Share

Bab 2 Kesepakatan.

last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-18 19:45:49

Alina menggelengkan kepalanya, "Nggak mungkin. Anda pasti bohong!"

Kai malah mencium bibirnya dan membisikkan sesuatu padanya. "Menurutmu apa untungnya aku membohongimu?"

Setelah itu, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Alina, keduanya saling bertatapan.

Alina menyadari, jika ucapan Kai ada benarnya. Atasannya itu memang tidak akan mendapatkan keuntungan apapun setelah memberitahunya tentang perselingkuhan suaminya.

Kai yang melihat Alina sudah mempercayai ucapannya, lantas mengeluarkan senyuman tipis. "Apakah kamu ingin melihatnya sendiri?"

Pertanyaan dari Kai barusan hampir saja membuat tubuh Alina jatuh, bagaimana tidak.

Tiba-tiba ingatan Alina memutarkan saat suaminya Nolan membantunya memasak dan berkebun di rumah.

Bahkan suaminya selalu bertanya padanya, "Alina apakah kamu bahagia?"

Setelah mengingat semua momen bahagia itu, Alina yakin kalau Kai membohonginya.

"Iya aku ingin tahu, karena aku sama sekali nggak mempercayai ucapanmu!" ujarnya dengan wajah yakin, bahkan ia menatap wajah Kai dengan tatapan tajam dan menantang.

Kai yang melihat Alina seperti sesosok kucing kecil yang marah, malah semakin gemas di buatnya.

Dengan kedua sudut bibir yang terangkat, Kai berkata, "Kamu nggak mempercayai ucapanku?"

"Terus kalau aku bisa membuktikannya, kamu mau membayarnya dengan cara apa?"

Kedua bola mata Alina membelalak, ia tidak percaya ucapan seperti itu akan keluar dari sosok Presdir Kai yang terhormat.

Melihat respon Alina, Kai menjauhkan tubuhnya. "Aku seorang pengusaha, tentunya aku orang yang perhitungan. Di dunia ini, nggak ada yang gratis."

"Kalau kamu nggak percaya dengan ucapanku nggak masalah. Tapi, kebenaran cepat atau lambat pasti akan terbongkar."

Kai meraih tasnya, bersiap meninggalkan kamar hotel itu.

Ekspresinya berubah menjadi dingin dan menyeramkan.

Alina bisa menangkap sedikit amarah yang terpancar dari wajah atasannya.

Rasa takut menyelinap, khawatir kemarahan itu akan berdampak pada pekerjaannya.

Setelah berpikir matang-matang, Alina akhirnya memutuskan untuk mencoba mempercayai ucapan Kai yang ingin menunjukkan bukti perselingkuhan suaminya.

Saat Kai hendak membuka pintu dan pergi, Alina menegur, "Presdir Kai, bisakah Anda tunjukkan bukti perselingkuhan suamiku padaku?"

Tangan Kai yang sudah menggenggam kenop pintu perlahan menjauh.

Tanpa sadar, senyum samar terukir di bibirnya, namun ia segera menghapusnya dan kembali menampilkan ekspresi dingin.

"Baiklah, aku akan tunjukkan. Tapi ingat, bantuanku ini tidak gratis," ucap Kai dengan nada tegas.

Alina menarik napas dalam-dalam, memaksakan senyum di bibirnya. "Kalau begitu, berapa harga yang harus aku bayar?"

Kai melangkah mendekat, tubuh Kai yang proporsional tinggi tegap bahkan beberapa otot perutnya nampak terawang membuat Alina tanpa sadar menelan ludahnya yang terasa kering.

Ingatannya tentang keganasan Kai semalaman tadi malam masih membekas kuat.

Ia membayangkan betapa kekar dan bertenaganya tubuh Kai saat bersama dengannya, jauh berbeda dibandingkan suaminya, Nolan.

Alina merasa lebih puas saat bersama Kai. Namun, ia segera menggelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran kotor dan buruk itu.

Bagaiman pun juga, dirinya sekarang ini sudah bersuami?

Kai menatapnya dengan tajam dan berkata, "Kalau aku bisa membuktikan suamimu selingkuh, kamu harus membayarnya dengan tubuhmu."

