenyum lembut, seolah menanggapi ancaman itu sebagai lelucon.

"Oh, aku tahu persis. Dan aku juga tahu bahwa orang-orang sepertimu, yang berpikir mereka memegang kendali, biasanya yang pertama jatuh."

Seketika, atmosfer di antara mereka menjadi tegang.

Raya jelas merasa terancam, tetapi Deana tahu itu adalah bagian dari permainan ini.

Jika dia ingin lebih mendekati Bastian, maka mengatasi Raya adalah langkah pertama.

Dengan penuh percaya diri, Deana meninggalkan Raya tanpa berkata lagi.

Pesta ini hanyalah awal dari rencana yang lebih besar.

*

Di kamar hotelnya yang mewah, Deana berdiri di depan cermin, melepas anting-anting yang menghiasi telinganya.

Wajahnya yang tampak tenang saat berada di pesta kini memperlihatkan keletihan yang tak bisa disembunyikan.

Ada beban besar di pundaknya, dan itu semakin terasa setiap kali dia harus berada di dekat Bastian dan orang-orangnya.

Saat William menelepon lagi, Deana sudah duduk di sofa, menatap ke arah jendela besar yang menghadap kota.

“Kau bertindak cepat,” suara William terdengar tenang namun sedikit tegang.

Deana tersenyum tipis, meski tidak ada yang bisa melihatnya.

“Aku tidak punya banyak waktu. Setiap detik yang terbuang bisa berarti Bastian semakin curiga.”

William terdiam sejenak, lalu suaranya kembali terdengar.

“Aku tahu kau ingin balas dendam, Deana. Tapi jangan sampai kau lupa siapa dirimu sebenarnya.”

Deana terdiam, kalimat itu menusuk ke dalam hatinya. Siapa dirinya sebenarnya? Gadis lugu yang kehilangan tunangan, atau wanita yang kini siap melakukan apa pun demi menghancurkan orang yang bertanggung jawab atas kematian tunangannya?

“Aku tahu apa yang kulakukan, William,” jawabnya pelan namun tegas. “Ini bukan hanya tentang balas dendam. Ini tentang keadilan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 44 - Bukan Sekutu yang Bisa Diandalkan

    Di sudut lain kota, Deana berjalan pelan di jalanan yang gelap. Langkah-langkahnya terasa ringan meski pikirannya berat. Ia tahu bahwa bermain-main dengan Bastian adalah tarian berbahaya, tapi ia tak punya pilihan lain. Jika dia ingin membalas dendam dan menyelesaikan misi yang diembannya, Bastian adalah kunci dari semuanya.Namun, tatapan penuh kebencian Raya tadi masih terbayang jelas di benaknya. Deana tahu betul bahwa wanita itu tidak akan tinggal diam. Raya memiliki pengaruh, uang, dan—yang paling penting—akses langsung ke kehidupan Bastian. Jika Raya merasa terancam, dia akan melakukan apa saja untuk menjatuhkan Deana.Tapi aku tidak akan gentar, pikir Deana, matanya memandang jauh ke depan, seolah mencari kepastian di tengah kegelapan. Jika Raya ingin bermain, aku siap meladeninya. Tapi ini adalah permainanku, dan aku tidak akan kalah.Malam itu, di bawah langit kota yang gelap dan sunyi, Deana berjanji pada dirinya sendiri bahwa apa pun rencana Raya, dia akan selalu selangkah

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 43 - Menghancurkan Deana

    Deana berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Bastian yang memandangnya dengan tatapan membara. Deana tahu bahwa obsesi Bastian bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Pria itu akan terus mengejarnya, menghantui setiap langkahnya, tetapi Deana tidak akan menyerah. Ia memiliki misinya sendiri, dan itu jauh lebih penting daripada sekadar menjadi milik seseorang.Saat Deana keluar dari ruangan, ia bisa merasakan udara malam yang dingin menyentuh kulitnya. Malam ini mungkin baru permulaan, tetapi Deana berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, inilah saat di mana ia akan mulai benar-benar memainkan permainannya.Bastian berpikir dia memegang kendali. Tapi Deana tahu, dalam diam, dialah yang akan menulis akhir cerita ini.Raya menatap punggung Deana yang semakin menjauh, rahangnya mengeras dengan perasaan iri dan cemburu yang tak bisa ia sembunyikan. Selama ini, Bastian memang dikenal sebagai pria yang tidak pernah setia pada satu wanita, bahka

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 42 - Tidak Mudah Ditaklukkan