Sontak Alina pun terkejut dengan harga yang di minta oleh atasannya itu, tanpa sadar ia pun berteriak, "Apa?"

Ekspresi Kai sedikit berubah kecewa, setelah melihat respon Alina. Tapi ia jelas tidak ingin menunjukkannya atau pun terlihat lemah.

Lantas ia pun bertanya, "Kenapa apakah kamu nggak setuju?"

"Atau aku kurang memuaskan mu?"

Tiba-tiba Kai menarik tubuh Alina dalam pelukannya, menciumnya dan bersiap membawanya di atas ranjang.

"Kalau kamu belum puas, kita bisa mencobanya lagi dan aku bisa membuktikannya." ujar Kai dengan senyuman ambigu.

Alina memberontak, "Presdir Kai, jujur saya sudah sangat puas, bahkan merasa puas sekali. Karena Anda jauh lebih perkasa jika dibandingkan dengan Nolan."

Setelah mengatakan hal itu, Alina bisa melihat binar kebahagiaan yang terlihat dari kedua bola mata Kai.

Ia tahu, pria adalah makhluk yang paling suka di puji, setelah berpikir. Alina akhirnya mencoba untuk melihat bukti yang di tunjukkan oleh Kai.

Walaupun sebenarnya ada sedikit rasa takut, kalau sampai ia harus membayar harga bukti itu dengan tubuhnya.

Tapi, mengingat kebaikan, cinta dan kasih sayang yang di berikan oleh Nolan selama ini.

Akhirnya rasa takut yang sebelumnya sempat mengganjal di dalam hati Alina pun lenyap juga.

Karena jika Kai tidak bisa membuktikan perselingkuhan suaminya, ia tidak perlu membayar harga bukti itu dengan tubuhnya bukan?

Alina pun langsung setuju dan membuat kesepakatan dengan Kai, setelah itu akhirnya ia diijinkan pergi meninggalkan hotel itu.

***

Malam harinya, Alina yang berpakaian hitam dan menggunakan masker datang ke sebuah klub.

Disana ia menyamar sebagai pelayan klub atas instruksi dari Kai.

Alina masuk ke dalam ruangan VVIP bersama dengan para pelayan klub yang lain.

Saat baru membuka pintu klub, ia terkejut mendapati suaminya ada disana, lalu tatapannya beralih pada Kai yang duduk tak jauh dari suaminya.

Alina akhirnya teringat, kalau dulu suaminya pernah mengatakan padanya kalau Kai itu sahabat suaminya saat duduk di bangku SMA.

Sebelum menjabat sebagai dewan direksi dan kepala cabang perusahaan Kai, sebelumnya Nolan adalah asisten pribadi Kai.

Walaupun Alina belum melihat suaminya berinteraksi dengan wanita di dalam ruangan klub itu, tapi hatinya sudah sakit, karena merasa di bohongi oleh suaminya.

Suaminya mengatakan pulang ke kota ini seminggu lagi, karena masih banyak pekerjaan di perusahaan cabang.

Tapi melihat suaminya yang sudah kembali ke kota Utara tapi tidak pulang ke rumah dan malah langsung pergi ke klub, rasa sakit menajalar dalam diri Alina, bahkan tanpa sadar kedua tangannya terkepal erat.

Setelah menyajikan beberapa minuman dan makanan yang di pesan, Alina ingin berdiri. Tak sangaja tatapannya beradu dengan Nolan.

Alis Nolan nampak mengerut.

Alina mengalihkan pandangannya dan ingin segera pergi, tapi Nolan memegang tangannya. "Alina?!" ujar Nolan tanpa sadar.

Alina gugup, ia hanya diam. Lalu tampannya beralih ke arah Kai yang juga sedang menatapnya dengan senyuman ambigu.

Alina berniat meminta bantuan Kai, agar bisa terlepas dari suaminya.

"Kenapa diam? Kamu Alina ... " Ucapan Nolan terhenti, saat seorang wanita hamil dengan pakaian seksi memeluknya lengannya dari samping.

"Kak Ghea," panggil Bayu, salah satu teman Nolan.