    Bastian tersentak dengan pernyataan itu. Untuk pertama kalinya, Deana bisa melihat sedikit keraguan di mata pria itu. Tapi sebelum Bastian sempat menjawab, Raya tiba-tiba muncul di ambang pintu, memecah ketegangan yang menggantung di udara."Apa yang terjadi di sini?" suara Raya terdengar ceria, meski ada rasa curiga yang tersirat dalam tatapannya. Ia mendekati mereka berdua dengan senyuman lebar, seolah tidak menyadari intensitas yang baru saja terjadi.Deana melirik ke arah Raya dengan tenang, kemudian kembali menatap Bastian, yang tampaknya sedang berusaha menenangkan diri dari badai emosinya."Aku hanya memastikan bahwa Bastian tahu apa yang ia inginkan," jawab Deana dengan senyum penuh arti.Raya memandang Bastian dengan tatapan penuh harapan, seolah mencari kepastian. "Bastian? Apa maksudnya ini?"Bastian berdiri tegap, mengalihkan pandangannya dari Deana ke Raya. Ada ketegangan di sana, namun Deana tahu bahwa pria itu tidak akan memperlihatkan kelemahannya di depan Raya.“Kau t

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 41 - Aku yang Akan Membuat Pilihan

    "Aku bukan milik siapa pun, Bastian. Bahkan kau," ucap Deana dengan suara yang lebih kuat daripada yang ia rasakan. Kata-kata itu adalah tantangan yang tak bisa ia tarik kembali.Bastian membalas dengan cengkeraman yang lebih kuat di bahunya, matanya menyala dengan amarah yang membara."Kau salah besar jika berpikir bisa lari dariku. Aku akan memastikan kau tetap di sisiku, bahkan jika itu berarti menghancurkan semua yang kau miliki."Deana merasa ada yang berubah dalam sikap Bastian. Ada sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang memberinya sedikit celah. Apakah mungkin ia mulai terperangkap dalam permainan Lady Dee? Deana tidak ingin kehilangan momentum ini. Jika Bastian mulai goyah, maka ia harus memanfaatkannya."Kau selalu ingin memiliki segalanya,"Deana mendekatkan wajahnya ke Bastian, suara lembut namun penuh tipu muslihat."Tapi aku akan memberimu pilihan. Jika aku memang milikmu, maka kau harus memilih antara aku… atau Raya."Bastian terdiam sejenak, jelas terkejut dengan pernya

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 40 - Kau Milikku

    Raven berbalik, meninggalkan Deana dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Pria itu jelas berbahaya, dan sekarang dia telah menjadi bagian dari lingkaran yang semakin menjeratnya ke dalam permainan penuh intrik ini. Pertemuan mereka malam ini hanyalah permulaan, dan Deana tahu bahwa dia harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang.Deana berdiri sejenak di ruangan itu, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Bastian mungkin berkuasa di permukaan, tetapi Raven adalah bayangan di balik semua itu, mengamati dan menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Pertemuan ini bukanlah kebetulan; Raven sengaja mengujinya, mencoba melihat seberapa kuat ia mampu bertahan dalam permainan yang lebih besar daripada dirinya.Dan Deana, meski terjebak di tengah-tengahnya, harus memastikan bahwa dia tetap memegang kendali atas dirinya sendiri. Tidak ada ruang untuk kesalahan.*Bastian berjalan kembali ke kamar dengan langkah berat dan tatapan yang dingin, amarahnya belum mereda. Ia merasa dipermainkan, tida

  • Obsesi Cinta sang Mafia Kejam   Bab 39 - Sejauh Mana Bisa Bertahan

    Deana menatap Bastian dengan mata yang tak sedikitpun goyah, meski di dalam hatinya, ia tahu bahwa situasi ini jauh dari aman. Kehadiran Bastian yang mendadak dan nada suaranya yang dingin seperti es memberi tanda jelas bahwa pria itu tidak senang. Raven, di sisi lain, berdiri dengan senyum licik yang seolah menikmati ketegangan di antara mereka."Aku tidak sedang melakukan sesuatu yang salah, Bastian," Deana berbicara dengan nada rendah namun tegas. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam memilih kata-kata, karena satu kesalahan kecil bisa membuat situasi ini meledak dalam sekejap.Bastian melangkah lebih dekat, tatapannya tajam menembus Deana. "Tidak ada yang berada di ruangan ini tanpa seizinku. Dan kau tahu itu."Deana tidak mundur. "Aku hanya memenuhi undangan Raven," jawabnya, sambil melirik ke arah Raven yang masih tersenyum penuh tipu muslihat.Raven, yang sejak tadi hanya menyaksikan, kini melangkah maju, menempatkan dirinya di tengah-tengah ketega

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status