Alina tentu saja mengenal Bayu, pria itu sangat dekat dengan suaminya dan selama ini sering meremehkannya bahkan terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada dirinya.

Wanita hamil yang di panggil dengan nama Ghea itu membalas dengan senyuman manis. Lalu tatapannya beralih ke arah Nolan.

"Kok kamu kesini?" tanya Nolan bingung seraya memegang tangan Ghea dengan lembut, bahkan dengan penuh perhatian Nolan membantu Ghea duduk.

Mata Alina berkaca-kaca saat melihat interaksi keduanya.

"Kamu mau bersenang-senang tanpa ku dan bayi kita ya ... " ujar Ghea dengan nada merajuk pada Nolan.

Alina menjatuhkan gelas yang ada di tangannya setelah mendengar perkataan Ghea.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 6

    Teman Risma, Freya menyahut, "Alina itu mandul. Pantas saja, kak Nolan memilih kak Ghea." Risma berkata dengan nada dingin, "Sebenarnya Alina itu nggak mandul. Kakakku selama ini selalu mencampurkan obat pencegah kehamilan pada minuman Alina setelah keduanya melakukan hubungan suami istri." Alina mengeratkan pegangannya pada tas ditangannya. Rasanya tubuh dan juga hatinya sakit, seperti di jatuhkan dari ketinggian. "Jadi selama ini Nolan sengaja membuatku nggak bisa hamil." Gumamnya, ia teringat beberapa cacian dan hinaan yang di lontarkan oleh keluarga besar suaminya tentang dirinya yang tak kunjung hamil. Hal itu sangat menyakitkannya, tapi beberapa kali Nolan membelanya didepan keluarga besarnya. "Nggak mungkin kalau Nolan selama ini memberikan obat padaku, pasti Risma bohong karena selama ini dia paling membenciku." gumam Alina dalam hatinya. "Risma, aku tahu kamu nggak mungkin bicara omong kosong. Tapi kenapa kakak mu nggak membiarkan Alina hamil anaknya?" tany

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 5 Napsu Kaiden yang Gila.

    Kaiden tidak terkejut, saat melihat respon Alina. Karena tak sabar dengan langkah kaki Alina yang lambat seperti siput, lantas Kaiden pun menggendong Alina horizontal ke kamar yang ada di lantai atas. Setelah sampai kamar, Kaiden melemparkan Alina ke ranjang. Ia yang sudah di kuasai napsu sulit mengendalikan dirinya, ia langsung menindih tubuh Alina. Saat ingin membuka bajunya, Alina berkata dengan nada sedikit berteriak. "Tunggu, aku sedang datang bulan! Jadi aku nggak bisa melayani mu." Kaiden mengangkat satu alisnya, "Apakah kamu berniat membohongi ku?" Alina menggeleng, tapi ia tidak berani menatap Kaiden. "Aku tidak berani membohongi mu." Kaiden bangkit. Sementara Alina menghembuskan napas kasar, ada sedikit rasa lega. Karena hari ini ia tidak akan melayani napsu Kaiden yang gila. Baru saja bernapas lega dan bersiap bangkit, Kaiden malah menarik kedua kakinya, lalu menarik celana dalamnya. Tanpa rasa jijik dan hanya wajah datar sangar yang di tunjukkan,

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 4 Lukisan gadis kecil dengan tanda lahir di leher.

    Alina mendongakkan wajahnya, mata hazelnya beradu dengan bola mata hitam Nolan. Dari pada di tegur suaminya lagi, Alina memilih segera menyendok nasi goreng di depannya. Tangan kirinya tiba-tiba di genggam Nolan dengan lembut, "Kamu kurusan, kamu harus makan yang banyak." Alina mengangguk patuh, dan membiarkan tangannya di genggam suaminya. Walaupun ada rasa tidak nyaman yang menderanya. Suasana pun hening. Sebenarnya Nolan bisa merasakan perubahan kecil dalam diri istrinya, tapi teringat kalau istrinya selama ini sangat sibuk bekerja apalagi menjadi sekretaris Kaiden yang super sibuk. Nolan memilih untuk membuang pikirannya dan menganggap sikap aneh Alina sekarang ini, karena istrinya itu kecapean banyak bekerja. Semalam ia sempat mengira, kalau pelayan yang menjatuhkan minuman itu adalah Alina. Tapi sebelum pulang, ia mematikan dengan mendatangi HRD klub dan meminta identitas pelayan itu. Akhirnya ia bisa bernapas lega, kalau pelayan itu bukan istrinya yang meny

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 3 Warisan keluarga Alina.

    Alis Nolan berkerut, saat melihat tubuh pelayan itu bergetar. Ntah kenapa intuisinya mengatakan jika pelayan itu adalah Alina istrinya. Tiba-tiba suara berat Kai memecah suasana. "Cepat kalian bawa pelayan tidak berguna itu!! Dan suruh petugas kebersihan untuk membereskan kekacauan ini!" Kaiden adalah salah satu pemilik saham terbesar di klub ini, semua orang tahu termasuk para pelayan. Mereka dengan patuh langsung membawa Alina keluar dari ruangan itu. Alina sendiri hanya bisa pasrah, saat tubuhnya di seret keluar oleh beberapa pelayan yang lain. "Kamu mau bersenang-senang tanpa ku dan bayi kita ya ... " Ucapan Ghea masih terus berputar di otaknya. Hati Alina berusaha menyangkal fakta yang terjadi, tapi ingatannya masih memutarkan adegan saat suaminya menatap Ghea penuh cinta. "Nggak mungkin-kan kalau selama ini Nolan mengkhianati ku," gumam Alina yang sekarang ini sudah berada didalam kamar mandi. Hatinya sakit, seperti di tusuk-tusuk oleh pisau. Dia sudah beb

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 2 Kesepakatan.

    Alina menggelengkan kepalanya, "Nggak mungkin. Anda pasti bohong!" Kai malah mencium bibirnya dan membisikkan sesuatu padanya. "Menurutmu apa untungnya aku membohongimu?" Setelah itu, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Alina, keduanya saling bertatapan. Alina menyadari, jika ucapan Kai ada benarnya. Atasannya itu memang tidak akan mendapatkan keuntungan apapun setelah memberitahunya tentang perselingkuhan suaminya. Kai yang melihat Alina sudah mempercayai ucapannya, lantas mengeluarkan senyuman tipis. "Apakah kamu ingin melihatnya sendiri?" Pertanyaan dari Kai barusan hampir saja membuat tubuh Alina jatuh, bagaimana tidak. Tiba-tiba ingatan Alina memutarkan saat suaminya Nolan membantunya memasak dan berkebun di rumah. Bahkan suaminya selalu bertanya padanya, "Alina apakah kamu bahagia?" Setelah mengingat semua momen bahagia itu, Alina yakin kalau Kai membohonginya. "Iya aku ingin tahu, karena aku sama sekali nggak mempercayai ucapanmu!" ujarnya dengan wajah yakin,

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 1 Tidak akan berhenti sebelum puas.

    Alina Nigel membuka matanya, ia terkejut saat mendapati dirinya berada di tempat asing. Kepalanya berdenyut, ia berusaha melihat dengan jelas siapa pria yang sekarang ini menindihnya, mengingat suaminya Nolan Anjasmara tidak pernah menggunakan parfum beraroma kayu yang manis. "Presdir Kai ... " celetuk Alina, setelah dirinya bisa melihat dengan jelas, tampang pria yang menindihnya. "Kenapa? Bukankah semalam kamu memintaku untuk memuaskan mu beberapa kali?" ujar Kai dengan senyuman ambigu. Alina memegang kepalanya, sontak ingatan semalam terus berputar di kepalanya. "Nggak mungkin ... " ujar Alina, tapi suaranya berganti dengan suara desahan, karena Kai dengan semangat menciumi lehernya. "Pak Presdir, tolong berhenti. Tindakan kita berdua itu salah, saya sudah punya suami dan anda sudah punya tunangan," pinta Alina dengan suara polos. Kai tersenyum tipis mendengar ucapan Alina, tak kuasa menahan geli. Dengan lembut, ia mengangkat rambut Alina, ingin memastikan ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status